Liputan

Muhammadiyah Menawarkan Pemahaman Islam yang Maju

Logo-Muhammadiyah
Logo-Muhammadiyah

Logo-Muhammadiyah

Oleh: Syifa R. Dewi

Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Periode 2000-2010 Siti Chamamah Soeratno mengatakan bahwa Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah sejak kemunculannya selalu menyerukan kemajuan. Sehingga tercetuslah Islam Berkemajuan. Untuk menjadi Islam yang terus maju, maka harus kontekstual sesuai dengan perkembangan sosial, dan logis dengan kebutuhan masyarakat.

Sejak kelahirannya pun, terang Chamamah, Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah telah berpikir tentang ilmu, maka muncullah gerakan ilmu. Muhammadiyah menyadari bahwa penyadaran ilmu ini akan meningkatkan potensi kehidupan, sehingga gerakan ilmu menjadi cara untuk sosialisasi potensi akal.

Sosialisasi potensi akal ini dilakukan lewat sekolah-sekolah. Dahulu bahkan Kiai Dahlan membentuk semacam tempat belajar di langgarnya dan kemudian mendirikan Muhammadiyah, lalu membentuk sekolah pertama Kweekschool Muhammadiyah. Bukan hanya itu, yang berbeda juga, kata Chamamah, Muhammadiyah menyerukan setiap insan, baik laki-laki dan perempuan apapun peran sosialnya, ada dalam kedudukan yang sama untuk melakukan sosialisasi potensi akal (sekolah).

Nafas penyeruan sekolah ini, Chamamah menjelaskan, diawali dari ayat QS. ali Imron [3]: 102 dam 110. Jika ingin menjadi umat yang paling baik maka kamu harus mengajak orang lain berbuat baik. Tetapi karena pada masa itu banyak pandangan hanya kaum laki-laki saja yang dimuliakan, maka Muhammadiyah-‘Aisyiyah berbekal QS. an-Nahl [16]: 97 dan QS. an-Nisa [4]: 1. Muhammadiyah menyadari bahwa kedudukan perempuan dan laki-laki sama sehingga harus diberikan kesempatan yang sama pula dan tidak dibedakan.

Baca Juga: Siti Hayinah: Ikon Gerakan Keilmuan ‘Aisyiyah

Chamamah melanjutkan, dari adanya sekolah Muhammadiyah terbentuklah sistem pendidikan di Muhammadiyah. Dari sanalah muncul tradisi keilmuan Muhammadiyah yang sangat kuat. Karena itu, Muhammadiyah-‘Aisyiyah dapat mengembangkannya hingga sekarang memiliki 167 perguruan tinggi.

Capaian Tradisi Keilmuan

Chamamah mengungkapkan bahwa dengan adanya tradisi keilmuan di Muhammadiyah dalam dua abad ini telah menghasilkan banyak hal, di antaranya, pemikiran, kemampuan yang mengglobal, cakupan ke segenap warga bangsa, dialog dengan berbagai konteks komunitas, dan ketegasannya terhadap sikap keberilmuannya dalam berbagai kondisi. Konsentrasi gerakan Muhammadiyah pun semakin meluas tidak hanya pada bidang pendidikan saja, tetapi merambah bidang kesehatan, sosial ekonomi, lingkungan, hukum, hingga penanggulangan bencana.

Dengan komitmen tersebut, Muhammadiyah dapat menjawab kebutuhan masyarakat. Terlebih kehadiran Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ini tidak hanya diperuntukkan kalangan sendiri, tetapi semua kalangan walau berbeda agama, suku, ras, dan lainnya.

Kunci keberhasilan Muhammadiyah ‘Aisyiyah saat ini, menurut Chamamah, tidak lain karena adanya upaya sosialisasi potensi akal (sekolah) tadi. Oleh karena itu, pemikiran masyarakat yang tadinya belum teredukasi menjadi teredukasi dan lebih menguasai. Taraf hidup menjadi lebih baik dan berkembang.

Baca Juga: Muhammadiyah Berkemajuan Sejak Dahulu

Tradisi keilmuan salah satunya dapat dimunculkan oleh ratusan Perguruan Tinggi. Aliansi guru besar, ungkap guru besar Universitas Gadjah Mada ini, satu-satunya hanya di Muhammadiyah. “Karakter tradisi keilmuan itu bentuknya daya kritis, pikirannya tajam, ibarat pisau akan mudah dipakai untuk merajang atau memikirkan apapun, mempunyai wawasan luas, membentuk sensitivitas sehingga melihat sesuatu secara peka dan melakukan tindakan untuk peduli. Kemudian diwarnai dengan semangat beragama. Istilahnya ghirah,” jelas Chamamah.

Kontribusi Tradisi Keilmuan bagi Gerakan

Tentunya ada banyak kontribusi tradisi keilmuan bagi gerakan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Menurut Chamamah, ada dua hal yang patut dicatat, pertama, mengembangkan gerakan. Kedua, tertib, ada dialog yang efektif, profesional, ada potensi signifikan untuk maju berpartisipasi sebagai unsur pembangun negara Indonesia yang maju.

Meskipun demikian, Chamamah mengimbau para pimpinan untuk berpikir visioner ke depan. Mau dibawa ke mana Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ini ke depannya? Misalnya bagaimana menjaga keberlangsungannya, persebaran gerakannya, dan menyiapkan diri menghadapi tantangan yang ada di depan.

Baca Juga: Amin Abdullah: Pembaharuan Apa yang Akan Dilakukan Muhammadiyah Ke Depan?

Chamamah mengingatkan, termasuk dalam hal ini, Suara ‘Aisyiyah sebagai salah satu produk tradisi keilmuan ‘Aisyiyah harus terus mengembangkan diri. Memperluas pembacanya dan tidak hanya menitikberatkan pembacanya dari kaum perempuan saja tetapi untuk semua kalangan. Karena pada dasarnya semua ilmu yang didapat itu dapat ditularkan pada siapa saja.

Strategi Membangun Gerakan Ilmu

Sebagaimana termuat dalam Pokok Pikiran ‘Aisyiyah Abad Kedua, menurut Chamamah, keputusan gerakan ilmu sebagai salah satu agenda strategis abad kedua adalah hal yang tepat. Ia menegaskan bahwa di dalam ruh gerakan ‘Aisyiyah harus ada gerakan ilmu. Chamamah mengibaratkan, jika kita hanya sibuk berdongeng tentang kehebatan masa lalu, orang-orang tidak akan melirik kita lagi. Untuk menjawab tantangan yang ada sekarang, ‘Aisyiyah harus menjawab kebutuhan dan memberi solusi.

Bagaimana caranya? Chamamah menyampaikan empat hal penting yang harus diperhatikan untuk membangun gerakan ilmu. Pertama, sebagai organisasi perempuan berkemajuan, ‘Aisyiyah perlu menampilkan peran perempuan ‘Aisyiyah di masyarakat dalam contoh yang konkret dan komprehensif. Dengan demikian, masyarakat luas akan melihat tidak hanya warga Muhammadiyah Áisyiyah, masyarakat muslim, dan perempuan saja.

Baca Juga: ‘Aisyiyah: Spirit Perempuan Berkemajuan

Kedua, gerakan ilmu yang ada sekarang harus sesuai zamannya. Materi yang menarik, merangsang, dan apresiatif menjadi penting. Ketiga, perlu adanya ajakan-ajakan dan tampilan fisik yang mengundang. Membuat orang tertarik tidak hanya dari segi pemikirannya tapi juga penampilannya. Keempat, punya ciri khas tersendiri dengan menampilkan identitas, karakter secara konkret, dan menarik.

Pungkasan, Chamamah menyebut bahwa sejarah dan tradisi keilmuan Muhammadiyah ‘Aisyiyah memiliki peran yang fungsional dan signifikan bagi kemajuan bangsa. Kita patut berbangga, bersyukur, serta memiliki tanggung jawab untuk menggelorakan lagi semangat tradisi keilmuan dalam gerakan.

Related posts
HikmahKeluarga Sakinah

Poligami dalam Perspektif Islam Berkemajuan

Oleh: Hamim Ilyas* Poligami atau perkawinan dengan istri lebih dari satu dalam waktu yang sama, terus menjadi kontroversi di kalangan umat. Kontroversi ini…
Berita

Irman Gusman Berkomitmen Jadikan Masjid Taqwa Muhammadiyah Ikon Religius Sumatera Barat

  Padang, Suara ‘Aisyiyah – Anggota DPD RI, Irman Gusman, mengadakan kegiatan reses di Masjid Taqwa Muhammadiyah, Sumatera Barat, pada Senin (16/12)….
Lensa OrganisasiSejarah

Di Mana Aisyiyah Ketika Masa Revolusi Indonesia?

Oleh: Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi* Tahun ini, Indonesia telah memasuki usia yang ke-79. Hal ini menjadi momentum untuk merefleksikan perjuangan para pendahulu…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *