Surakarta, Suara ‘Aisyiyah – Muktamar Muhammadiyah-‘Aisyiyah ke-48 dimeriahkan dengan berbagai macam keseruan. Tidak sekadar dalam acara formal, namun dalam fasilitas dan kegiatan semarak pun juga mengundang minat banyak pihak. ‘Aisyiyah sendiri menyediakan participation board, sebuah papan interaktif bagi para peserta maupun penggembira menyumbang ide maupun sekadar untuk seru-seruan.
Participation board ini terletak di Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), dekat dengan Expo ‘Aisyiyah dan di samping gedung yang digunakan untuk persidangan muktamar.
Ditempatkan di lorong masuk gedung, kalau ada yang mau turut mengisi, silakan tinggal datang dan mengambil kertas yang sudah disediakan. Warga persyarikatan mendapatkan tiga ruang untuk berekspresi menggunakan sticky notes (kertas warna-warni yang bisa ditempelkan).
Ruang pertama berisi peta Indonesia ditambah beberapa bagian negara lain di dunia. Di sini, orang-orang bisa menempelkan kertas warna-warni berbentuk lingkaran kecil di titik lokasi pimpinan ‘Aisyiyah-nya berasal. Pulau Jawa memang menjadi yang paling padat ditumpuki kertas-kertas. Tapi tidak sedikit pula kertas itu ditempel di pulau Sumatera.
Kalimantan, Sulawesi, Papua, Bali, dan Nusa Tenggara pun juga banyak diwarnai kertas-kertas. Tampak juga ada warga ‘Aisyiyah yang berasal atau tinggal di wilayah Malaysia, Mesir, serta Sudan. Di sanalah, berdiri beberapa Pimpinan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah (PCIA) yang juga turut berperan mendorong visi ‘Aisyiyah untuk mencerahkan semesta.
Ruang ekspresi lainnya adalah space kosong yang dijuduli pertanyaan, “Apa yang akan Anda lakukan untuk mewujudkan Perempuan Berkemajuan?”. Hingga Ahad pagi (20/11), bagian itu sudah nyaris penuh diisi catatan-catatan menarik dari keluarga Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.
Ruang ekspresi terakhir yang tidak kalah seru dan reflektif adalah bagian yang diberi pertanyaan, “Apa tantangan yang harus diatasi ‘Aisyiyah di lingkungan Anda?” Berbeda dengan space sebelumnya, bagian ini berisi peta permasalahan di masyarakat yang terbagi dalam sembilan space.
Kesembilan masalah itu adalah masalah kemiskinan, minimnya akses pendidikan, kesehatan ibu, stunting, perkawinan anak, kekerasan terhadap perempuan dan anak, sanitasi dan lingkungan, diskriminasi pada disabilitas, serta minimnya partisipasi politik perempuan.
Terdapat banyak catatan menarik yang ditinggalkan warga persyarikatan. Mulai dari yang serius mengemukakan gagasan pendek, urun berbagi informasi, mengundang dialog, maupun yang sekadar untuk hiburan lucu-lucu.
Misalnya, pada space masalah perkawinan anak, ada yang menuliskan, “Lakukan upaya-upaya pencegahan melalui berbagai saluran komunikasi secara terbuka dan akrab untuk membuka wawasan.”
Ada juga yang malah berdiskusi. Ketika di salah satu kertas, terdapat catatan bertuliskan huruf kapital “NIKAH BUKAN SOLUSI”, ada catatan lain yang ditempelkan di bawahnya untuk balik melempar pertanyaan, “Kalau nikah bukan solusi, lantas apa solusinya?” Bisa dibayangkan kalau obrolan di participation board tersebut dilanjutkan sampai akhir, mungkin memakan satu tembok penuh.
Pada bagian masalah akses pendidikan, ada yang memanfaatkannya sebagai lahan promosi dengan menuliskan, “UNIMMA banyak beasiswanya loh… Yuk daftar di UNIMMA aja (pmb.unimma.ac.id)”. UNIMMA adalah kependekan dari Universitas Muhammadiyah Magelang.
Keren lagi, ada sebuah catatan yang sepertinya ditulis oleh seorang laki-laki bunyinya begini, “Istriku harus jadi doktor.” Sebuah contoh baik yang menunjukkan dukungan seorang suami untuk pendidikan istrinya. Tentu ini juga mendukung ideologi ‘Aisyiyah, yakni Perempuan Berkemajuan.
Pada bagian masalah stunting, salah satu warga persyarikatan pun ada yang secara kreatif memberikan edukasi dengan menuliskan tulisan “CEGAH” secara vertikal ke bawah. Rupanya, itu merupakan singkatan dari C = Cukupi kebutuhan gizi anak, E = Edukasi kepada orang tua, G = Giat memakan makanan bernutrisi, A = Awasi kehamilan dan tumbuk kentang, H = Hati-hati selalu yaa.
Masih banyak lagi catatan-catatan menarik yang digurat oleh warga persyarikatan di participation board ‘Aisyiyah yang menjadi ruang demokrasi itu. Namun, perlu diketahui, di antara yang paling menarik mungkin yang satu ini. Di bawah pertanyaan itu, terdapat catatan dari seorang warga persyarikatan yang berasal dari Banguntapan, Bantul. Tulisnya, “Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya? Ente kadang-kadang ente. Muktamar sukses!” (Ahimsa W. Swadeshi)