Berita

Minimalisir Emisi Karbon, Dosen UM Bandung Ajak Masyarakat Melakukan Ini

Gerakan Subuh Mengaji-Emisi Karbon

Yogyakarta, Suara ‘AisyiyahBertambahnya populasi manusia di dunia menyebabkan kebutuhan bahan bakar terus meningkat. Masalah lingkungan dan keamanan energi pun terus bermunculan dan menimbulkan kekhawatiran. Sebagaimana peningkatan suhu bumi dan perubahan cuaca ekstrim yang terjadi.

Pernyataan itu disampaikan Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung, Noviani Arifina Istiqomah, saat menjadi narasumber dalam Gerakan Subuh Mengaji (GSM) ‘Aisyiyah Jawa Barat. Pengajian yang berlangsung pada Senin (23/10) itu mengusung tema “Teknologi Penyerapan Emisi Karbon”.

Ia menyebutkan lima aturan bagi perusahaan tentang penyerapan karbon, yaitu kerangka kerja PBB, Protokol Kyoto, Persetujuan Paris, Undang-undang dan Peraturan Nasional, serta program sertifikasi dan perdagangan karbon. Apabila perusahaan tidak memenuhi peraturan tersebut, maka ada sanksi berupa denda, penalti pajak, penutupan bisnis, tuntutan hukum, reputasi buruk, hingga restorasi atau pemulihan lingkungan yang telah tercemar pada beberapa kasus.

Baca Juga: Beralih ke Teknologi Ramah Lingkungan, Bisakah?

Untuk menghentikan dan meminimalisir penggunaan karbon atau emisinya, Novia memaparkan beberapa upaya, di antaranya: (a) penyerapan karbon oleh tanah; (b) restorasi habitat karbon biru, yakni upaya untuk mengembalikan, melestarikan, dan memulihkan ekosistem pesisir laut; (c) penggunaan bahan bakar lebih rendah karbon, dan; (d) pemanfaatan ganggang atau alga yang merupakan organisme yang tumbuh di berbagai lingkungan air.

Selanjutnya, ia menyebutkan upaya lain seperti penggunaan sumber energi terbarukan seperti biomassa. Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang tertuang dalam Peraturan Presiden No. 79, BAB 2 pasal 9 Tahun 2014 menyatakan bahwa target penggunaan energi terbarukan itu meningkat.

Novia menjelaskan, di antara sumber energi biomassa, limbah Lignoselulosa yang merupakan komponen utama penyusun tumbuhan, menjadi sumber karbon yang paling melimpah di Indonesia karena seluruh wilayah Indonesia merupakan penghasil tanaman.

Dalam penelitiannya, ia menyebutkan tentang penggunaan Fermentasi Syngas sebagai upaya untuk menghasilkan karbondioksida menjadi sebuah produk. Ia menyebutkan Lanzatech sebagai perusahaan yang telah menggunakan Fermentasi Syngas.

“Upaya lain yang dapat dilakukan ketika sendiri, yaitu dengan penanaman pohon. Karena menanam pohon merupakan pahala jariyah yang terus mengalir meskipun kita telah meninggal,” pungkas dia. (shifna)

Related posts
Berita

Spirit Kepahlawanan Muhammadiyah Harus Terus Dihidupkan

  Bandung, Suara ‘Aisyiyah – Spirit kepahlawanan dalam sejarah Muhammadiyah dan relevansinya dengan kehidupan modern menjadi sorotan penting yang diangkat oleh dosen…
Berita

Refleksi Kemerdekaan Indonesia ke-79: Problematika Negara Masih banyak

Bandung, Suara ‘Aisyiyah – Gerakan Subuh Mengaji (GSM) Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Barat angkat momen kemerdekaan sebagai tema kajian kali ini. Uum…
Berita

GSM Adakan Kajian Kebencanaan Bahas Dinamika Kaum Rentan

Bandung, Suara ‘Aisyiyah – Indonesia adalah salah satu negara di dunia dengan resiko bencana yang sangat tinggi. Berdasarkan data BNPB (Badan Nasional…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *