Berita

Milad Ke-105: Haedar Nashir Jabarkan Delapan Identitas Gerakan Aisyiyah

Yogyakarta, Suara ‘AisyiyahBerdiri 105 tahun yang lalu, ‘Aisyiyah telah banyak berkontribusi bagi kemajuan umat dan bangsa. Atas kontribusi tersebut, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan apresiasai kepada ‘Aisyiyah.

Ada tiga apresiasi yang disampaikan Haedar dalam acara Tasyakur Milad Ke-105 ‘Aisyiyah dengan tema “Sukses Muktamar Ke-48: Perempuan Mengusung Peradaban Utama”. Pertama, ‘Aisyiyah telah menggerakan seluruh sendi kehidupan umat dan bangsa untuk menjadi masyarakat yang maju, berkarya, amal usaha yang mencerdaskan dan mencerahkan, serta membangun kebersamaan.

Kedua, ‘Aisyiyah adalah organisasi pelopor gerakan inklusif dalam percaturan dan panggung nasional, baik dalam konteks kebangsaan dan keumatan, maupun kemanusiaan universal. “Ketika gerakan-gerakan perempuan lain masih berkutat, berbicara tentang dirinya, dari perempuan untuk perempuan, ‘Aisyiyah selain berbicara tentang perempuan untuk perempuan, tapi melampaui itu, perempuan untuk semua,” terang Haedar.

Ketiga, ‘Aisyiyah menjadi pelopor gerakan perempuan Islam berkemajuan yang rahmatan lil ‘alamin. Karakter gerakan ini, kata dia, melekat dan menyatu bukan hanya dalam jiwa dan alam pikiran ‘Aisyiyah, tetapi teraktualisasikan di dalam seluruh gerakan amal usahanya.

Menurut Haedar, karakter gerakan ‘Aisyiyah itu harus menjadi identitas kolektif dan identitas organisasi yang disebarluaskan menjadi state of mind bagi masyarakat luas, termasuk bagi gerakan-gerakan pereluan lain.

Baca Juga: Milad Ke-105: Noordjannah Djohantini Berharap Aisyiyah Istikamah menjadi Suluh Peradaban

Selanjutnya, Haedar juga menyebut delapan identitas gerakan ‘Aisyiyah: Pertama, berpaham Islam berkemajuan. Paham ini menjadikan Islam sebagai din al-hadlarah, agama peradaban yang mencerahkan. Islam berkemajuan, lanjutnya, berpondasi pada Islam, sekaligus mengembangkan ijtihad. Islam berkemajuan juga mempunyai ciri wasathiyah, yakni umat tengahan, moderat, yang menjadi saksi membsngun peradaban bersama.

Kedua, bercita-cita membangun khairu ummah, membangun masyarakat terbaik. Masyarakat terbaik menurut Haedar adalah masyarakat yang memberi manfaat bagi orang banyak tanpa melakukan diskriminasi terhadap siapapun. Khairu ummah adalah umat yang unggul dalam berbagai aspek: akidah, ibadah, dan muamalah.

Ketiga, bermisi dakwah dan tajdid yang mencerahkan. Menurutnya, mencerahkan itu takhrij mina al-dzulumat ila an-nur. “Mengeluarkan manusia dari berbagai macam keterjeratan, keterbelakangan, ketertinggalan, kepada kondisi yang terbaik. Termasuk dalam pemenuhan hak-hak dasar perempuan dalam kehidupan kolektif,” jelas Haedar, Kamis (19/5).

Keempat, menjunjung tinggi dan memuliakan harkat martabat manusia, laki-laki dan perempuan. Usaha membangun kesetaraan dan keadilan itu, ujar Haedar, lahir dari pesan Ilahi, sehingga manusia tidak punya hak untuk mendiskriminasi, merendahkan, apalagi mendzalimi sesama.

Kelima, membangun keluarga sakinah. Keluarga merupakan basis masyarakat dan bangsa yang berkeadaban utama. Keluarga adalah pondasi terkuat dari sebuah sistem besar. Tanpa keluarga, kata Haedar, masyarakat tidak akan bisa membangun kehidupan secara lebih pokok.

Keenam, gerakan yang menguasai ilmu pengetahuan dan pemikiran maju. “Kami percaya bahwa Indonesia akan maju, berjaya, dan bersaing dengan bangsa lain ketika kita menguasai IPTEK dan berpikiran maju,” ujar Haedar melanjutkan.

Ketujuh, gerakan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia. Muhammadiyah-‘Aisyiyah, terang Haedar, diberi amanah untuk mendidik generasi bangsa dengan penuh cinta, disiplin, dan penuh kemajuan.

Kedelapan, gerakan yang berperan proaktif di dalam memajukan umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta. Dunia saat ini tidak lagi terkotak-kotak, dan ‘Aisyiyah telah memajukan kehidupan umat dan bangsa yang melintas batas.

“Mudah-mudah milad ini akan terus mencerdaskan, mencerahkan, dan memajukan gerakan ‘Aisyiyah untuk umat, bangsa, dan rahmatan lil ‘alamin bagi semesta,” pungkas Haedar. (sb)

Related posts
Lensa OrganisasiSejarah

Di Mana Aisyiyah Ketika Masa Revolusi Indonesia?

Oleh: Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi* Tahun ini, Indonesia telah memasuki usia yang ke-79. Hal ini menjadi momentum untuk merefleksikan perjuangan para pendahulu…
Berita

107 Tahun Aisyiyah, Perkuat Komitmen Menjawab Berbagai Problem Kemanusiaan Semesta

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Mengusung tema “Memperkokoh dan Memperluas Dakwah Kemanusiaan Semesta” ‘Aisyiyah  akan memperingati miladnya yang ke-107 tahun pada 19 Mei…
Berita

Tri Hastuti Dorong Warga Aisyiyah Kawal Demokrasi di Indonesia

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Menghadapi momentum Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, banyak pertanyaan dari warga ‘Aisyiyah menyangkut pilihan dan keberpihakan ‘Aisyiyah. Sekretaris Umum…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *