“Kejadian manusia sampai waktu tertentu ada yang sempurna, ada juga yang tidak sempurna (Q.S.22: 5); ada yang bertambah atau berkurang selama berada dalam rahim (Q.S.13:8) dan (Q.S.77:20) ; semua itu telah diatur sesuai dan menurut ketentuan Allah (Q.S.77:23).”
Setiap orang tentu mendambakan hadirnya anak keturunan yang thayyib, berkualitas, saleh, serta kuat, baik secara fisik maupun psikis. Akan tetapi, pada sebagian orang, dengan pengetahuan dan hikmah-Nya, Allah mengaruniakan keturunan yang memiliki keterbatasan atau berkebutuhan khusus yang lazim disebut dengan difabel. Menurut World Health Organisation (WHO), 15% dari penduduk dunia adalah penyandang disabilitas. Mereka ini, layaknya manusia pada umumnya, juga memerlukan perlakuan yang baik dan adil.
Sikap Masyarakat terhadap Difabel
Sikap masyarakat sendiri beragam dalam menghadapi difabel. Ada yang beranggapan bahwa kehadiran difabel di tengah-tengah keluarga merupakan aib atau sumber masalah, hingga memandang bahwa keluarga tersebut mendapat kutukan. Dampaknya, sebagian keluarga kemudian menyembunyikan anggota keluarganya yang menyandang disabilitas atau bahkan bertindak lebih kejam lagi dengan membuangnya.
Meskipun demikian, ada juga yang memandang bahwa difabel adalah makhluk Allah yang pantas disayangi, dilatih, dididik, serta diperlakukan secara adil. Perhatian pemerintah kepada difabel tertuang dalam UU No. 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas yang tujuannya agar tercipta tata kehidupan yang dapat mendorong penyandang disabilitas/difabel dapat ikut berpartisipasi dan mengembangkan potensinya dalam berbagai bidang kehidupan. Namun realitanya, banyak difabel yang menemui hambatan dalam mengembangkan bakat dan sulit mendapatkan pekerjaan. Sebenarnya, dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 2, disebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Jadi seharusnya, difabel memiliki peluang yang sama, sepanjang kondisinya memungkinkan untuk dapat melakukan tugas tersebut.
Problematika Difabel dan Tugas Masyarakat
Kehadiran difabel dalam keluarga dan masyarakat harus diterima dan disikapi secara arif. Penyandang difabilitas banyak menghadapi tantangan, antara lain dari lingkungan sosialnya yang tidak mendukung karena pergerakan difabel yang terbatas, sehingga sulit mendapatkan peluang. Hal tersebut menyebabkan difabel lebih mudah mengalami depresi. Gejala tersebut dapat dikenali dengan ciri-ciri antara lain lebih mudah cemas, kehilangan rasa percaya diri, merasa tidak berdaya, sensitif, menjauh dari ke-ramaian, sulit berinteraksi dengan orang lain, dan kadang muncul keinginan untuk bunuh diri. Oleh karena itu, perlu langkah nyata yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah untuk bersama-sama menghilangkan stigma negatif terhadap difabel sebagai sosok lemah tak berdaya yang merepotkan dan tidak mampu bekerja dengan baik. Mengubah paradigma tidaklah mudah, apalagi bila tidak disertai adanya upaya-upaya nyata sebagai wujud pemberian penghargaan atas potensi yang dimiliki para difabel.
Banyaknya kisah sukses tentang difabel dalam berbagai bidang kehidupan menjadi contoh nyata bahwa mengubah paradigma negatif tentang difabel serta usaha untuk memberdayakan mereka memiliki peluang besar untuk bisa terwujud. Pasalnya, para difabel yang sukses tersebut terbukti mampu menaklukkan kegundahan jiwa serta kompleksitas permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan hobi maupun kebutuhan aktualisasi diri. Untuk itu, diperlukan upaya pengembangan kepribadian, pola pikir, dan keterampilan, agar para difabel memiliki sifat optimis dan etos kerja yang tinggi, serta mampu mengembangkan bakat dan minat mereka dengan optimal. Dalam hal ini, keluarga tidak boleh menutup diri karena keluarga adalah pengayom, pengarah, dan pintu bagi kesuksesan seseorang menuju perjalanan panjangnya dalam kehidupan nyata. Dalam rangka mendorong tercapainya kondisi ideal bagi para difabel tersebut, ‘Aisyiyah bersama masyarakat perlu melakukan langkah-langkah nyata sebagai berikut. (Msn)
Baca selengkapnya di Majalah Suara ‘Aisyiyah Edisi 4 April 2019, Rubrik Qarhah Thayyibah, hal 23
Sumber Foto : https://www.kompasiana.com/javanology/5ab49fd9ab12ae33e632f6b2/semua-orang-berpotensi-menjadi-difabel-termasuk-anda?page=all