
logo aisyiyah
Oleh: Shoka
Pada setiap kegiatan, terutama pengajian ‘Aisyiyah di Cabang Sipirok atau di Ranting sekitar Sipirok, dapat dipastikan hadir seorang ibu yang rajin dan tekun menyimak pengajian. Beliau adalah Nursyawalinah, ibu yang bersahaja serta memiliki komitmen luar biasa pada gerakan ‘Aisyiyah.
***
Selama 40 tahun mengenal ‘Aisyiyah, ia tidak pernah duduk dalam struktur pimpinan ‘Aisyiyah. Dalam usianya yang telah memasuki 75 tahun, Nursyawalinah menjadi anggota ‘Aisyiyah yang sangat loyal mengikuti semua kegiatan dan pengajian ‘Aisyiyah Cabang Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Usia tidak menjadi penghalang baginya, untuk sekadar naik truk terbuka agar dapat mengikuti pengajian ‘Aisyiyah Ranting di pelosok sekalipun.
Kegemarannya memang ber-thalabul ‘ilmi. Tidak ada rasa malas meski harus membonceng sepeda motor membelah dusun Padang Jae, Hutasuhut yang masih dingin, menuju masjid Taqwa Muhammadiyah di Sipirok untuk berjamaah subuh yang dilanjutkan pengajian Ahad pagi.
Baca Juga
Siti Badilah Zubair: Mubalighat Tiga Zaman
Nursyawalinah juga tak pernah betah berlama-lama mengunjungi anaknya yang bermukim di Makassar. Ia selalu ingin segera pulang ke kampung. Alasannya sama, yaitu ingin segera berkegiatan di ‘Aisyiyah. Selain itu, ternyata Nursyawalinah tidak dapat diam bila berada di rumah. Tangan dinginnya selalu ingin memberikan sentuhan pada tanaman yang tertata rapi di halaman, sehingga menghadirkan kesejukan rumahnya.
Perihal gerakan amal sosial berta’awun, dengan ringan hati dia selalu menyediakan tenaga dalam membantu tetangga yang sedang mendapatkan musibah. ‘Aisyiyah memang mengajarkan warganya untuk menaruh perhatian pada kehidupan bermasyarakat. Ia senang dan bangga aktif menimba ilmu, menggembirakan sesama, menjalin silaturahmi, dan mengasah kepekaan sosial.