Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) berkolaborasi dengan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) PP Muhammadiyah dan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) mengadakan webinar dengan mengangkat tema “Menyikapi Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah”, Selasa (28/9).
Dalam kesempatan tersebut, Sekertaris Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah Alpha Amirachman mengungkapkan bahwa pada tanggal 21 Juni 2021 Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah telah menerbitkan surat edaran terkait pembelajaran secara tatap muka. Dalam surat edaran tersebut, Majelis Dikdasmen melampirkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam proses pembelajaran di sekolah, madrasah, dan pesantren Muhammadiyah di masa pandemi Covid-19.
Menurut Alpha, ada dua hal yang sangat penting dalam surat edaran tersebut: pertama, Majelis Dikdasmen tetap memprioritaskan keselamatan jiwa dari para peserta didik, dan semua tenaga kependidikan di sekolah beserta ekosistem yang ada di sekitarnya. Kedua, memastikan bahwa hak-hak anak didik tidak terputus dengan adanya Covid-19 ini. “Apapun keadaannya, bagaimana pun tingkat derajat kegawatan pandemi ini, hak anak-anak kita tidak boleh terputus. Artinya, sekolah, pesantren, madrasah, harus mengupayakan pembelajaran tetap berlangsung, baik secara tatap muka, kombinasi (luring dan daring), maupun full daring,” ujar Alpha.
Apabila sekolah berada di wilayah tingkat penularan Covid-19 yang sangat tinggi, Alpha menyarankan untuk melakukan proses pembelajaran secara full daring. Namun bagi daerah yang tingkat penularannya tidak terlalu tinggi, pembelajaran tatap muka terbatas harus dilakukan, tentunya dengan merujuk kepada prinsip yang utama, yaitu keselamatan jiwa.
Baca Juga: Tantangan Perkaderan Muhammadiyah-Aisyiyah di Era Digital
Mengenai pelaksanaan pembelajaran secara tatap muka, Corona Rintawan mengatakan bahwa banyak penerapannya yang tidak sesuai dengan konsep yang telah dibuat. “Ini perlu menjadi pertimbangan, masukan, dan menjadi tugas kita semua, untuk memastikan supaya melindungi jiwa ini tercapai,”ucap Corona.
Ia menambahkan adanya kemungkinan munculnya klaster-klaster di sekolah yang tidak melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat. Menerapkan protokol kesehatan secara ketat, menurutnya, harus dilakukan oleh sekolah dan juga murid.
Selanjutnya, terkait pengurangan risiko penularan Covid-19 di sekolah, Corona menjelaskan, selain dengan menerapkan 5M, perlu juga memperhatikan ventilasi dan durasi. “Durasi pembelajaran harus dipercepat, apalagi jika ventilasinya tidak bagus, ini lebih dipercepat lagi,” ujar Corona.
Selain menerapkan 5M, ventilasi, durasi, dan peran orang juga sangat penting dalam menyadarkan putra-putrinya untuk mentaati protokol kesehatan.
Dari hasil beberapa referensi ilmiah yang telah ia baca, disebutkan bahwa tingkat transmisi dari anak ke orang dewasa tidak seberat transmisi dewasa ke anak. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan anak juga dapat menularkan ke orang dewasa yang ada di sekitarnya, terutama orang-orang yang belum melakukan vaksinasi.
Sementara itu, Mukhtara Rama Affandi selaku Ketua Bidang Advokasi dan Kebijakan Publik PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) menyampaikan keberpihakannya pada pembelajaran tatap muka terutama pada tingkat sekolah dasar, karena dikhawatirkan terjadinya learning loss. Bedasarkan penelitian yang ia baca, 50 persen lebih orang tua menginginkan adanya pembelajaran tatap muka.
Learning loss, menurutnya, cukup berpotensi mengganggu proses akademik siswa. “Yang kami khawatirkan dari learning loss ini adalah kemunduran dan kehilangan kemampuan akademik yang diakibatkan dari ketidakefektifan pembelajaran secara daring,”ucap Mukhtara.
Ia berharap, ketika kasus penularan Covid-19 ini telah menurun, selain adanya percepatan ekonomi, pemerintah bersamaan dengan masyarakat sipil perlu mendorong adanya percepatan atau akselerasi di bidang pendidikan. (rizka)