
media sosial
Oleh: Herri Mulyono
Sudah lebih dari satu setengah tahun kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam ruang kelas digital. Pandemi Covid-19 telah memaksa guru untuk mentransformasi pembelajaran konvensionalnya menjadi bentuk pembelajaran digital yang tentunya pendekatan dan strateginya berbeda.
Media sosial memiliki peran yang sangat penting dalam masa-masa sulit selama pandemi Covid-19. Banyak literatur yang menyebutkan bagaimana media sosial memainkan peran dalam penyedia informasi terkait kesehatan, sebagai media untuk memberi dan mendapatkan dukungan sosial, juga sebagai alat untuk mendidik masyarakat tentang bagaimana menjaga diri agar terhindar dari Covid-19.
Dalam konteks pendidikan digital, media sosial memainkan peran dalam membantu guru dan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional dalam beragam kelas pembelajaran online. Hasil penelitian yang dilakukan oleh tim dosen Uhamka, yaitu Herri Mulyono, Gunawan Suryoputro, dan Shafa Ramadhanya memperlihatkan peran media sosial dalam mendukung proses pembelajaran dalam kelas digital.
Penelitian yang didanai oleh Hibah Penelitian DPRM DIKTI tahun 2019-2020 ini menguraikan bagaimana integrasi media sosial dalam pembelajaran online dapat diterima dengan baik oleh siswa. Media sosial dapat menjadi alat bantu guru dalam menjaga interaksi dan keterikatan siswa dengan kegiatan belajar yang mereka ikuti.
Penelitian dosen Uhamka tersebut di atas yang juga diterbitkan dalam jurnal internasional bereputasi tahun 2021 telah berhasil mengidentifikasi beberapa faktor pendukung peran positif dari media sosial dalam kegiatan pembelajaran online tersebut. Seperti contohnya, siswa mendapatkan nilai manfaat dari media sosial, di mana media sosial dapat memberikan ruang bagi mereka untuk saling mendukung baik secara kognitif maupun emosional selama proses belajar.
Baca Juga: Remaja, Gaya Hidup, dan Pendidikan Kehormatan
Selama proses interaksi di media sosial dalam kelas digital, siswa juga terlihat saling memberikan motivasi antara satu dengan lainnya, sehingga hubungan saling motivasi ini dapat melahirkan kedekatan dan keterikatan di antara siswa. Nilai manfaat inilah yang kemudian menjadi alasan utama siswa menggunakan ruang media sosial untuk mendukung kegiatan belajar online mereka secara berkesinambungan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh tim Dosen Uhamka tersebut tentunya dapat memberikan informasi yang sangat penting, dan menjadi pelajaran bagi kita bersama bagaimana pemanfaatan media sosial seperti WhatsApp dapat menjadi teknologi pendukung dalam proses pembelajaran digital. Selain juga kita dapat menekankan pemberdayaan teknologi sederhana untuk mendukung kegiatan pembelajaran.
Dengan kata lain, media sosial dapat menjadi teknologi alternatif dalam pengelolaan kelas pembelajaran digital dengan mencakup beberapa aspek penting.
Pertama, integrasi media sosial dalam kelas digital harus diarahkan sebagai alat distribusi informasi terkait kegiatan instruksional, baik yang bersumber dari sekolah kepada siswa, guru kepada siswa, ataupun penyebaran informasi instruksional di antara siswa itu sendiri.
Kedua, pengelolaan kelas pembelajaran digital yang memanfaatkan media sosial harus mampu menciptakan ruang bagi siswa untuk mengekspresikan ide dan gagasannya melalui kelompok-kelompok diskusi. Tentunya ekspresi ide dan gagasan tersebut harus diarahkan sebagai media alternatif yang memfasilitasi kegiatan pembelajaran teman sebaya itu sendiri dan pada akhirnya mendukung kegiatan pembelajaran secara keseluruhan. Dalam konteks ini, siswa yang memiliki kemampuan lebih diarahkan untuk dapat membantu siswa lain yang kurang mampu secara kognitif, afektif maupun dalam aspek psikomotor.
Ketiga, pengelolaan pembelajaran dapat memaksimalkan peran media sosial dalam mengatasi permasalahan yang ditemui oleh siswa. Misalnya, media sosial dapat dijadikan ruang mediasi atas konflik yang terjadi antar siswa dikelas digital. Seperti pada kelas tradisional, guru seringkali menemukan konflik interpersonal di antara siswa, di mana siswa merasa sulit untuk belajar dengan siswa yang lain dikarenakan adanya jarak status maupun kondisi emosi yang sedang dialami. Siswa sering kali mendapatkan dirinya sulit untuk membangun kedekatan satu sama lainnya. Dalam hal ini, guru dapat menggunakan media sosial untuk menyelesaikan konflik pembelajaran antar siswa tersebut. Suasana kelas yang mampu mendekatkan siswa secara kognitif dan emosional tentunya akan sangat berdampak positif dalam membantu pencapaian tujuan instruksional.
Dari tiga aspek pengelolaan kelas di atas, guru harus mendapatkan informasi yang cukup serta harus mau belajar dengan kolega di sekolah dalam merencanakan kegiatan pembelajaran digital dengan dukungan media sosial. Guru harus jeli dalam merencanakan aktivitas belajar dan pembelajaran dengan dukungan teknologi dan materi pembelajaran yang sesuai. Salah satu aspek yang harus disadari guru dalam perencanaan ini adalah tentang bagaimana media sosial nantinya dapat digunakan secara maksimal dalam menciptakan ruang dan kesempatan pembelajaran informal.
Perencanaan pembelajaran digital dengan dukungan media sosial harus dikembangkan secara struktur dan sistematis. Oleh karenanya guru harus selalu belajar dalam memahami karakteristik media sosial dan fitur-fitur yang tersedia didalamnya. Selain juga guru harus memiliki kecakapan dan literasi media sosial, khususnya yang terkait dengan normal-norma sosial dalam masyarakat. Kesadaran, literasi dan kecakapan digital inilah yang kemudian akan membantu guru dalam mengembangkan karakter siswa yang baik ketika berinteraksi dengan alat bantu teknologi.