Oleh: Tito Yuwono*
Rumah adalah sebuah kenikmatan. Nikmat rumah ini adalah nikmat yang besar karena kita punya tempat berteduh dan beristirahat. Juga tempat makan serta tidur dan berkumpul dengan keluarga.
Kita bayangkan para tuna wisma yang tidak mempunya tempat tinggal. Mereka istirahat di emperan-emperan toko yang tentu tidak nyaman untuk istirahat, apalagi untuk kumpul dengan keluarga.
Juga para pengungsi yang tidak punya rumah, sehingga setiap siang kena sengatan panas matahari dan ketika malam, merasakan sangat dinginnya udara malam. Maka kita harus empati terhadap orang yang punya nasib demikian serta mensyukuri bisa tinggal sehari-hari di rumah, baik itu rumah sendiri maupun masih menyewa.
Kenikmatan tempat tinggal ini sebagaimana difirmankan Allah swt. dalam Q.S. an-Nahl: 80,
وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّنۢ بُيُوتِكُمْ سَكَنًا
Artinya, “Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal”.
Menysukuri kenikmatan rumah adalah dengan memeliharanya sebaik-baiknya dan juga menggunakan rumah untuk ketaatan kepada Allah swt. Kita gunakan rumah untuk menyiapkan generasi yang berkualitas dan bermutu dengan pendidikan yang baik.
Pendidikan anak yang utama adalah di rumah atau keluarga. Karena sejak kecil hidupnya di keluarga serta sebagian besar masa dihabiskan di rumah. Maka kepribadian anak sangat terpengaruh oleh tradisi-tradisi dan kebiasaan di rumah.
Jika di rumah ditradisikan yang baik, insyaAllah yang melekat ke jiwa anak adalah tradisi baik. Begitupun sebaliknya, jika di rumah dibiasakan tidak baik, maka mental tidak baik akan merasuk ke jiwa anak.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah saw. bersabda,
إِذَا أَرَادَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ بِأَهْلِ بَيْتٍ خَيْرًا أَدْخَلَ عَلَيْهِمْ الرِّفْقَ
Artinya, “Jika Allah Azza wa jalla menghendaki kebaikan kepada suatu keluarga, maka Dia anugerahkan atas mereka pergaulan yang baik” (HR Imam Ahmad).
Salah satu pergaulan dan tradisi baik yang perlu kita lestarikan adalah keramahan dalam rumah. Semua anggota keluarga menggauli satu sama lain dengan baik dengan keramahan.
Baca Juga: Seni Mengelola Konflik dalam Rumah Tangga
Keramahan merupakan salah satu sebab terbentuknya keluarga bahagia, yakni keluarga yang jauh dari kekerasan, baik kekerasan fisik maupun kekerasan lisan, sehingga akan melahirkan generasi yang penuh kesopanan dan keramahan dan terhindar dari watak keras.
Dengan membiasakan keramahan, maka komunikasi akan semakin nyaman. Ketika komunikasi nyaman, dampak positifnya akan sangat banyak. Sebagai pelajar, anak-anak akan belajar lebih tenang dan nyaman serta kondusif. Anak-anak akan menunaikan tugas dan kewajibannya dengan senang hati. Pikiran positif akan tumbuh baik di jiwanya.
Bagi kedua orang tua, dengan suasana ramah, rumah akan menjadi tempat istirahat yang sangat nyaman bagi orang tua setelah seharian bekerja. Kelelahan kerja seharian akan terobati dan menjadi segar kembali jika sudah berada di rumah.
Ikhtiar Mentradisikan Keramahan di Rumah
Begitu banyak dampak positif keramahan di rumah, maka perlu diikhitarkan untuk ditradisikan. Di antara perilaku yang akan menciptakan keramahan di rumah adalah:
Pertama, mengucapkan salam ketika masuk dan keluar rumah. Mengucapkan salam akan mendatangkan kesejukan. Persaudaraan akan semakin erat. Betapa tidak, ucapan ini adalah ucapan saling mendoakan kesejahteraan, rahmat dan barakah dari Allah swt. Maka suasana keramahan akan tercipta dengan ucapan salam ini.
Kedua, memperbanyak 3S di rumah, yaitu senyum, sapa, dan salam. Jika di sekolah dan di perkantoran diajarkan untuk memperbanyak 3S, maka di rumahpun perlu dibudayakan. Ketika 3S ini ditradisikan di rumah, akan tercipta kedamaian dan kebahagiaan di rumah.
Janganlah hanya mempraktikkan 3S tatkala di luar rumah, sementara kalau di rumah mahal untuk senyum, berat untuk menyapa dan enggan mengucapkan salam. Maka tidak heran jika penghuni rumah enggan mempraktikkan 3S di dalam rumah maka akan sukar menemukan kebahagiaan dan ketenangan dalam rumah. 3S ini adalah bagian dari perilaku keramahan.
Ketiga, bercengkrama. Bercengkerama dengan asyik akan menyegarkan jiwa dan mempererat persaudaraan. Apalagi ketika bercengkerama dalam keluarga dibumbui dengan gelak tawa. Tentu gelak tawa yang tidak berlebihan dan tidak ada unsur dusta. Bercengkerama santai dan asyik ini akan menjauhkan kekerasan dan mendekatkan pada kelembutan.
Keempat, saling membantu. Saling membantu (ta’awun) akan menciptakan keramahan dalam rumah. Ucapan terima kasih akan selalu terdengar. Bentuknya bisa saling membantu dalam belajar, dalam mengerjakan tugas ataupun dalam pekerjaan sehar-hari, baik antar saudara maupun saudara dengan orang tua.
Kelima, menghindarkan dari perilaku keras dalam rumah. Perilaku keras dalam rumah akan mematikan kedamaian rumah. Dampak dari kekerasan adalah tertekan di rumah sendiri, dan akan berpengaruh kepada jiwa anak. Seyogyanya perilaku keras, baik lisan dan perbuatan kita hindari dalam rumah tangga.
Demikian tulisan ringkas berkaitan dengan mentradisikan keramahan dalam rumah, semoga Allah swt. menjadikan keluarga kita semua adalah keluarga yang sakinah, keluarga yang tenang, dan keluarga yang nyaman untuk istirahat serta kondusif untuk menyiapkan generasi yang shalih lagi penuh keramahan dan kesopanan. Wallahu a’lam bishshowab.
*Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta