Oleh: Mahsunah
“Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya Allah swt. berfirman kepada kalian: ‘Ajaklah manusia berbuat kebajikan dan cegahlah berbuat munkar sebelum datang saatnya kalian berdoa kepada-Ku, tetapi Aku tidak mengijabahinya; kalian meminta kepada-Ku tetapi Aku tidak mengabulkannya; kalian memohon pertolongan kepada-Ku, tetapi Aku tidak akan menolong kalian” (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Hadis di atas mengisyaratkan agar umat Islam memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap kejahatan dan kemaksiatan yang terjadi. Umat Islam juga harus melakukan upaya pencegahan ketika suatu kemungkaran baru tumbuh agar kemungkaran tersebut tidak menimbulkan dampak yang luas.
Pandemi Covid-19 yang telah melanda Indonesia selama satu setengah tahun ini menimbulkan kompleksitas masalah yang berdampak pada berbagai bidang kehidupan, termasuk memunculkan gejala sosial yang tidak sehat. WFH (Work from Home) yang dilakukan sebagai upaya agar selamat dari ancaman Covid memang baik, tetapi juga mendatangkan masalah karena perubahan sistem kerja. Kontak personal dalam keluarga lebih intens dan dalam waktu lebih panjang sehingga ritme kehidupan pun berubah.
Pembatasan ruang gerak dan banyaknya waktu luang memunculkan problem baru karena kejenuhan dan kebosanan. Sebagai pelariannya, sebagian masyarakat tenggelam dalam media sosial dengan berita-berita aktual, agitasi politik, game, serta tayangan YouTube dengan aneka pesan mulai dari yang positif hingga negatif, seperti adegan-adegan seronok yang tidak pantas dilihat, apalagi oleh anak-anak.
Baca Juga: Remaja, Gaya Hidup, dan Pendidikan Kehormatan
Ledakan informasi tanpa batas yang tidak dapat dibendung itu menyebabkan nilai-nilai moral menjadi semakin longgar dan perikemanusiaan semakin tumpul. Di sisi lain, kontrol sosial yang semula cenderung ketat, saat ini menjadi kendor, bahkan acuh sehingga bencana moral tak terhindarkan.
Apa yang Harus Dilakukan Pimpinan ‘Aisyiyah?
Allah swt. dalam QS. ali-Imran [3]: 110 berfirman (yang artinya), “kamu sekalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia agar menyuruh berbuat makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”
Ayat itu membuatnya tersentak untuk berpikir keras menindaklanjuti gerakan yang selama pandemi Covid-19 dilaksanakan di hampir semua Cabang, antara lain ketahanan pangan, industri kreatif, gerakan ta’awun sosial, dan gerakan orang tua asuh. Keprihatinan saat ini adalah menghadapi bencana moral, antara lain pencurian, penipuan, pergaulan bebas bahkan yang terjadi dalam ranah terkecil, yaitu keluarga.
Oleh karena itu, Ketua PDA menggerakkan PCA untuk peduli bencana moral juga. Pada kesempatan mengundang Cabang, disampaikanlah beberapa gejala bencana moral tersebut agar Cabang dan Ranting yang berhadapan langsung dengan masyarakat siap menghadapinya dengan pendekatan yang mencerahkan. Langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
Pertama, PCA menyerukan kepada Pimpinan Ranting untuk mengaktifkan kembali pembinaan anggota melalui Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah. Gerakan tersebut dilakukan tanpa tatap muka dalam jumlah maksimal delapan orang. Harapannya, melalui gerakan ini terjadi interaksi positif antara aktivis ‘Aisyiyah dengan keluarga-keluarga dan warga masyarakat.
Kedua, mengajak tokoh masyarakat, tokoh agama, dan aktivis masyarakat, termasuk ibu-ibu PKK dan PRA untuk meningkatkan kontrol sosial terhadap penyimpangan moral dan perilaku negatif lainnya yang meresahkan. Selain itu, dilakukan sosialisasi secara terus-menerus tentang perlunya menciptakan keluarga yang tangguh, damai, dan bermartabat.
Baca Juga: Kuatlah dalam Cobaan Berkeluarga
Ketiga, meningkatkan dakwah melalui media sosial untuk penguatan keimanan, memperbagus ibadah dan akhlak, serta semangat kembali melaksanakan hal-hal positif, dan sebagai media penyampaian aneka keterampilan yang dapat meningkatkan skill anggota masyarakat terutama yang muda.
Keempat, menghidupkan perpustakaan sebagai penyedia bahan bacaan positif, antara lain cerita untuk anak, kisah tentang etos kerja orang-orang sukses, pendidikan karakter, dan aneka judul yang membangkitkan semangat untuk maju. Selain itu, Taman Pustaka perlu difungsikan sebagai wahana pemberdayaan masyarakat.
Kelima, tetap melanjutkan program ketahanan pangan melalui lumbung hidup, apotek hidup, dan mengembangkan dengan peternakan rumahan. Kegiatan itu ditindaklanjuti adanya BUEKA yang memperkuat jaringan pemasaran antar Cabang dan antar Daerah.