Muda

Oversharing dalam Bermedia Sosial

oversharing media sosial
oversharing media sosial

media sosial (foto: unsplash/dole777)

Oleh: Hanifa Kasih Surahman dan Dede Dwi Kurniasih

Tak dapat dimungkiri, kehadiran media sosial terkadang membuat seseorang tak segan mengumbar urusan pribadi. Menjadi masalah ketika batasan privasi ini ditembus sedemikian rupa dan dilakukan berulang kali. Saat kondisi ini terjadi, bisa jadi ia terjebak dalam kondisi oversharing. Oversharing bisa dimaknai sebagai upaya memberikan informasi pribadi secara berlebihan dan sampai hal-hal detail, baik secara daring maupun luring.

Menurut Tiara Diah Sosialita M.Psi., Psikolog, pakar kesehatan mental remaja dari Universitas Airlangga, terdapat dua jenis oversharing, yaitu oversharing informasi pribadi, seperti mengumbar foto diri, alamat rumah, dokumen lain, lokasi terkini, dan aktivitas sehari-hari. Jenis kedua adalah oversharing emosi, seperti mengumbar permasalahan pribadi sampai aib sendiri.

Ada beberapa faktor yang membuat kita gemar oversharing. Pertama, bisa jadi Sobat Muda punya kebutuhan yang tinggi untuk diperhatikan, dicintai atau need attention sering kita sebut needy. Ketika kebutuhan ini belum tercukupi, maka kita bisa melakukan berbagai macam cara termasuk mengorbankan batasan privasi, salah satunya dengan oversharing. Momen berbagi ini diharapkan menjadi magnet untuk mendapatkan perhatian, cinta, dan sebagainya. Nah mengapa kita punya kebutuhan tinggi untuk dicintai dan diperhatikan? Tentu ada banyak penyebabnya.

Alasan lain adalah bisa jadi karena memang tidak aware terhadap hal ini. Sejak kecil, sebagian besar dari kita pasti diajarkan soal privasi fisik oleh orang tua, misalnya dengan cara berpakaian dengan sopan. Proses pendisiplinan ini berlangsung bertahun-tahun sehingga saat dewasa kita juga terbiasa untuk enggan menunjukkan bagian tubuh tertentu tanpa pakaian yang menutupinya.

Namun hal yang sama bisa jadi tidak berlaku untuk privasi dalam hal informasi dan identitas diri. Mengingat media sosial terbilang hal baru di zaman modern ini. Maka banyak yang tak paham bahwa tak semestinya kita membagi soal informasi diri secara berlebihan.

Baca Juga: Fenomena Second Account pada Remaja

Seiring perkembangan zaman, semua orang seakan berlomba-lomba untuk membagi hal-hal tentang dirinya dan sekitarnya dengan proteksi yang minim. Sebenarnya, mengunggah sesuatu ke publik tidak menjadi masalah sejauh kita tahu konsekuensinya dan kita sanggup bertanggung jawab atasnya. Sepanjang kita tahu batasan diri dan dunia luas, maka berbagi secara bijaksana menjadi keharusan dalam bermedia sosial.

Penting bagi kita memprioritaskan privasi diri, memahami batasan apa saja yang bisa dan tidak bisa di-share. Sebelum mengunggah sesuatu, coba renungkan kembali mengapa kita melakukan hal ini? Apakah ini perlu? Apa tujuan dan manfaatnya? Apa konsekuensinya?

Pada dasarnya, menulis kisah maupun membuat konten di media sosial sebenarnya baik sebagai sarana berekspresi dan mendokumentasi. Sayangnya, niatan bagus tak melulu berefek baik. Jika informasi diri ini dilihat oleh orang yang salah, justru bisa dimanfaatkan pihak lain. Bahkan unggahan harmless bisa saja memicu komentar negatif dari warganet. Atau lebih mengerikannya lagi, bisa jadi kita menjadi korban penguntitan.

Untuk menghindari hal-hal ini, ada baiknya kita memilah dan memilih mana informasi yang boleh dan tidak boleh dibagi di media sosial. Harus ada batasan tegas yang dipahami sehingga dapat terlindung dari komentar maupun tindakan yang tidak diinginkan. [6/23]

Related posts
Sains dan Tekno

Strategi Perlindungan Privasi Data Pribadi di Media Sosial

Oleh : Aisyah Mutia Dawis* Seiring berkembangnya teknologi digital, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, kemudahan akses…
Politik dan Hukum

Cakap Bermedia Sosial di Masa Pemilu

Pemilu akan kita songsong kurang dari 1 bulan lagi, tepatnya berlangsung 14 Februari 2024. Kontestasi politik kali ini diprediksi oleh para pengamat…
Sains dan Tekno

Remaja dalam Kungkungan Media Sosial

Oleh: Susilastuti Tidak dapat dimungkiri bahwa remaja saat ini mempunyai keterampilan dan penguasaan teknologi berbasis internet yang lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *