Sejarah

Menilik Mohenjo-Daro, Kota Berperadaban Maju pada Masa 2600 SM

Oleh: Widad Nur Fauziyah

Masa silam bukanlah sesuatu yang cukup diketahui untuk kemudian dilupakan, tetapi merupakan bahan pembelajaran bagi kita dalam melangkah ke masa depan. Oleh karena itu, sejarah adalah sesuatu yang harus kita pelajari sebagaimana firman Allah swt. dalam Al-Quran banyak menjelaskan bahwa sejarah para nabi dan
umat terdahulu merupakan bahan pelajaran bagi umat manusia sekarang.

Salah satu bagian dalam sejarah kehidupan umat manusia yang dapat kita jadikan sebagai bahan pelajaran itu adalah situs Mohenjo-Daro di Sindh, Pakistan. Negara yang sering disebut sebagai Negara Ali Jinnah ini memiliki riwayat sejarah yang sangat panjang dengan pergulatan berbagai kekuatan politik dan sejarah, seperti Veda, Persia, Indo-Yunani, peradaban Islam, dinasti Turki-Mongol, dan kebudayaan Sikh. Akibatnya, peninggalan berbagai dinasti dapat ditemui di Pakistan seperti Persia, kekhalifahan Ummayah, kekaisaran Maurya, kekaisaran Mongol, kesultanan Mughal, kemaharajaan Sikh, dan yang terakhir adalah imperialisme Inggris.

Mohenjo-Daro adalah salah satu dari jejak sejarah yang panjang itu. Situs Mohenjo-Daro merupakan sisa-sisa permukiman terbesar dari kebudayaan Lembah Sungai Indus yang terletak di Provinsi Sindh, Pakistan. Nama MohenjoDaro berasal dari bahasa Sindhi yang berarti ‘Gundukan Orang Mati’.

Mohenjo-Daro terletak di Pakistan bagian selatan, tepatnya di Provinsi Sindh, satu jam di luar Kota Larkana. Tempat ini menyajikan pemandangan kota tua dengan jutaan batu bata merah membentuk jalan setapak dan sumursumurnya. Sebuah stupa Buddha juga terlihat menjulang di atas jalan-jalan yang sudah usang dengan kolam komunal yang besar dan juga tangga yang sangat lebar di bawahnya. Mohenjo-Daro dulunya adalah pusat kota yang paling maju di seluruh dunia dan terbesar di Asia Selatan yang memiliki hubungan dengan Mesopotamia dan Mesir. Pada masanya penduduk kota ini diyakini berjumlah setidaknya 40.000 orang. Kota ini sangat makmur dalam kurun waktu 2500 hingga 1700 SM.

Mohenjo-Daro dibangun sekitar tahun 2600 SM, tetapi kemudian kota ini menjadi kosong pada tahun 1500 SM. Kota ini ditemukan kembali oleh Rakhaldas Bandyopadhyay dari Archaeological Survey of India pada 1922. Penggalian besar-besaran dilakukan pada tahun 1930-an di bawah pimpinan John Marshall. Mobil yang digunakan John Marshall dapat kita temukan di Museum Mohenjo-Daro sebagai tanda untuk memperingati perjuangan dan dedikasi mereka terhadap Mohenjo-Daro.

Suasana panas dan sengatan terik matahari akan kita rasakan di tempat ini. Namun, menyaksikan secara langsung peninggalan bersejarah yang menakjubkan di tempat itu merupakan imbalan yang lebih dari pantas untuk mengimbangi kepanasannya. Di tempat ini kita disuguhi pemandangan tata letak kota yang sangat terencana, berbasis grid jalanan yang tersusun dalam pola sempurna. Tidak hanya itu, ketika drainase dan toilet pribadi menjadi simbol kemewahan orang-orang kaya Mesir dan Mesopotamia pada zamannya, di Mohenjo-Daro toilet tersembunyi dan selokan tertutup ada di mana-mana.

Pada saat penggalian situs ini, lebih dari 700 sumur ditemukan sebagai tambahan pada sistem pemandian pribadi, termasuk “Pemandian Besar” berukuran 12m x 7m untuk penggunaan komunal. Hebatnya toilet ditemukan di banyak tempat tinggal pribadi di kota ini dan limbah dibuang melalui sistem pembuangan yang canggih di seluruh kota dengan kompleksitas yang setara dengan kota-kota yang kita tinggali hari ini. Dari sini kita dapat mengetahui bahwa masyarakat Mohenjo-Daro telah memiliki pemikiran dan sistem tata kota yang sangat maju pada zaman itu.

Baca Juga: KBIHU ‘Aisyiyah Surakarta Turut Meriahkan Expo Milad Muhammadiyah ke-112 

Lalu, siapakah masyarakat yang menempati Mohenjo-Daro pada zaman itu? Para arkeolog meyakini bahwa orang-orang Dravida adalah pendiri kota tersebut, tetapi riwayat mereka tidak dapat ditelusuri sampai sekarang. Bahkan, bahasa dan aksara yang digunakan dalam artefak juga belum ditemukan. Uniknya di Mohenjo-Daro tidak ditemukan bangunan yang dipergunakan untuk ibadah dan tanda-tanda sistem kasta yang diandaikan mudah didapati di kawasan anak benua India.

Oleh karena itu, beberapa peneliti meyakini bahwa masyarakat MohenjoDaro hanya berpegang pada ilmu pengetahuan. Akan tetapi, sebagian ahli lainnya meyakini bahwa masyarakat Mohenjo-Daro menyembah sosok yang digambarkan dengan patung yang disebut dengan “Ibu Dewi”. Pemujaan ini kemudian diyakini berkembang menjadi Hinduisme dan Janaisme dengan bukti-bukti banyaknya penemuan patung di sekitar Lembah Indus.

Sejak penemuan kota ini satu abad yang lalu, muncul pertanyaan besar ke manakah masyarakat Mohenjo-Daro itu sekarang? Apa yang membuat kota ini runtuh, lalu seolah terkubur dan “hilang” begitu saja selama ribuan tahun?

Peneliti meyakini bahwa keruntuhan Mohenjo-Daro disebabkan oleh bencana alam serta serangan dari bangsa Arya yang berasal dari padang rumput Asia Tengah yang datang bergelombang antara 2000-1500 M. Adapun tentang hilangnya kota ini masih menjadi tekateki hingga kini.

Namun begitu, banyak hal yang dapat dipelajari dari berbagai peninggalan bersejarah Mohenjo-Daro yang telah dikoleksi di museum yang terletak di sekitar kawasan tersebut. Artefak-artefak yang bernilai sejarah tinggi dipajang di deretan rak kaca. Salah satunya yang sangat populer adalah artefak berupa patung yang diberi nama “Gadis Menari”.

Patung ini terbuat dari perunggu setinggi 10,5 cm dan berusia sekitar 4.500 tahun.Sosok yang diwujudkan dalam patung tersebut tampak sebagai seorang gadis berusia 15 tahun yang sedang  menari dan mengenakan gelang di lengannya, tanpa memakai busana. Dari patung tersebut, kita bisa memperoleh gambaran tentang pengetahuan masyarakat Mohenjo-Daro dalam teknologi pencampuran logam, pengecoran, dan teknik pengolahan logam lainnya. Dapat diketahui juga, bahwa pada saat itu, mereka telah mengenal tarian sebagai hiburan dan ekspresi budaya peradaban tersebut.

Begitulah sedikit gambaran tentang bekas Kota Mohenjo-Daro yang bisa kita bayangkan kehebatannya. Selama ribuan tahun Mohenjo-Daro telah terkubur dalam tanah dan pasir di dataran pedalaman Sindh. Lalu, sejak ditemukan pada 1922 Mohenjo-Daro masih menimbulkan rasa penasaran sehingga terus dikaji oleh para arkeolog dan peneliti. Kota tua paling maju di dunia kuno itu kini dapat dijejaki dan menjadi bukti kehebatan peradaban masa lampau. Berbagai pelajaran dan hikmah dapat kita gali dari MohenjoDaro yang masih banyak menyimpan rahasia itu.

*Sekretaris PCIA Pakistan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *