Dalam sejarah Islam, mitos gerhana erat kaitannya dengan peristiwa kematian putra Nabi Muhammad saw. dari rahim Mariyah al-Qibtiyah. Putra Nabi saw. itu bernama Ibrahim.
***
Nabi Muhammad diketahui mempunyai tujuh anak. Enam di antaranya lahir dari rahim istri kesayangan beliau, yakni sayyidah Khadijah binti Khuwailid. Sementara satu lainnya dari rahim sayyidah Mariyah al-Qibtiyah, seorang budak perempuan pemberian Raja Mesir pada masa itu yang kemudian diperistri oleh Nabi saw. Tujuh anak itu bernama Zainab, Qasim, Ummu Kultsum, Fatimah, Ruqayyah, Abdullah, dan Ibrahim.
Tiga putra Nabi saw. tidak pernah menginjak usia dewasa. Qasim yang lahir sebelum masa kenabian Muhammad hanya berumur 17 bulan. Pun demikian halnya dengan Abdullah. Sementara itu, Ibrahim yang lahir dari rahim Mariyah al-Qibtiyah berumur tidak lebih dari 1.5 tahun.
Ibrahim bin Muhammad wafat setelah sebelumnya jatuh sakit. Dalam beberapa literatur, disebutkan bahwa kematian Ibrahim bertepatan dengan terjadinya peristiwa gerhana matahari. Sehingga pada waktu itu, beberapa sahabat ada yang menganggap bahwa gerhana terjadi karena kematian Ibrahim bin Muhammad.
Baca Juga
Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021: Perspektif Islam dan Sains
Akan tetapi, dengan tegas Nabi Muhammad saw. membantahnya. Nabi saw. menjelaskan bahwa gerhana adalah kejadian alam semesta yang tidak ada hubungannya dengan kelahiran atau kematian seseorang.
إن الشمس والقمر من ايات الله، وإنهما لا ينخسفان لموت أحد ولا لحياته
Artinya, “sesungguhnya matahari dan bulan adalah tanda-tanda Allah swt, dan sesungguhnya keduanya tidak tenggelam (mengalami gerhana) karena kematian atau kelahiran seseorang”.
Sikap Nabi saw. menunjukkan bahwa beliau secara tegas menolak mitos gerhana. Pada sisi yang lain, beliau mengajarkan umat Islam untuk ber-Islam secara rasional dan saintifik. Benar bahwa Nabi Muhammad saw. dan Mariyah al-Qibtiyah mengalami kesedihan setelah ditinggal Ibrahim, tetapi kesedihan tersebut tidak lantas menggeser fenomena saintifik ke wilayah mitos.
Salat Gerhana
Setelah menjelaskan bahwa gerhana merupakan fenomena alam semesta, Nabi saw. memerintahkan kepada umat Islam untuk melaksanakan salat (fa idzā ra’aitumūhā fa qūmū fa shallū). Dari hadits riwayat ‘Aisyah ra. diketahui bahwa salat gerhana dilakukan dua rakaat dengan tanpa didahului oleh azan atau iqamat.
عن عائشة أن النبي صلى الله عليه وسلم جهر فى صلاة الخسوف بقراءته فصلى أربع ركعات فى ركعتين وأربع سجدات
Artinya, “dari ‘Aisyah ra. (diriwayatkan bahwa) Nabi saw. menjahrkan bacaannya dalam salat khusuf; beliau salat dua rakaat dengan empat rukuk dan sujud” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits lain yang lebih spesifik adalah:
Artinya, “dari ‘Aisyah, istri Nabi saw., (diriwayatkan bahwa) ia berkata: pernah terjadi gerhana matahari pada masa hidup Nabi saw., lalu beliau keluar ke masjid dan jamaah berdiri bersaf-saf di belakang beliau. Rasulullah saw. bertakbir lalu beliau membaca qiraat yang panjang, kemudian beliau bertakbir dan rukuk dengan dengan rukuk yang lama. Lalu beliau mengucapkan sami‘allāhu liman ḥamidah dan berdiri lurus, kemudian tidak sujud, melainkan membaca qiraat yang panjang, tetapi lebih pendek dari qiraat pertama, kemudian beliau rukuk yang lama, tetapi lebih singkat dari rukuk pertama. Kemudian beliau membaca sami‘allāhu liman ḥamidah, rabbanā wa lakal-ḥamd. Kemudian beliau sujud. Kemudian pada rakaat kedua (terakhir) beliau mengucapkan ucapan seperti pada rakaat pertama, sehingga terpenuhi empat rukuk dan empat sujud. Kemudian sebelum beliau selesai, Matahari lepas dari gerhana. Kemudian beliau berdiri dan mengucapkan tahmid untuk memuji Allah sesuai dengan yang menjadi kepatutan bagi-Nya, lalu beliau bersabda: sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak gerhana karena mati dan hidupnya seseorang. Jika kamu melihat keduanya, segeralah mengerjakan salat” (HR. Muslim).
Demikianlah, gerhana merupakan fenomena alam yang menunjukkan kebesaran kuasa Allah swt. Maka ketika terjadi peristiwa gerhana, umat Islam diperintahkan untuk salat –sebagai bentuk ketundukpasrahan kepada Allah swt.—dan diiringi khutbah –untuk (terus) mengingatkan tentang ke-Maha Kuasaan-Nya–. Semoga Gerhana Bulan Total (GBT) pada 26 Mei 2021 dapat meningkatkan kualitas keimanan kita. (siraj)
Wallahu a’lam.