Surakarta, Suara ‘Aisyiyah – Forum muktamar memang pada dasarnya digelar secara rutin, namun tidak boleh sekadar jadi rutinitas. Perlu ada warna di setiap tahunnya. Muktamar ke-48 ‘Aisyiyah kali ini pun terlihat berbeda karena ada beberapa rombongan yang tampil unik dengan simbol budayanya masing-masing seperti Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Lampung dan Papua.
Bagaimana tidak unik? Ibu-ibu dari Lampung mengikuti agenda-agenda sidang pleno muktamar tidak hanya berseragam batik ‘Aisyiyah namun juga menggunakan kain tenun cantik yang disampirkan di leher. Di antara rombongan itu adalah Uswatun dari Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Tanggamus.
“Ini namanya selendang tapis,” Uswatun mengenalkan. “Ini asli hasil rajutan warga Lampung.” Kain tapis itu merupakan bagian dari pakaian adat Lampung yang sering dibuat menjadi beragam produk sandang, seperti selendang, sarung, dan aksesoris lainnya. Dengan memakai selendang ini, Uswatun mengatakan rombongannya akan lebih mudah berkoordinasi.
Tidak hanya Lampung, PWA Papua pun tampil tidak kalah unik. Sebagian ibu-ibu dari Papua menarik perhatian dengan menggunakan hiasan kepala khas daerahnya yang disebut sebagai topi mahkota. Beberapa di antara para ibu itu adalah Etyn Nurhayati dari PDA Kabupaten Jayapura dan Asyiah Dewi Khairina dari PDA Merauke.
Etyn mengatakan, “Di Papua, kalau Hari Kamis wajib mengenakan topi mahkota dengan tas namanya tas noken dari kulit kayu.” Ada dua alasan mengapa peserta dari Papua sengaja mengenakan topi itu. Pertama, untuk mengenalkan budaya Papua yang damai dan ramah, tidak seperti yang diberitakan media. Kedua, sama dengan Uswatun, sebagai identitas di tengah forum yang mengumpulkan banyak massa.
Semangat para ibu ‘Aisyiyah itu memang tidak diragukan lagi. Selain terlihat dari aksesoris yang digunakan, bila dikulik ternyata cerita perjalanan mereka untuk dapat mengikuti muktamar ini pun juga menarik dan penuh perjuangan.
Asyiah Dewi Khairina, Sekretaris PDA Merauke yang akrab disapa Rina, menceritakan, “Kalau kita dari PDA Merauke, ada tiga orang naik pesawat.” Sedangkan, total peserta dan penggembira semuanya 25 orang. Saat ditanya tentang biaya yang diperlukan, perempuan yang juga memakai topi mahkota itu menyebut tidak kurang dari delapan juta untuk pulang pergi untuk setiap orang. “Dengan dana pribadi,” serunya mantap. (Ahimsa W. Swadeshi)