Sigli, Suara ‘Aisyiyah – Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kabupaten Pidie menggelar Musyawarah Daerah (Musyda) ke-IV yang bertempat di Masjid At-Taqwa Muhammadiyah Sigli, Kabupaten Pidie, Ahad (9/1).
Hadir dalam acara tersebut Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Pidie, Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Aceh, Pimpinan Lazismu Pidie, BKM Masjid At-Taqwa Muhammadiyah Sigli, Pengurus Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) se-Pidie, Ketua KNPI Pidie terpilih, OKP, MRI Pidie, PII, dan jamaah masjid At-Taqwa Muhammadiyah Sigli.
Ketua PDPM Mirzal Tawi mengatakan, “regenerasi dan kaderisasi adalah sebuah keniscayaan dalam setiap organisasi, terutama dalam organisasi Pemuda Muhammadiyah, yakni dalam rangka melanjutkan cita-cita dan perjuangan Muhammadiyah”.
“Pelaksanaan Musyda tidak saja merupakan siklus wajib dalam organisasi, tetapi melainkan juga adalah momentum memperbaharui energi kader Pemuda Muhammadiyah agar lebih aktif dan berdaya dalam menghadapi tantangan zaman yang bergerak cepat dimasa ini,” imbuh Mirzal.
Di masa kepengurusannya, ia meletakkan pondasi kepemimpinan dan struktural pemuda Muhammadiyah di Pidie, yakni dengan membina hubungan dan silaturahmi dengan lintas organisasi dan lintas sektor, sehingga Pemuda Muhammadiyah dan Muhammadiyah secara umum lebih dikenal di kalangan masyarakat Pidie.
Kiprah Pemuda Muhammadiyah adalah sebagai gerakan amar maruf nahi munkar dengan prinsip dakwah bil hikmah (dakwah dengan kebijaksanaan) dan mau’idzotul hasanah (contoh teladan yang baik), sesuai dengan prinsip-prinsip Muhammadiyah serta selalu bersinergi dengan pemerintah dan semua elemen masyarakat.
Baca Juga: Kosmopolitanisme Muhammadiyah
Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Kepesertaan, Budi Ardiansyah, turut memberikan apresiasi positif dan berkemajuan kepada jajaran Pemuda Muhammadiyah Pidie yang telah bisa mengadakan Musyda.
“Kita Pemuda Muhammadiyah harus siap di segala hal. Sesuai dengan tema yang diusung, “Bersama Pemuda Muhammadiyah Menuju Pidie yang Berkemajuan”, di mana istilah “berkemajuan” jika dikaitkan dengan gerakan, mengandung arti lebih dari sekadar maju,” ujarnya.
Kata maju, lanjutnya, sudah mengandung konotasi dinamis, lalu ditambah imbuhan ber- dan akhiran -an, maka “berkemajuan” bukan lagi sekadar maju, namun disertai dengan proses. Jika dibuat garis dia tidak rata, namun mendaki ke atas. “Berkemajuan” diidentikkan dengan gerakan Muhammadiyah. Oleh karena itu, “berkemajuan” sudah tidak berada pada tataran konsep.
Budi menegaskan bahwa kader pemuda tidak perlu takut ber-Muhammadiyah, karena Pemuda Muhammadiyah adalah ortom Muhammadiyah, organisasi legal, diakui oleh pemerintah, dan tidak melawan Allah, tidak bertentangan dengan syariat.
“Muhammadiyah adalah organisasi besar dan tertua, sudah berusia 109 tahun, sudah banyak berkontribusi untuk kemajuan bangsa dan negara kita. Muhammadiyah bukan organisasi yang sesat menyesatkan. Jadi tidak perlu takut untuk menampakkan diri sebagai kader Muhammadiyah,” pungkas Budi dengan lantang.
Sekretaris PDM Kabupaten Pidie, Muzakkir Syamaun, mengajak Pemuda Muhammadiyah untuk terus bergerak menebar kebaikan, fastabiqul khairat, selain kegiatan sosial, perlu melakukan kegiatan pengkaderan, religius keumatan yang berpusat di masjid At-Taqwa Muhammadiyah Sigli.
“Pemuda Muhammadiyah diharapkan mampu mensinergikan visi misi persyarikatan sebagai gerakan Islam, gerakan dakwah, dan gerakan tajdid. Mari kita Pemuda Muhammadiyah sebagai pemuda yang cinta masjid, hatinya selalu terpaut dengan masjid, serta tetap bersinergi dengan Pemerintah Daerah dan PDM Muhammadiyah Pidie,” ungkap Muzakkir yang membuka secara resmi acara Musyda Pemuda Muhammadiyah Pidie ke-IV. (Agusnaidi B/Sb)