Diciptakan oleh Maria Montessori, Alat Permainan Edukatif (APE) merupakan media pembelajaran yang berfungsi meningkatkan dan mengembangkan aspek perkembangan anak. Asesor Badan Akreditasi PAUD dan Pendidikan Nonformal, Kis Rahayu mengatakan, “APE ini alat yang sengaja dibuat untuk menstimulasi seluruh aspek perkembangan anak. Mulai dari aspek nilai agama-moral, psikomotorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni.”

Kis Rahayu mengungkapkan bahwa ada dua versi APE. Pertama, APE sebagai Alat Peraga Edukatif. Kedua, APE sebagai Alat Permainan Edukatif. Perbedaan ini berimplikasi pada penerapan pola pembelajaran. Menurutnya, jika menggunakan kata peraga, maka hal itu lebih bermakna penggunaan alat oleh guru sebagai peragaan. Sedangkan jika menggunakan permainan, ada proses eksplorasi kreatifitas dan imajinasi anak. Atas dasar itu, Kis Rahayu lebih condong pada pengertian Alat Permainan Edukatif, karena bisa dimainkan langsung oleh anak.
Menurutnya, awalnya APE sengaja dibuat dengan fungsi menstimulasi perkembangan anak. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, APE telah berkembang sangat luas. Jika dulu APE yang digunakan serba pabrikan (lego, menara pela-ngi, dsb), maka saat ini juga memanfaatkan sumber belajar di sekitar (ranting, daun, kerikil, dsb). “Benda apapun bisa direkayasa karena nanti anak akan membuat sebuah karya berdasarkan imajinasi dia. Membentuk suatu bentuk tertentu,” ungkapnya.
Ia melanjutkan bahwa saat ini tengah berkembang apa yang disebut lose part (bagian-bagian yang lepas). Dengan kreatifitasnya, anak akan merancang bagian-bagian yang lepas tersebut menjadi bentuk tertentu. Misalnya, anak bisa membuat papan luncur dengan menaruh papan di atas tumpukan kardus.
Pemanfaatan sumber belajar di sekitar sebagai APE ini menurut Kis Rahayu lebih efektif dan efisien. Selain meminimalisir biaya operasional, beragamnya sumber belajar yang dapat digunakan juga mampu meningkatkan kreatifitas dan imajinasi anak. “Jadi, APE yang kontekstual yang tadi saya katakan menggunakan sumber belajar dari lingkungan sekitar bahkan lose part itu efektif dan efisien. Karena tidak harus membeli, bisa diperoleh di mana pun. Kemudian anak-anak justru jauh lebih kreatif, imajinasinya bisa terfasilitasi menggunakan berbagai benda, anak-anak memperoleh sensasi yang sangat bervariasi, sehingga anak-anak itu lebih semangat dalam bermain,” jelas Kis Rahayu.
Meski begitu, nyatanya belum semua TK ABA menggunakan APE. Hal ini mengingat pengetahuan guru mengenai APE dapat dibilang masih terbatas. “Masih banyak yang menganggap bahwa APE itu harus buatan pabrik atau alat yang sengaja dibuat. Masih berpikir seperti itu. Sehingga ketika anggarannya terbatas, mereka memiliki APE sangat terbatas,” ungkapnya. (Sirajuddin)
Baca selengkapnya di Majalah Suara ‘Aisyiyah Edisi 10 Oktober 2019, Rubrik Maret.
Sumber Ilustrasi : https://bernasnews.com/berbagai-kegiatan-peringatan-milad-seabad-tk-aba-kauman/