Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Kamis (12/8), Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PK IMM FAI UMY) melaksanakan sosialisasi Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) sebagai pembukaan program pemberdayaan yang akan dilaksanakan di Desa Argosari, Sedayu, Bantul.
PHP2D merupakan program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam rangka memfasilitasi lembaga/organisasi mahasiswa yang melakukan pemberdayaan masyarakat. PK IMM FAI UMY bersama Lazismu Sedayu dalam jangka 4-5 bulan ke depan berupaya menghidupkan kembali salah satu komoditas masyarakat, yaitu jahe merah.
Nova Nanda selaku Ketua Tim dari PHP2D PK IMM FAI UMY menyampaikan bahwa pembudidayaan dan pengolahan produk jahe merah akan menjadi fokus utama dalam program tersebut. Program tersebut, lanjutnya, tidak hanya akan dilaksanakan dalam jangka waktu yang pendek, namun akan berkelanjutan.
Tim PHP2D PK IMM FAI UMY memilih budi daya jahe merah sebagai program lanjutan dari pemberdayaan sebelumnya. Meski begitu, dalam program ini, yang menjadi tolok ukur keberhasilannya ialah sampai pada tahap produksi dan pemasaran produk olahan dari hasil panen jahe merah. Hal ini karena yang menjadi kendala utama masyarakat yaitu agenda pasca panen dan alokasi pemasaran.
Baca Juga: Difabel Butuh Kesetaraan, Bukan Belas Kasihan
Program tersebut difokuskan pada pemberdayaan masyarakat difabel, terkhusus yang mempunyai problem ekonomi. “Perekonomian para penyandang difabel termasuk menengah ke bawah. Dan kesadaran akan kemandirian individu masih cenderung kurang. Program ini merupakan program lanjutan dari program pemberdayaan yang diadakan sebelumnya,” ujar Nova.
Pemilihan Desa Argosari sebagai basis pembinaan juga bukan tanpa alasan. Data menunjukkan terdapat 139 orang penyandang difabel di Desa Argosari, angka dengan presentase yang relatif tinggi bagi populasi suatu desa.
“Kami sangat senang dengan program pembinaan teman-teman difabel ini. Selama ini, karena keterbatasan, mereka tidak punya kemampuan dan keterampilan. Akan tetapi, kalau mereka dibimbing, saya yakin mereka mampu,” ujar salah satu warga Desa Argosari.
“Satu hal yang menjadi harapan kami, bahwa program ini tidak hanya bersifat sesaat, tetapi menjadi program yang berkesinambungan. Karena masyarakat di sini masih membutuhkan pendampingan. Sekalipun telah dilatih, masyarakat masih memerlukan pendampingan,” jelas Hidayaturrohman selaku Lurah Desa Argosari. (hizba/sb)