Banyuwangi, Suara ‘Aisyiyah – Eco Bhinneka regional Banyuwangi kembali mengadakan “Besuk Sungai” di Kali Baru, Siliragung, Rabu (8/5).
Kegiatan ini diikuti oleh berbagai komunitas yakni Organisasi Pecinta Lingkungan (Orspala) SMK Muhammadiyah 8 Siliragung, Anak Muda Eco Bhinneka Blambangan (Among), dan yang paling menarik ialah diikuti oleh konsorsium Faith to Action Network (F2A) yang berasal dari Kenya.
Organisasi F2A ini ialah organisasi yang konsen tehadap isu-isu terkait pelaku agama, hak-hak perempuan, serta pluralisme yang berpusat di Nairobi, Kenya.
Peserta berkumpul di tengah sungai yang telah surut dan membentuk lingkaran dipandu oleh Zahro selaku Fasilitator Daerah Eco Bhinneka Muhammadiyah Regional Banyuwangi. Selanjutnya Zahro memberikan arahan terkait kegiatan Besuk Sungai.
“Kita berada di Kali Baru, mari kita perhatikan sekeliling kita, dari terakhir kali kita mengadakan Besuk Sungai hingga saat ini sampahnya justru semakin banyak. Begitu sungai ini surut, terlihatlah sampah-sampah bergelantungan tersangkut di ranting pohon,” jelasnya.
Kegiatan berikutnya, seluruh peserta diarahkan untuk mengumpulkan sampah plastik yang terdapat di sungai tersebut dan dimasukkan ke dalam kantong sampah.
Baca Juga: Perempuan dan Literasi Iklim
Erick Oloo Otieno, Tim F2A dari Kenya sangat antusias mengikuti acara tersebut. Ia aktif bertanya kepada fasilitator Eco Bhinneka tentang aktivitas yang sedang dilakukan.
Berbekal gunting dan botol plastik bekas, Erick dan peserta pegiat lingkungan lainnya kemudian membuat eco brick dari sampah plastik yang telah terkumpul dalam kantong sampah.
Sampah plastik tersebut dibersihkan dari lumut atau tanah yang menempel dan kemudian digunting menjadi ukuran kecil untuk selanjutnya dimasukkan dalam botol plastik. Sedikit demi sedikit dimasukkan dan didorong dengan menggunakan tongkat kayu supaya terisi banyak dan menjadi lebih padat.
Pada akhir kegiatan, Erick mengatakan bahwa pada awalnya ia bertanya-tanya mengapa sampah plastik itu digunting menjadi kecil dan dimasukkan ke dalam botol. Ia juga merasa bingung dengan fungsi dari botol-botol yang telah terisi sampah plastik.
Namun akhirnya ia paham bahwa botol eco brick itu selanjutnya dapat dijadikan bahan bangunan/furniture. Terakhir, Erick mengatakan, “Ini adalah pengetahuan baru bagi kami dan kami akan mencoba membuat eco brick ketika kembali ke negara kami.” (Novia/Winda)-sa