Oleh: Erna Widiyaningrum
Dalam penyelenggaraan pendidikan pada jenjang anak usia dini, permainan merupakan aktivitas utama yang perlu dilakukan. Melalui permainan akan terjadi proses pembelajaran yang berguna untuk memasukkan konsep kepada anak. Hal ini sesuai dengan teori perkembangan anak yang menyatakan bahwa aktivitas utama anak pada usia dini ialah bermain. Dengan demikian, kebutuhan akan pendidikan pun perlu disesuaikan dengan aktivitas utama tersebut. Melalui bermain, anak akan belajar membangun pengetahuan diri sendiri (self knowledge) dan mengembangkan kemampuannya.
Perlu dijelaskan bahwa bermain merupakan sarana bagi anak untuk melepaskan emosi serta mengembangkan harga dirinya dengan cara menguasai tubuhnya, benda-benda serta sejumlah keterampilan sosial. Struktur kognitif yang mendasari perilaku dan intelegensi seseorang berhubungan dengan tahap pertumbuhan anak.
Lebih lanjut, perkembangan kognitif mempunyai pengaruh timbal balik dengan hubungan sosial. Dengan kemampuan kognitifnya anak membangun interaksi sosial. Sebaliknya, melalui pengetahuan dan keterampilan sosial yang diperoleh anak dari kegiatan bermain, anak mampu mengembangkan daya pikir dan memecahkan masalah.
Di sisi lain, dilihat dari sudut pandang fungsional, aktivitas permainan dipahami sebagai peniruan dan persiapan menuju kehidupan orang dewasa. Secara fungsional permainan berguna dalam menanamkan nilai-nilai atau proses membuat nilai yang dianut suatu masyarakat menjadi diakui, dipahami, dan diyakini kebenarannya (enkulturasi). Selain itu, permainan juga menjadi sarana untuk bersosialisasi bagi anak.
Melalui bermain peran (role play) anak berkesempatan mempelajari berbagai kedudukan dan peran. Dengan begitu, ia dapat membentuk karakter, serta mengembangkan perilaku sosial, kreativitas, kemandirian, arahan diri, konsep diri, harga diri, motivasi, dan kepercayaan diri. Contoh permainan peran itu antara lain ialah masak-masakan dan dokter-dokteran.
Dalam aktivitas bermain peran tersebut, anak memahami peran anak lain dengan berinteraksi dan berkomunikasi. Anak yang melakukan aktivitas bermain peran akan beraksi dengan penuh kepercayaan (make believe). Dengan begitu, ia mengatasi keterbatasan dirinya sebagai anak-anak ketika harus melakukan peran-peran orang dewasa yang belum terjangkau oleh kemampuan mereka. Dengan melakukan permainan peran, anak akan mengembangkan kemampuan mereproduksi kehidupan orang dewasa dan melengkapi peran tersebut sehingga menjadi lebih kaya dan bervariasi.
Baca Juga: TK ABA: Lembaga Pendidikan Anak Tertua dan Pertama di Indonesia
Aktivitas bermain dan permainan menjadi pusat dalam kegiatan pembelajaran anak yang menekankan pada kebebasan. Dalam aktivitas tersebut terdapat proses belajar menemukan (discovery learning). Dalam proses discovery learning, anak diberi kesempatkan untuk “mencoba dan salah” berulang kali sampai anak mampu menemukan sesuatu yang baru mereka pahami atau ketahui.
Aktivitas bermain memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar mengembangkan kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan yang dapat digunakan anak dalam mempertahankan hidup. Dalam proses tersebut anak tidak akan merasa terpaksa atau jenuh karena aktivitas yang dilakukan bersifat menyenangkan. Dengan bermain, anak akan mengembangkan kemampuan yang kelak berguna dalam kehidupan di tengah masyarakat, seperti kecakapan berhitung, berpikir, berlatih untuk tidak putus asa, melatih keberanian, bersikap jujur, kompetitif, sportif, dan imajinatif.
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dilaksanakan dengan anak sebagai pusat pendidikan. Pengembangan pendidikan anak usia dini didasarkan pada karakteristik dan kebutuhan anak. Pendidik mengidentifikasi kebutuhan anak dengan melihat minat, keinginan, dan kemampuan sebagai bahan pertimbangan.
The National Association for the Education of Young Children (NAECY) menyatakan bahwa standar program pendidikan anak usia dini yang berkualitas tinggi adalah kesanggupan menyediakan keamanan dan pemeliharaan lingkungan yang mengembangkan kemampuan kognitif, bahasa, fisik, sosial, emosi, dan spiritualitas.
Metode yang efektif bagi anak dalam belajar adalah bermain. Dalam kegiatan bermain itu seorang pendidik juga dapat memasukkan nilai kearifan lokal melalui permainan-permainan tradisional. yang sarat akan pesan moral. Hal ini juga memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat mengenal lebih jauh mengenai nilai luhur dan pesan moral dalam permainan tradisional.
Menjadi bagian dari perkembangan anak usia dini merupakan hal yang luar biasa. Mengikuti, memantau perkembangan, dan memberikan pendampingan kegiatan bermain merupakan salah satu upaya agar proses pendidikan anak usia dini berlangsung sebaik mungkin. Dengan demikian, kegiatan belajar menjadi menyenangkan karena belajar dilakukan seraya bermain dan bermain seraya belajar.
*Pimpinan Pusat Nasyiatul ‘Aisyiyah, Guru TK ABA Pringwulung – Depok Sleman Yogyakarta, Guru Penggerak Angkatan 3 Kabupaten Sleman