Pendidikan

Pemanfaatan Teknologi dalam Pembelajaran

teknologi dalam pembelajaran
teknologi dalam pembelajaran

teknologi dalam pembelajaran (foto; istockphoto)

Oleh: Muhammad Ragil Kurniawan*

Kemajuan teknologi selalu hadir dengan wajah ganda, membawa manfaat sekaligus mudarat. Kemajuan teknologi membawa dampak positif pada kerja yang lebih efektif dan efisien. Kemajuan teknologi juga berdampak pada seluruh aspek kehidupan masyarakat seperti aspek industri, komunikasi, sosial dan keagamaan, hingga aspek pendidikan.

Di era revolusi industri 4.0, hampir semua aktivitas mengarah pada aspek digital dan berbasis cloud computing (komputasi awan). Imbasnya, saat ini, setiap anak fasih mengakses informasi digital melalui gawainya. Bahkan dengan ketersediaan internet, aktivitas belajar bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Jadi, salah satu manfaat dari kemajuan teknologi dalam konteks pendidikan adalah belajar berpusat pada anak.

Percepatan perkembangan teknologi membawa konsekuensi perlunya literasi digital untuk anak. Literasi digital tidak hanya dipahami sebagai kemampuan menggunakan teknologi, melainkan mengetahui keterbatasan teknologi serta memahami bahaya dan tindakan pencegahan yang diperlukan oleh penggunaan teknologi.

Tahu Tujuan Spesifik Penggunaan Teknologi

Teknologi memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, orientasi penggunaan teknologi dalam aspek pendidikan harus jelas. Setiap materi pembelajaran pasti memiliki karakter khas. Sebagai analogi, sebagus dan secanggih apapun laboratorium komputer, tidak akan pernah mampu menjadikan anak pandai berenang jika anak tersebut tidak pernah praktik berenang langsung di kolam.

Sebaliknya, anak yang tidak pernah mengakses teknologi canggih tentang berenang namun setiap hari berlatih di kolam renang, pasti ia akan pandai berenang. Jangan sampai penggunaan teknologi berorientasi pada “gagah-gagahan” semata atau sekadar pamer dan gengsi kelembagaan.

Tidak sedikit contoh penggunaan teknologi dalam pendidikan yang perlu ditinjau ulang tujuannya. Sebagai contoh, pengadaan seperangkat komputer canggih yang hanya bertujuan untuk praktik peningkatan bahasa asing. Jika tidak didukung dengan strategi yang benar, maka pengadaan komputer canggih yang mahal tersebut pasti tidak bisa menjawab kebutuhan.

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa setiap materi pembelajaran memiliki kekhasannya masing-masing, Berikut beberapa contoh karakter materi yang perlu diketahui oleh pendidik saat memilih dan menentukan teknologi yang akan digunakan. Dalam praktik wudu dan praktik salat, ada karakter proses detail yang tidak boleh ditambah juga tidak boleh dikurangi.

Dengan kata lain, pada materi ini, jangan berbicara kreativitas kepada siswa. Berdasarkan karakter tersebut, maka teknologi yang tepat adalah teknologi yang dapat memberikan contoh detail semua proses dan langkah-langkahnya sehingga memicu persepsi tunggal untuk setiap individu.

Sebaliknya, ada materi lain berupa menggambar dan bercerita. Pada materi ini, diharapkan siswa mampu menghasilkan karya yang unik. Maka ada karakter kreativitas yang harus ditumbuhkan di dalamnya. Berdasarkan karakter materi ini, maka teknologi yang bagus untuk menjawab kebutuhan materi tersebut adalah teknologi yang mampu memicu persepsi jamak di setiap individu.

Perlu Aturan main dan Pembatasan Waktu

Saat ini, perangkat digital telah hadir di hampir segala aspek kehidupan anak-anak. Tidak sedikit penelitian yang menunjukkan dampak negatif penggunaan perangkat digital bagi anak, khususnya jika dikonsumsi secara tidak proporsional.

Beberapa dampak negatif yang muncul di antaranya kecanduan dan penggunaan yang tidak semestinya. Sebagai orang tua dan pendidik, kita harus meyakini risiko negatif tersebut untuk tujuan penanggulangan sejak dini dan memperoleh manfaat positifnya untuk anak-anak kita.

Untuk menanggulangi dampak negatif penggunaan teknologi, guru dan orang tua perlu memberikan aturan main dan pembatasan waktu penggunaan gawai. Pemberian aturan diberikan secara detail agar anak mudah mengikuti langkah-langkah yang semestinya diikuti.

Baca Juga: Keteladanan Luqman Al-Hakim dalam Pendidikan Anak

Pembatasan waktu akses juga disesuaikan dengan aktivitas anak-anak. Namun, dalam satu hari, usahakan screen time (jumlah waktu yang dihabiskan menggunakan perangkat dengan layar seperti smartphone, komputer, televisi, atau konsol video game) tidak lebih dari tiga jam. Aturan ini khususnya untuk diaplikasikan pada anak usia di bawah 8 tahun. Hal ini untuk menghindari dampak negatif yang menyertai, seperti kurangnya gerak fisik dan lelahnya mata saat menghadapi layar monitor.

Aturan main yang kita berikan bertujuan untuk membatasi anak didik mangakses hal-hal yang tidak sesuai tujuan. Sementara aturan pembatasan waktu bertujuan untuk mengurangi aspek kecanduan.

Kedua upaya tersebut merupakan bentuk penanaman karakter untuk anak-anak. Pendidikan karakter yang terkandung di antaranya karakter tanggung jawab, disiplin, serta patuh pada orang tua dan guru.

Selain pemberian aturan penggunaan, orang tua dan guru juga perlu memperkaya kombinasi aktivitas berbasis teknologi dengan aktivitas olah fisik. Tidak sedikit riset menunjukkan bahwa salah satu kecenderungan teknologi berbasis digital-cloud (digital yang terhubung intenet) pada anak menjadikan aktivitas olah fisik mereka menurun. Padahal, kombinasi aktivitas berinternet dan olah fisik baik bagi tumbuh kembang mental, otak, dan motorik anak.

Salah satu referensi olah fisik yang bisa dilakukan adalah permainan tradisional anak. Melalui berbagai penelitian, terbukti bahwa permainan tradisional efektif mengasah kemampuan motorik anak, baik motorik halus maupun motori kasar, terutama bagi anak usia pra sekolah.

Selain bertujuan mengembangkan aspek motorik, kombinasi teknologi dengan permainan tradisional juga dapat menanamkan nilai-nilai bijak yang terkandung pada setiap permainan tradisional. Sehingga dalam satu aktivitas yang dilakukan anak, guru maupun orang tua bisa sekaligus mendapatkan beberapa potensi.

Pantauan Guru dan Orang Tua

Sebagaimana kehadiran teknologi secara umum, penggunaan teknologi dalam proses belajar anak juga disertai potensi baik dan buruk. Pencegahan sekaligus edukasi tentang potensi negatif yang ada pada teknologi merupakan salah satu tujuan dari literasi digital. Anak perlu diberi pemahaman dan penjelasan secara terus menerus tentang potensi baik dan potensi buruk yang mengancamnya.

Selain itu, penggunaan teknologi oleh anak juga harus dilakukan dalam pantauan guru ataupun orang tua. Hal ini tidak hanya bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya hal negatif, namun juga bertujuan untuk memberikan penjelasan pada anak jika ada hal-hal yang ingin diketahui atau diinginkan anak namun belum sesuai dengan usianya.

Bagaimanapun, orang tua dan guru dituntut untuk terus menjadi teladan yang baik dalam pola penggunaan teknologi modern dalam kehidupan sehari-hari. Jangan lupa bahwa anak-anak adalah aktor yang sangat baik menduplikasi tingkah laku orang dewasa di sekitarnya.

*Dosen Teknologi Pembelajaran PGSD FKIP UAD

Related posts
Pendidikan

3 Dosa Besar yang Membayangi Pendidikan Sekolah Dasar

Oleh: Yeyen Febrilia Pendidikan menjadi tolok ukur keberhasilan suatu negara. Di Indonesia, sayangnya, masih banyak PR di bidang pendidikan yang belum selesai….
Berita

PP Muhammadiyah dan DPP PGMI Sepakat Desak Revisi UU Sisdiknas

Jakarta, Suara ‘Aisyiyah – PP Muhammadiyah mendapat kunjungan dari DPP Persatuan Guru Madrasah Indonesia (PGMI), Kamis (15/9). Pertemuan itu berlangsung di Gedung…
Berita

Terima Kunjungan Dewan Keamanan Thailand, PP Muhammadiyah Sampaikan Urgensi Pendidikan

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – PP Muhammadiyah menerima kunjungan dari Dewan Keamanan Nasional Thailand, Rabu (15/9). Dalam kunjungan tersebut, Ketua Umum PP Muhammadiyah…

6 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *