Umat Muslim telah menjalani Hari Raya Idul Fitri 1444 H yang jatuh pada 10 April 2024. Artinya, masyarakat perantau akan atau telah disibukkan dengan persiapan untuk mudik. Sebaliknya, keluarga-keluarga di tempat asal para pemudik juga sibuk mempersiapkan berbagai macam masakan favorit untuk me-nyambut sanak saudaranya yang akan mudik.
Tidak heran bila agenda mudik merupakan momen yang ditunggu-tunggu baik oleh para perantau maupun keluarganya di kampung atau kota asal. Di samping untuk berkunjung kepada sanak saudara, mudik juga merupakan kesempatan untuk melepas lelah dari beban pikiran dan perasaan dunia kerja, apapun jenis kerjanya.
Oleh karena itu, mudik yang menghadirkan suasana keakraban juga bisa difungsikan sebagai acara relaksasi keluarga. Perjalanan mudik adalah perjalanan yang bisa menimbulkan kelelahan. Meskipun demikian, perjalanan mudik bisa bernilai rekreatif. Oleh karena itu, para pemudik harus mempersiapkan hal-hal penting agar berbagai hambatan di perjalanan tidak mengganggu suasana ceria dan bahagia yang diharapkan untuk bertemu keluarga yang akan dikunjungi.
Membangun Silaturahim
Inti acara mudik sebenarnya adalah pulang kampung pada libur lebaran atau hari raya Idulfitri untuk bersilaturahmi dengan keluarga yang lebih tua, khususnya kepada ayah dan ibu kandung, ayah dan ibu mertua, serta kakek dan nenek. Secara luas, paman, bibi, dan kerabat dekat lainnya juga menjadi pihak yang perlu dikunjungi untuk menjalin tali silaturahmi tersebut.
Pada masyarakat Indonesia, ada kebiasaan dalam keluarga muslim untuk melakukan sungkem kepada ayah-ibu serta kakek-nenek untuk meminta maaf dan memohon doa keberhasilan dan kebahagiaan hidup. Setelah sungkem, silaturahmi dilanjutkan dengan menebar kasih sayang dan saling memaafkan antar saudara dekat dan jauh, serta tetangga. Acara sungkem dan membangun silaturahmi dengan saudara, tetangga, dan kenalan itu merupakan pengejawantahan dari perintah Allah dalam beberapa ayat al-Quran.
Di antaranya adalah firman Allah yang tercantum dalam surat Lukman (31) ayat 14 dan dalam surat an-Nisa’ (4) ayat 36 berikut: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kamu kembali,” (Q.s. Lukman (31): 14).
“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya. Dan berbuat baiklah kepada kedua orangt ua, karib kerabat, anak-anak yatim, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri” (Q.s. an-Nisa’ (4): 36).
Membangun hubungan silaturahmi pada saat lebaran merupakan kesempatan yang sangat bermakna, khususnya untuk generasi muda dari suatu keluarga. Jarak yang jauh serta kesibukan kerja atau sekolah di tempat yang jauh dari kota asal kelahiran tempat orang tua menetap dapat merenggangkan hubungan antar keluarga. Hal ini terutama terjadi pada anak-anak yang lahir di kota tempat kerja orang tuanya. Oleh karena itu, agar acara mudik dapat betul-betul bermakna untuk membangun ikatan silaturahmi antar keluarga itu, perlu direncanakan adanya suasana kebersamaan yang bisa disepakati oleh keluarga terkait, baik dalam lingkungan keluarga pihak suami maupun istri.
Baca Juga: Idulfitri: Menyucikan Jiwa, Menguatkan Fitrah
Suasana pertemuan keluarga yang cair dan akrab perlu dibangun. Kendala-kendala yang menjadi penghambat dari suasana kebersamaan itu perlu diminimalisir. Di antara hal-hal yang perlu dihindari adalah pembicaraan yang bisa menimbulkan ketersinggungan dan atau kecemburuanan pada anggota keluarga yang lain. Apalagi, biasanya masing-masing anggota keluarga tidak selalu sama coraknya, terutama pada aspek ekonomi.
Selain itu, perlu meninggalkan atau setidaknya mengurangi kesibukan penggunaan gawai, terutama pada anak-anak dan remaja yang diajak mudik me-ngunjungi keluarga di kampung halaman. Khusus untuk kelompok remaja dan anak-anak yang di antara mereka sebelumnya jarang atau belum pernah saling bertemu maka perlu diberi kesempatan tersendiri untuk membuat suasana keakraban sesuai dengan selera mereka.
Dengan demikian, di antara mereka bisa terbangun keakraban dan perlu ditekankan lagi agar mereka tidak terpancang dengan kesibukan untuk terus ber-gadget ria. Akan baik juga bila anak-anak dan atau remaja diberi kesempatan untuk berpiknik dengan mengunjungi tempat-tempat rekreatif yang tidak terlalu jauh dari rumah tinggal kakekneneknya. Bahkan kalau perlu, kegiatan ini bisa didampingi oleh orang tua mereka.
Berkunjung Ke Tempat Mertua
Berkunjung ke tempat mertua dan keluarganya untuk mempererat ikatan silataruhmi pada saat libur lebaran juga merupakan hal yang perlu perencanaan, baik dalam menentukan waktu kunjungan maupun tentang mengatur sikap yang tepat, sehingga bisa membangun hubungan yang dekat, akrab, dan harmonis. Tidak ada hal yang prinsip tentang perbedaan berkunjung kepada pihak orang tua sendiri atau pihak mertua. Namun paling tidak ada dua (2) hal yang perlu direncanakan, yaitu waktu kunjungan dan tentang sikap ketika berada di rumah mertua.
Pertama, tentang waktu kunjungan. Bila tempatnya berdekatan, misalnya berada di satu kota, atau berbeda kota tetapi jaraknya tidak berjauhan, pembagian waktu bisa lebih mudah diatur melalui kesepakatan sesuai dengan kondisi keluarga masing-masing. Namun bila rumah mertua berbeda kota yang jauh dan memerlukan jarak perjalanan sejauh pesawat terbang misalnya, kunjungan lebaran ke tempat tinggal mertua bisa direncanakan pada tahun yang berbeda. Untuk itu, suami dengan istri serta pihak mertua dan keluarga dekatnya hendaklah terlibat dalam kesepakatan tersebut.
Kedua, tentang bersikap terhadap mertua dan keluarganya. Bagi pihak menantu, terutama menantu perempuan, biasanya ada perasaan kikuk, kurang nyaman bila berhadapan dengan ibu mertua dan saudara-saudara iparnya. Hal ini bisa diantisipasi melalui jalinan hubungan keakraban yang dibina sebelumnya, misalnya melalui media komunikasi, baik WhatsApp atau telepon. Jadi, ketika bertemu pada saat kunjungan lebaran, menantu dan keluarga mertua dapat menjalin hubungan yang nyaman.
Ada beberapa saran yang bisa dipertimbangkan ketika berkunjung ke rumah mertua agar terasa nyaman. Sikapi dan hormatilah ayah dan ibu mertua sebagaimana menghormati orang tua sendiri. Bawalah buah tangan yang sesuai dengan selera mereka berdua. Tunjukkanlah perhatian dan ketertarikan ketika berbincang, dan pilihlah topik yang tepat. Berilah pujian dan tunjukkan kesukaan terhadap hasil masakan ibu mertua.
Selain itu, bersiaplah untuk membantu pekerjaan rumah lainnya. Adapun menantu laki-laki, bersiaplah untuk bisa berbincang dengan ayah mertua. Selanjutnya, berbaurlah juga dengan anggota keluarga lainnya. Dengan mempersiapkan berbagai hal seperti terurai di atas, semoga perjalanan menuju kampung halaman untu berlebaran bisa mencapai tujuan. Harapannya, memperkuat ikatan silaturahmi dengan keluarga di kampung, mendapat restu dari orang tua kedua belah pihak, dan memperoleh semangat baru menuju dunia kerja di kota tempat tinggalnya. [4/23] (Susilaningsih Kuntowijoyo)