Berita

Pakar UMM Ingatkan Komunikasi Pejabat yang Terkesan Pencitraan

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Pakar Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nurudin mengingatkan para pejabat publik agar tidak menjadikan komunikasi politik sekadar alat pencitraan dan popularitas. Menurutnya, pola komunikasi yang hanya mengedepankan kesan positif tanpa kinerja nyata justru berpotensi mengikis kepercayaan publik.

“Populisme dan pencitraan era sebelumnya tidak boleh diulang. Masyarakat sudah banyak belajar dari berbagai peristiwa, seharusnya pejabat publik juga mengambil pelajaran. Gerakan literasi politik kepada masyarakat harus terus digalakkan agar mereka lebih kritis,” tegas Nurudin yang juga merupakan Dosen Ilmu Komunikasi UMM pada Jumat (15/8/25).

Ia menyoroti masih banyaknya pejabat yang berkomunikasi dengan gaya top–down (satu arah dari atas ke bawah) dan lebih mengedepankan kepentingan politik ketimbang aspirasi rakyat.

“Pejabat itu bekerja untuk kepentingan rakyat, bukan untuk menantang atau memusuhi mereka. Itu tidak elok,” tegasnya.
Nurudin menilai media sosial memiliki peran penting sebagai jembatan antara pemerintah dan rakyat. Namun, ia menyayangkan masih banyak akun resmi pejabat yang hanya dipakai untuk membangun citra positif yang direkayasa.

Baca Juga: Masyarakat Sipil dan Kerja Advokasi Sumber Daya Alam 

“Citra baik tidak akan bertahan lama jika tidak diikuti kerja nyata. Pejabat dengan media sosialnya harus menunjukkan kinerja nyata, bukan sekadar pencitraan,” jelasnya.

Ia juga mengkritik sikap reaktif sebagian pejabat yang cepat merespons isu jika berkaitan dengan kepentingan pribadi, namun lamban menanggapi persoalan rakyat.

“Populis boleh, tapi jangan hanya demi ambisi politik pribadi. Banyak pejabat yang populis agar peluang karier politiknya tetap terbuka, karena mereka punya modal, kekuasaan, dan tim khusus untuk itu,” tambahnya.

Menurutnya, pejabat publik harus berbicara berdasarkan data yang nyata, mewakili kepentingan rakyat. Penegakan hukum yang adil, tegas, dan tanpa tebang pilih menjadi kunci membangun kembali kepercayaan publik.

“Jika hukum ditegakkan dengan baik, kepercayaan publik akan menguat dan berdampak pada bidang lain. Tetapi jika hukum dipelintir demi kepentingan politik sesaat, jangan harap masyarakat percaya pada pejabat,” pungkasnya. (Aan)-sa

Related posts
Berita

Pakar Komunikasi, Fajar Jun: Warna Jadi Simbol Baru Perlawanan Digital di Indonesia

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Fenomena gerakan sosial di Indonesia semakin menunjukkan kekuatan simbol visual dalam menyuarakan aspirasi rakyat. Menurut Fajar Junaedi, Pakar…
Berita

Pastikan Juru Sembelih Halal Tersertifikasi, UMM Gelar Pelatihan Juleha

Malang, Suara ‘Aisyiyah – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melalui Pusat Studi Penelitian dan Pengembangan Produk Halal menggelar Pelatihan Juru Sembelih Halal (Juleha)…
Berita

Bimtek Akreditasi dan Pelatihan Pengasuhan Positif Bertabur Hadiah

Malang, Suara ‘Aisyiyah – Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah  Majelis Kesejahteraan Sosial (PPA MKS)  bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar Bimtek Akeditasi LKSA…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *