Ternate, Suara ‘Aisyiyah – Stunting masih menjadi masalah serius di Indonesia, dengan dampak jangka panjang yang mencakup gangguan pertumbuhan, kecerdasan, sistem imun, hingga performa pendidikan yang menurun. Dampak lebih lanjut bahkan bisa memengaruhi produktivitas generasi muda dan meningkatkan risiko penyakit kronis di masa dewasa.
Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi terbesar di Indonesia, memiliki peran strategis dalam upaya menanggulangi stunting. Struktur organisasi Muhammadiyah yang tersebar hingga ke level desa mencakup lebih dari 3.000 Pimpinan Cabang dan 8.000 Pimpinan Ranting di seluruh Indonesia.
Muhammadiyah juga mengelola berbagai institusi pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, serta ratusan poliklinik dan rumah sakit yang siap mendukung upaya penanggulangan masalah gizi ini.
Pada 2023, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menggelar program Aksi Bergizi Sehat Berkemajuan (ABSB) di empat provinsi, yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat.
Program ini berhasil menjangkau 90 sekolah Muhammadiyah melalui berbagai kegiatan seperti edukasi gizi, senam sehat, sarapan bersama, dan minum tablet tambah darah (TTD).
Melanjutkan keberhasilan ini, ABSB pada 2024 kini diperluas ke enam provinsi lainnya, termasuk Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Maluku Utara.
Pada setiap sekolah, dipilih kader yang terdiri dari guru, siswa, dan komite sekolah untuk menjalankan tiga kegiatan utama dalam ABSB, yakni advokasi, edukasi, dan aksi bergizi.
Advokasi dilakukan untuk membangun komitmen dan dukungan dari para pemangku kepentingan, sementara edukasi memberikan wawasan mendalam kepada kader tentang pentingnya gizi melalui metode kreatif dan inovatif. Aksi bergizi sendiri dilakukan dengan sarapan sehat setelah senam, disusul dengan minum TTD secara rutin.
Baca Juga: Mengenal dan Mengantisipasi Penyakit Jantung
Riskal Muslim, perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara, menyambut baik inisiatif Muhammadiyah ini. Menurutnya, Muhammadiyah menghadirkan metode yang inovatif di sekolah, seperti ceramah dengan materi ABSB dan pemeriksaan kesehatan siswa yang dicurigai mengalami anemia.
Di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate, bahkan dilakukan skrining kesehatan jiwa menggunakan aplikasi “Sijiwa” untuk mendukung kesehatan mental siswa.
Dalam kunjungan di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate, Soemanto, dari MPKU PP Muhammadiyah, menyampaikan apresiasi atas dukungan Kementerian Kesehatan terhadap ABSB.
Ia menegaskan, Muhammadiyah berkewajiban melahirkan generasi sehat dan berkemajuan tanpa harus bergantung sepenuhnya pada dukungan finansial eksternal. “ABSB ini sifatnya embrional, sehingga perlu terus dikembangkan oleh sekolah-sekolah Muhammadiyah,” ujar Soemanto.
Sebagai komitmen, MPKU PP Muhammadiyah bersama Majelis Dikdasmen, PNF, dan Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah telah mengeluarkan Surat Edaran Bersama Nomor 126/I.6/D/2024 tentang pelaksanaan ABSB di sekolah dan pesantren Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Aksi ini diharapkan dapat menjadi langkah konkret dalam mengatasi stunting dan memperbaiki kualitas kesehatan generasi muda Indonesia.