Sumenep, Suara ‘Aisyiyah – Perilaku membuang sampah sembarangan yang sering dianggap sepele oleh sebagian orang merupakan kebiasaan yang perlu dihindari dan bahkan dihilangkan. Perilaku ini bisa membahayakan bukan hanya seseorang dan masyarakat, tetapi juga lingkungan. Perilaku kecil bisa menimbulkan Bahasa besar. Dari buang sampah sembarangan bisa mengakibatkan banjir bandang.
Inilah salah satu tema dan permasalahan yang muncul dari kegiatan Sosialisasi Penanggulangan Bencana Menuju Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kabupaten Sumenep bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumenep pada hari Rabu (13/6).
Acara yang digelar di Aula Graha Puspa Matahari SMA Muhammadiyah 1 Sumenep dihadiri Pjs. Ketua PDA Sumenep, segenap jajaran PDA, majelis dan Lembaga, serta siswi-siswi SMA Muhammadiyah I Sumenep.
Dalam sambutannya, Arafah sebagai Ketua Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kabupaten Sumenep menyatakan bahwa “Kita harus peduli dan mencintai lingkungan sekitar, karena perilaku kita ini akan berpengaruh terhadap iklim. Karenanya, perilaku kita di sini juga akan berpengaruh secara global. Oleh karen itu, kita harus “Think Globally, Act Locally,” Berpikirlah secara global, tapi berbuatlah secara local.”
Baca Juga: Tips Sehat Mengolah Daging Kurban
Dalam kesempatan itu, Kepala Pelaksana BPBD Sumenep, Ahmad Laili Maulidi, juga menyampaikan bahwa, “Faktor penyebab terjadinya bencana itu ada yang disebabkan oleh alam misalnya banjir, non-alam seperti Covid 19, dan konflik sosial misalnya tawuran antar pelajar, antar kelompok, antar kampung”.
Kegiatan yang juga diikuti segenap guru SD QISMU (Sekolah Dasar Qur’anic Integrated School of Muhammadiyah, IGABA (Ikatan Guru ‘Aisyiyah Bustanul Athfal), dan Ibu-ibu dari Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah maupun Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah, menarik karena diikuti dengan praktik di lapangan.
Dalam pafa itu, sang mentor kebencanaan, A. Khairus Shafi, S.Pd l, juag menjelaskan bahwa “Sekolah itu disebut aman jika sekolah itu menerapkan standar sarana dan prasarana serta budaya yang mampu melindungi warga sekolah dari bencana.”
“Terdapat tiga pilar”, lanjut Pak Khairus, “yaitu fasilitas sekolah aman, manajemen bencana, dan pendidikan pencegahan. Menurutnya, potensi bencana yang ada di Sumenep adalah kekeringan, banjir, angin puting beliung, tanah longsor, dan cuaca ekstrim.”
“Oleh karena itu”, menurutnya, “Keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif semua pihak baik pemerintah, pendidikan, swasta, organisasi agama, komunitas, media, dan semua lapisan masyarakat, sangat diharapkan karena akan mampu melestarikan ekosistem dengan selalu merawat bumi dengan menjaga lingkungan sekitar.” (Dwi Ida Wardani/Arafah)-lsz