
Islam Berkemajuan
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Salam sehat Kak ‘Aisy. Langsung pada permasalahan, ‘Aisyiyah di tempat kami, dari sisi kegiatan dan amal usaha lumayan berkembang, terutama di bidang pendidikan. Namun, saya cukup prihatin karena SDM yang benar-benar menekuni mengurus ‘Aisyiyah dan amal usaha sedikit berkurang. Sebagian ibu ada yang sibuk dengan kajian kelompok yang baru saja diikuti. Mereka beralasan kalau di ‘Aisyiyah, pengajiannya kurang mendalam, sedang kelompok kajian yang mereka ikuti ini dipimpin oleh seorang murabbiyah atau ustadzah yang menarik dan diawali dengan bersenandung bersama.
Akan tetapi, akibatnya dari sisi model berbusana sudah sangat berbeda dengan kebiasaan. Bahkan, terlontar dari mereka tuduhan bahwa ‘Aisyiyah kurang kaffah dari segi berbusana. Tidak jarang, kami bersilang pendapat mengenai tata cara ibadah. Pada akhirnya, secara pelan tetapi pasti, setelah ikut kelompok tersebut, mereka menjauh dari ibu-ibu ‘Aisyiyah, meskipun kami tetap mengundang rapat dan kegiatan ‘Aisyiyah.
Bagaimana jalan keluar dari permasalahan ini? Apakah kami biarkan mereka atau kami ganti pimpinan lain. Namun, apakah diperkenankan kami merekrut pimpinan baru meskipun hampir di akhir periode? Atas perhatian Kak ‘Aisy, kami menyampaikan terima kasih..
Wassalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh.
(Masyidah, Jateng)
***
Jawaban:
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh
Alhamdulillah, semoga kita tetap konsisten menjaga protokol kesehatan untuk memutus penularan Covid-19 di masa pandemi ini. Ibu Masyidah yang dirahmati Allah, Kak ‘Aisy dapat merasakan kegelisahan hati ibu di tengah amanah yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab ibu bersama rekan lain dalam merawat dan mengembangkan ‘Aisyiyah. Memang dalam menjalankan amanah, kita terikat dengan etika berorganisasi, di antaranya adalah taat terhadap prinsip-prinsip perjuangan persyarikatan atau organisasi.
Sudah menjadi garis kebijakan Muhammadiyah, termasuk di dalamnya ‘Aisyiyah, bahwa dalam melaksanakan syariat Islam harus sesuai dengan paham dalam Muhammadiyah. Sejak awal, Muhammadiyah/’Aisyiyah memiliki pandangan bahwa Islam merupakan agama yang mengandung nilai-nilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang tercerahkan. Kemajuan dalam pandangan Islam bersifat multiaspek, tidak hanya dalam kehidupan keagamaan namun juga dalam seluruh dimensi kehidupan. Apabila ada warga ‘Aisyiyah, terlebih pimpinan, yang lebih memilih kelompok lain karena merasa mendapatkan asupan spiritual yang lebih mendalam, bahkan melontarkan tuduhan bahwa ‘Aisyiyah kering dari spriritual yang kaffah, maka ada dua hal yang perlu mendapatkan perhatian untuk diperbaiki.
Pertama, perlu penguatan kembali pemahaman Islam yang sesuai dengan ideologi Muhammadiyah dengan pemurnian kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah maqbulah dan mengembangkan ar–ra’yu (akal pikiran) sesuai ruh Islam, yang memiliki corak washithiyah atau pertengahan. Watak tengahan tidak cenderung ke arah garis kanan yang sering disebut golongan konservatif, tradisionalis, fundamentalistik, dan radikal dengan paham keagamaan dan orientasi gerakannya cenderung keras dan atau kolot.
Di sisi lain, watak tengahan juga tidak cenderung ke arah kiri yang dikenal sebagai gerakan liberal atau bahkan sekuler, yang terkesan memperingan bahkan mungkin meremehkan hukum Islam. Pandangan washitiyah berada dalam keseimbangan, moderat, dan menganut asas toleransi (tasamuh), sehingga tidak mengklaim diri paling islami atau paling suci (tazakku), kemudian berakibat mudah membuat stempel takfiri kepada orang yang tidak sependapat atau tidak sepaham dengannya. Di sisi lain, sikap tengahan seharusnya menjauhi ghuluw (berlebih-lebihan) atau ekstrem, yang kadang memahami agama dengan lebih mengedepankan simbol-simbol.
Baca Juga
Lima Karakter Gerakan ‘Aisyiyah
Kedua, melakukan perubahan model pengajian secara umum ke arah sistem kajian tematik secara mendalam. Misalnya, kajian dan pendalaman keputusan Majelis Tarjih, kajian dengan model diskusi isu-isu aktual yang berkembang di masyarakat, dan sebagainya.
Perihal rekan pimpinan, apabila dirasakan ada tanda-tanda kecenderungan melirik kepada kelompok lain, bahkan mungkin sudah mulai aktif, harus dilakukan pendekatan, dengan silaturahmI, diajak kembali aktif di ‘Aisyiyah, atau dengan halus, kita pahamkan kembali ideologi Muhammadiyah. Jangan mengucilkan dan menyindir rekan yang sedang tertarik dengan kelompok yang pahamnya berbeda. Tetaplah menyapa mereka dan terus melibatkan mereka pada ke-giatan ‘Aisyiyah. Akan tetapi, apabila sudah berkali-kali diingatkan, melalui silaturahmi dan diskusi, ternyata sulit ditarik lagi ke ‘Aisyiyah, terpaksa kita mengambil kebijakan reshuffle dengan menambah SDM pimpinan yang benar-benar mau menekuni, merawat, dan mengembangkan ‘Aisyiyah.
Perekrutan pimpinan yang baru harus memperhatikan: 1) kemauan dan ketekunan dengan ikhlas membesarkan ‘Aisyiyah. 2) lebih ke arah sebagai persiapan untuk kepemimpinan yang akan datang. Apabila penambahan pimpinan ada pada jajaran Pimpinan Organisasi, maka dilaporkan ke Pimpinan setingkat di atasnya. Akan tetapi, apabila pada jajaran Majelis, maka dilaporkan ke Pimpinan organisasi setingkat. Kebijakan ini diambil karena pertimbangan untuk tetap menjaga berjalannya organisasi dan menyelamatkan ‘Aisyiyah dari paham yang tidak segaris dengan paham Muhammadiyah.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
(Bunda Imah)