Oleh: Siskha Putri Sayekti*
Saat situasi sosial sedang tidak baik-baik saja dan dipenuhi demonstrasi di luar rumah, suasana keluarga kerap terdampak. Anak yang mulai biasa melakukan pembelajaran tatap muka terpaksa kembali belajar secara daring.
Hal ini tentu tidak mudah. Fokus akan terbagi ketika riuh suara dari luar menembus ruang belajar. Pada titik inilah, kehadiran ibu rumah tangga menjadi penopang utama. Ia bukan sekadar pengatur dapur dan pengelola rumah tangga, melainkan penjaga harmoni yang mendampingi anak belajar dengan tenang.
Rumah yang sederhana bisa menjadi benteng ketenangan ketika ibu mampu menghadirkan suasana yang damai. Dengan menata sudut belajar yang rapi, memberi sentuhan kasih sayang, serta menghindarkan anak dari ketegangan suasana luar, ibu menciptakan ruang aman. Anak merasa nyaman dan lebih mudah berkonsentrasi dalam pembelajaran jarak jauh.
Baca Juga: Affan dan Air Mata Ibu Pertiwi: Saatnya Ibu Bangkit Jadi Suara Keadilan
Dalam Islam, keluarga disebut sebagai _sakan_ yang berarti tempat bernaung dan menemukan ketenangan. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang…” (QS. Ar-Rum: 21). Ayat ini mengingatkan bahwa rumah yang dibangun atas kasih sayang adalah sumber ketenangan bagi seluruh anggota keluarga.
Menanamkan Nilai Toleransi dan Empati
Pembelajaran jarak jauh sering menghadirkan dinamika baru, terutama ketika anak-anak harus berbagi gawai atau kuota internet. Tidak jarang muncul pertengkaran kecil karena saling berebut. Ibu harus hadir menengahi dengan cara yang lembut. Mengajak berdialog, memberi kesempatan anak untuk mendengarkan satu sama lain, dan mengajarkan sikap bergiliran.
Dari momen sederhana inilah anak belajar arti toleransi dan empati. Rasulullah saw. bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain.” (HR. Ahmad).
Melalui teladan seorang ibu, anak belajar memahami kebutuhan saudaranya dan mengutamakan sikap berbagi.
Keteladanan dalam Kesabaran
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tidak jarang diwarnai kendala teknis. Jaringan internet yang terputus tiba-tiba, materi pelajaran yang sulit dipahami, atau tugas yang menumpuk sering membuat anak frustrasi. Pada saat itu, ibu menjadi teladan nyata kesabaran. Ia tidak panik, melainkan mendampingi anak dengan keteguhan hati.
Kesabaran seorang ibu menghadapi situasi sulit memberi pesan kuat bagi anak: bahwa setiap masalah dapat dihadapi dengan lapang dada.
Nabi Muhammad saw. bersabda:
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah kebaikan baginya. Jika mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan jika ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu baik baginya.” (HR. Muslim).
Dengan demikian, ibu bukan hanya mendampingi anak belajar, melainkan juga menanamkan nilai kesabaran yang menjadi kekuatan utama seorang mukmin.
Rumah sebagai Sekolah Kehidupan
Lebih dari sekadar tempat tinggal, rumah adalah sekolah pertama bagi anak. Dari doa bersama sebelum memulai kelas daring, obrolan ringan di sela istirahat, hingga kebersamaan di meja makan, semuanya adalah bagian dari pendidikan karakter.
Ibu memainkan peran penting menjadikan rumah sebagai laboratorium kehidupan. Anak belajar disiplin, kesabaran, dan kasih sayang melalui interaksi sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan jarak jauh bukan hanya soal akademik, melainkan juga sarana menumbuhkan pribadi yang matang secara emosional dan spiritual.
Menjaga tenang dan menanam sabar bukan tugas yang ringan. Namun, ibu rumah tangga telah membuktikan bahwa keduanya adalah kunci menjaga keharmonisan keluarga, terutama saat mendampingi anak belajar di rumah. Di tengah gejolak sosial yang tidak menentu, rumah tetap bisa menjadi ruang aman dan penuh cinta berkat kehadiran ibu yang sabar dan ikhlas.
Setiap ketukan panci di dapur, tawa anak yang mengisi ruang belajar, dan doa yang terucap lirih adalah bukti nyata perjuangan seorang ibu. Dari ruang yang sederhana, lahirlah generasi yang tangguh, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan zaman.
*Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Hamidiiyah


1 Comment