Berita

Mimbar Kebudayaan LSB Muhammadiyah DIY Sajikan Beragam Seni Guna Dakwah Kreatif

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah –  Ayat-ayat Quran Surah Al-Asr terdengar dilantunkan dalam nada-nada tilawah dengan begitu merdu di Gedung Aula Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (PWM DIY), Rabu (22/11).

Uniknya, terjemahan ayat tersebut disajikan dalam bentuk tembang berbahasa Jawa. Kalam ilahi tersebut merupakan sajian awal dalam kegiatan Mimbar Kebudayaan Lembaga Seni Budaya (LSB) PWM DIY yang menghadirkan tokoh budayawan, Mustofa W. Hasyim, sebagai narasumber dan dihadiri Wakil Ketua PWM DIY Iwan Setiawan dan pimpinan LSB PDM Se DIY serta Budayawan di DIY.

Tidak seperti kegiatan diskusi pada umumnya, kegiatan ini dikonsep begitu hidup dengan beragam tampilan seni budaya. Dian Koprianing Nugraha, Ketua LSB PWM DIY, membuka sambutannya dengan dua buah puisi berbahasa Jawa bertema pemilu dan kerukunan. Ia lantas menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan media konsolidasi bagi seniman dan budayawan se-DIY sebelum menyambut tahun 2024. “Kami berharap di tahun-tahun selanjutnya suasana seni budaya dapat menghidupkan gerakan-gerakan Muhammadiyah,” ujarnya.

Sambutan pun disampaikan oleh Iwan Setiawan, Wakil Ketua PWM DIY. Ia menyampaikan, “saya bukan pelaku budaya, tapi saya sangat cinta terhadap budaya khususnya untuk dapat mewarnai Muhammadiyah dan masyarakat.” Selama ini, Muhammadiyah sering dianggap anti budaya karena gerakan perlawanannya terhadap TBC (tahayul, bid’ah, churafat). Iwan menegaskan bahwa adanya LSB di Muhammadiyah menjadi bukti yang membantah itu semua. Memungkasi sambutannya, Iwan pun juga membacakan sebuah puisi bertema sejarah Muhammadiyah.

Baca Juga: Tafsir, Mujahid Kebudayaan dari Jawa Tengah

Pada acara inti, Mustofa W. Hasyim, atau yang akrab disapa Mbah Mus, kemudian menyampaikan khotbah kebudayaan. Ia mengungkapkan hasil analisisnya mengenai perubahan perkembangan seni budaya di seluruh kota dan kabupaten se-DIY. Terdapat kondisi yang beragam yang dihadapi setiap daerah. Ia pun melempar pertanyaan pada hadirin, “Apakah kita di Muhammadiyah sudah terlibat dalam perubahan kebudayaan itu? Kalau di Twitter, kita itu leader atau follower?”

“Tugas kita sekarang adalah mengubah diri kita dari follower menjadi leader, dari loser menjadi winner,” ujar Mustofa. “Pemenang adalah manusia yang aktif. Pecundang itu adalah manusia yang pasif,” imbuhnya. Untuk itu, Muhammadiyah perlu mempertemukan spirit beragama dengan ekspresi beragama dengan terus mengasah daya kreatif dan kolaboratif. Khotbah tersebut menjadi pemantik dan dorongan bagi para penggiat seni budaya Muhammadiyah DIY.

Kegiatan Mimbar Kebudayaan ini diapresiasi oleh Mustofa karena telah menyajikan berbagai tampilan seni budaya yang kreatif dan variatif. Di antaranya adalah tampilan macapat Bambang Sugeng  Haryanto (anggota LSB PWM DIY), musik akustik dari grup Cah Angon, serta pembacaan puisi kolaborasi guru dan siswa SD Muhammadiyah Karangkajen.

Related posts
Berita

Pagelaran Milad ke-112 Muhammadiyah DIY: Dakwah Budaya untuk Kemakmuran Semua

Bantul, Suara ‘Aisyiyah – Perjalanan panjang persyarikatan Muhammadiyah telah menginjak usia 112 tahun dalam hitungan masehi sejak berdiri pada tahun 1912 di…
Berita

Rakerwil LSB PWM DIY: Seni Budaya Muhammadiyah Menggembirakan Semesta

Kulon Progo, Suara ‘Aisyiyah – Lembaga Seni Budaya Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (LSB PWM DIY) baru saja melaksanakan Rapat Kerja…
Sosial Budaya

Dakwah Kebudayaan, Tugas Raksasa yang Harus Bisa

Oleh: Adib Sofia Pada 57 tahun yang lalu, tepatnya tahun 1965, Siti Baroroh Baried memberikan orasi mengenai dakwah kebudayaan pada Konferensi Islam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *