Berita

MPKS PP Muhammadiyah Gelar Rakernas

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial Pimpinan Pusat (MPKS PP) Muhammadiyah menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) selama tiga hari, Jumat-Ahad (11-13/8).

Acara yang digelar di SM Tower and Convention Yogyakarta ini mengusung tema “Tajdid AUMSOS Abad Ke-2: Modernisasi Manajemen Menuju AUMSOS yang Profesional, Inklusif, dan Mandiri.”

Bendahara MPKS PP Muhammadiyah mewakili Ketua MPKS PP Muhammadiyah, Yana Aditya dalam sambutannya pada pembukaan Rakernas, Jumat (11/8) melaporkan bahwa acara ini dihadiri oleh sekitar 150 peserta, baik dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) seluruh wilayah Indonesia maupun dari Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS).

Yana berharap, MPKS sebagai sebuah unit pembantu pimpinan dapat menerjemahkan program kerja Muhammadiyah, khususnya program kesejahteraan sosial. Mengingat pada saat ini tantangan dan kendala yang dihadapi sudah sangat berubah dengan adanya era disrupsi. “Sehingga mau tidak mau harus menghadapi era digital. Seluruh LKS harus bisa mengantisipasi itu dan memanfaatkannya,” lanjutnya.

Baca Juga: Majelis Dikdasmen dan PNF PP Muhammadiyah Selenggarakan Rakernas

Turut hadir sebagai Keynote Speaker, Menteri Sosial Republik Indonesia, Tri Rismaharini. Risma dalam paparannya menyampaikan terkait pentingnya melakukan pemberdayaan, khususnya kepada kaum marjinal, seperti difabel, lansia, anak yatim, dan sebagainya.

Menurut Risma, Rakernas ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan Muhammadiyah mewujudkan visi dan misi kesejahteraan sosial melalui rencana aksi yang komprehensif. Oleh karenanya, Risma berharap, Rakernas ini bisa menghasilkan program-program yang konkret khususnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Rakernas dibuka oleh Ketua PP Muhammadiyah, Muhadjir Effendy. Menteri Koordinator Pembangunan Kemanusiaan dan Kebudayaan (Menko PMK) ini menyampaikan terkait inklusivitas gerakan sosial Muhammadiyah. Menurut Muhadjir, dalam pelayanan sosial, Muhammadiyah tidak boleh pandang bulu, terutama dengan kaum yang terpinggirkan. (sa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *