Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Mengusung tema “Aktualisasi Islam Berkemajuan dalam Kehidupan Berbangsa”, Pengajian Ramadan 1444 H PP Muhammadiyah pada Ahad (26/3), menghadirkan Ulfa Mawardi, Hilman Latief, Muhadjir Effendy. Tema ini menjadi pungkasan dari serangkaian materi yang sudah diberikan sejak Jumat lalu.
Dalam kesempatan itu, Hilman Latief menyampaikan perlunya pendefinisian ulang apa dan bagaimana kontribusi kebangsaan Muhammadiyah untuk Indonesia. Redefinisi ini perlu untuk mendiseminasikan dan menguatkan gagasan yang dibangun oleh Muhammadiyah, sehingga bisa diterima oleh masyarakat secara luas melalui jalur struktural.
Sebagai contoh, bagaimana partisipasi dan keterlibatan Muhammadiyah di sektor HAM? Menurut Hilman, meskipun terus menyuarakan kesetaraan dan pemenuhan HAM, nyatanya sebagian besar narasi besar Muhammadiyah itu belum tersampaikan dan terwadahi. Dalam rangka itu, keterlibatan aktif Muhammadiyah di aras kebangsaan adalah agar “nanti Muhammadiyah tetap merupakan organisasi sipil yang terus bisa berkontribusi”.
Baca Juga: Mempersiapkan Kiprah Politik Perempuan
Selanjutnya, Muhadjir Effendy menyampaikan bahwa Muhammadiyah adalah gugusan pengalaman kolektif seluruh warga dan pimpinannya. “Setiap orang punya pengalaman masing-masing dalam bermuhammadiyah,” kata dia.
Muhammadiyah, kata Muhadjir, harus betul-betul mengkapitalisasi pengalamannya selama 100 tahun untuk meraih harapan masa depan.
Pertautannya adalah bahwa pengalaman di masa lalu itu dijadikan dasar untuk melakukan percobaan dalam rangka menancapkan harapan di masa depan.
Muhammadiyah, kata dia melanjutkan, harus mampu berubah, berimbang, dan berkelanjutan. “Muhammadiyah harus pandai-pandai menjaga akses,” ungkapnya. (sb)