Kesehatan

Menjaga Kesehatan Mental Lansia

Lansia

Oleh: Sri Handayani*

Kesehatan mental merupakan aspek penting dari kesehatan secara keseluruhan, baik pada orang usia muda maupun lanjut usia (lansia). Namun, pada lansia, masalah kesehatan mental sering kali lebih kompleks dan membutuhkan perhatian khusus. Lansia berisiko mengalami berbagai gangguan kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan demensia.

Oleh karena itu, pemahaman mengenai kesehatan mental lansia dan cara-cara untuk menjaga kesehatan mental mereka sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Faktor-Faktor Penyebab Gangguan

Terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi kesehatan mental pada lansia. Salah satu faktor utama adalah proses penuaan itu sendiri. Seiring bertambahnya usia, tubuh manusia mengalami perubahan fisiologis yang dapat memengaruhi kondisi fisik dan mental. Penurunan fungsi tubuh, masalah mobilitas, serta gangguan pada organ tubuh, seperti jantung dan otak, dapat menimbulkan stres dan ketegangan mental.

Selain itu, beberapa faktor eksternal juga dapat memengaruhi kesehatan mental lansia. Kehilangan orang terdekat, baik karena kematian atau per- pisahan, adalah peristiwa yang sering dialami oleh lansia. Perasaan kesepian dan terisolasi sosial dapat memperburuk kondisi mental mereka. Lansia yang tinggal sendiri atau jauh dari keluarga cenderung lebih rentan terhadap perasaan kesepian yang berdampak pada depresi dan kecemasan.

Penyakit kronis atau gangguan fisik yang diderita lansia, seperti diabetes, hipertensi, atau arthritis, juga dapat memengaruhi kesehatan mental mereka. Perasaan cemas tentang kondisi kesehatan, rasa sakit yang terus-me- nerus, dan keterbatasan fisik dapat memperburuk kondisi mental lansia.

Gangguan Umum

Depresi merupakan gangguan mental yang umum terjadi pada lansia. Namun, depresi pada lansia sering kali tidak terdeteksi dengan baik karena dianggap sebagai bagian dari proses penuaan. Depresi ini dapat sangat memengaruhi kualitas hidup lansia.

Gejalanya meliputi perasaan tidak berharga, kehilangan minat pada aktivitas yang dulu disukai, gangguan tidur, dan perubahan nafsu makan. Lansia dengan depresi sering kali merasa kesepian dan terisolasi, meskipun mereka berada di sekitar orang-orang terdekat.

Selanjutnya, kecemasan. Lansia sering mengalami kecemasan, terutama terkait dengan masalah kesehatan dan kekhawatiran akan masa depan. Kecemasan ini dapat berupa ketakutan yang berlebihan akan penyakit atau ketidakmampuan untuk mengatasi situasi tertentu. Kecemasan yang tidak ditangani dapat menyebabkan gangguan tidur, ketegangan otot, dan kelelahan.

Gangguan umum lansia berikutnya adalah demensia dan alzheimer. Demensia adalah penurunan kemampuan kognitif yang memengaruhi ingatan, pemikiran, dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari. Adapun alzheimer adalah bentuk demensia yang paling umum pada lansia.

Gangguan ini sering kali disertai dengan rasa kebingungan, perubahan suasana hati, bahkan perubahan perilaku. Penurunan kemampuan berpikir dapat menyebabkan kebingungan dan kesulitan dalam berkomunikasi yang dapat memperburuk kondisi mental lansia.

Hal yang mungkin kurang begitu terbayangkan sebagai gangguan pada lansia adalah penyalahgunaan obat dan substansi lainnya. Penyebabnya adalah karena penyalahgunaan obat-obatan sering diasosiasikan dengan kelompok usia muda.

Namun, sebenarnyalah lansia juga dapat mengalaminya. Hal ini biasanya dilakukan sebagai cara untuk mengatasi kesepian atau rasa sakit emosional yang pada gilirannya justru memperburuk masalah kesehatan mental dan fisik mereka.

Upaya dan Tantangannya

Meningkatkan kesehatan mental lansia memerlukan pendekatan yang holistik dan berbasis pada pemahaman yang mendalam terhadap kondisi mereka. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan mental lansia.

Baca Juga: Kepedulian pada Problem Kesehatan Mental 

Pertama, meningkatkan dukungan sosial. Keterhubungan sosial sangat penting bagi kesehatan mental lansia. Berinteraksi dengan keluarga, teman, atau komunitas dapat membantu lansia merasa dihargai dan mengurangi perasaan kesepian. Kegiatan sosial yang melibatkan lansia seperti kelompok diskusi, olahraga ringan, atau kegiatan seni, dapat mengurangi stres dan menjaga keyakinan lansia akan bermaknaan diri mereka.

Kedua, mengelola stres dan kece- masan. Lansia perlu diajarkan cara mengelola stres dan kecemasan. Teknik  relaksasi, seperti meditasi, pernapasan dalam, dan yoga, dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan dan meningkatkan ketenangan. Selain itu, terapi perilaku kognitif (CBT) dapat membantu lansia mengatasi pola pikir negatif yang memperburuk kecemasan dan depresi.

Ketiga, aktivitas fisik dan kognitif. Aktivitas fisik yang teratur, seperti berjalan kaki, berenang, atau olahraga ringan, dapat membantu meningkatkan mood dan mengurangi stres. Selain itu, latihan otak, seperti bermain teka-teki atau membaca, dapat membantu menjaga fungsi kognitif dan mengurangi risiko demensia.

Keempat, pencegahan dan pengelolaan penyakit. Mengelola penyakit kronis dengan baik dapat membantu mengurangi dampaknya terhadap kesehatan mental. Lansia perlu didorong untuk rutin memeriksakan kesehatan, mengikuti pengobatan yang direkomendasikan dokter, dan menjaga pola makan sehat. Dengan perawatan fisik yang optimal, mereka dapat merasa lebih baik secara keseluruhan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesehatan mental mereka.

Kelima, perawatan kesehatan mental profesional. Jika gangguan kesehatan mental sudah cukup parah, penting bagi lansia untuk mendapatkan bantuan dari profesional. Psikolog atau psikiater dapat membantu dalam diagnosis dan pengobatan gangguan mental. Terapi seperti konseling dan pengobatan dengan antidepresan atau obat antikecemasan bisa sangat membantu.

Banyak cara untuk menjaga kesehatan mental lansia, tetapi ada tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental lansia. Sering kali, masalah kesehatan mental pada lansia dianggap hal yang remeh atau dianggap sebagai bagian dari proses penuaan yang wajar.

Selain itu, stigma terhadap gangguan mental pada lansia juga menjadi hambatan. Lansia sering kali merasa malu atau enggan untuk mencari bantuan karena takut dianggap lemah atau tidak mampu. Ini bisa memperburuk kondisi mereka karena mereka tidak mendapatkan perawatan yang diperlukan.

Peran Keluarga

Peran keluarga sangat penting untuk menjaga kesehatan mental lansia. Dalam hal ini keluarga berperan, pertama, menciptakan lingkungan yang hangat dan aman. Lansia membutuhkan rasa nyaman dan aman di rumah. Pastikan suasana rumah dipenuhi dengan kasih sayang, kehangatan, dan komunikasi yang positif.

Kedua, memberikan perhatian dan dukungan emosional. Dengarkan cerita, pengalaman, dan pendapat mereka dengan penuh perhatian. Bersikaplah sabar dan hindari mengabaikan kebu- tuhan emosional mereka.

Ketiga, melibatkan lansia dalam kegiatan keluarga. Mengikutsertakan lansia dalam aktivitas keluarga, seperti makan bersama, rekreasi, atau acara keagamaan, akan membuat mereka merasa dihargai dan tidak terisolasi.

Keempat, mendorong lansia untuk tetap aktif. Aktivitas fisik seperti jalan pagi, senam ringan, atau berkebun dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan mental lansia. Ajak mereka untuk tetap aktif sesuai kemampuan.

Kelima, memfasilitasi lansia untuk berinteraksi sosial. Dorong lansia untuk berinteraksi dengan teman sebaya atau komunitas, seperti pengajian, arisan, atau kelompok hobi. Hal ini dapat mencegah rasa kesepian dan meningkatkan rasa percaya diri.

Akhirnya, perlu kita tegaskan bahwa kesehatan mental lansia adalah aspek yang tak terpisahkan dari kesejahteraan mereka. Menghadapi tantangan penuaan dengan dukungan yang tepat, pengelolaan stres, dan perhatian terhadap kesehatan fisik dan mental dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.

Peran keluarga, masyarakat, dan tenaga medis sangat penting dalam membantu lansia mengatasi gangguan mental dan menjalani kehidupan yang penuh makna pada usia lanjut. Dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat memastikan bahwa lansia tetap hidup dengan sehat, bahagia, dan berkualitas.

*MKS-PWA

Related posts
Wawasan

Pantri Wreda, Pilihan Dilematis bagi Lansia

Mbok lyem, begitu ia biasa dipanggil, menyapa setiap pejalan kaki yang lewat di depan kamarnya dengan sapaan ramah, “Monggo, Mas… Monggo, Bu…”….
Wawasan

Bahagia di Usia Lanjut (Senior Citizen)

Usia lanjut (usia 60 ke atas menurut UU Nomer 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia) bukanlah sekadar waktu menunggu berakhirnya hidup, melainkan…
Wawasan

Senja Penuh Cahaya: Menjamin Hak dan Martabat Lansia

Oleh: Hana Mufidatul Roidah* Indonesia tengah memasuki fase baru demografi. Setelah beberapa tahun terakhir sibuk membicarakan bonus demografi usia produktif, kini bangsa ini…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *