
Tauhid
Oleh: Mahsunah
Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya” (Q.S. al-Kahfi: 110)
Islam masuk ke Indonesia 30 tahun setelah wafatnya Rasulullah Muhammad saw. pada saat Dinasti Umayyah tahun 651 M. yang dibawa oleh pedagang berasal dari Arab, Gujarat, dan Persia. Dalam sejarah disebutkan bahwa penyebaran Islam dilakukan oleh para saudagar itu sambil berdagang mengenalkan Islam kepada penduduk. Pada abad ke-7 sudah terdapat perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.
Mengajak masyarakat Indonesia untuk menerima Islam sebagai agama tauhid merupakan perjuangan panjang dan berat karena mengubah keyakinan yang sudah mengakar, yaitu animisme dan dinamisme, disusul dengan masuknya Hindu dan Buddha. Animisme menganggap bahwa benda dan tumbuhan itu bernyawa dan dinamisme menganggap bahwa semua itu mempunyai kekuatan. Hindu memiliki kepercayaan adanya tiga Dewa sebagai penguasa alam dan dalam tatanan sosial terdapat stratifikasi empat kasta atau kelompok kederajatan.
Pada perkembangan selanjutnya terjadi percampuran kedua ajaran agama itu yang disebut sinkretisme. Pengaruh Hindu-Buddha dapat terlihat pada bentuk bangunan suci dan peribadatan serta dalam karya seni seperti ukiran, relief, dan sebagainya.
Dakwah yang Damai dan Menyejukkan
Secara geografis Indonesia termasuk dalam kawasan Asia Tenggara yang telah memiliki peradaban tinggi sebelum Islam, dan memiliki kesamaan agama dan budaya. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia memiliki karakter tersendiri dari segi peradaban Islam.
Dengan penuh kearifan, penyebaran Islam dilakukan selain melalui perdagangan, juga perkawinan, tasawuf, kesenian, dan lainnya. Langkah mereka populer, atraktif dan sensasional.
Salah satu contoh di Jawa Sunan Kalijaga berdakwah menggunakan wayang dan gamelan. Dalam pertunjukan itu tidak pernah mau menerima bayaran, tetapi yang hadir harus bersyahadat yang kemudian memunculkan perayaan sekaten (dari kata syahadatain). Metode dakwah lainnya dengan menggunakan sarana yang berkaitan dengan perekomian rakyat tentang masalah halal haram dan melalui politik.
Menanamkan Tauhid kepada Masyarakat
Realitas dalam masyarakat sampai saat ini masih banyak terdapat upacara-upacara adat yang berbau syirik, yang di era otonomi daerah digalakkan kembali dengan alasan pelestarian budaya. Jika hal tersebut dibiarkan, akan terjadi banyak penyimpangan akidah dalam kehidupan masyarakat. Padahal akidah yang benar merupakan landasan tegaknya agama dan kunci diterimanya amalan.
Perlu dijelaskan kepada masyarakat bahwa semua Nabi beragama tauhid atau Islam sejak Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak-anaknya beragama Islam. Begitu pula Nabi Luth, Yusuf, Sulaiman, dan Nabi Isa. (Q.S. 2: 130-134).
Baca Juga: Makna Tauhid Asma wa Sifat dalam Kehidupan
Kalimat berikut berupa pelajaran yang harus ditanamkan kepada masyarakat bahwa tidak ada Dzat yang menciptakan kecuali Allah; tidak ada penjaga kecuali Allah; tidak ada pemberi rizqi kecuali Allah; tidak ada yang paling bijaksana kecuali Allah; tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah; tidak ada yang Maha Memiliki kecuali Allah; tidak ada yang memimpin kecuali Allah; tidak ada tujuan kecuali hanya kepada Allah, dst.
Jika penanaman ketauhidan sudah menghunjam dalam hati, maka akan mampu mengendalikan perilaku manusia dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat.
Penanaman tauhid perlu ditekankan pula dalam upaya menggapai kemenangan perjuangan umat seperti yang tergambar dalam ungkapan berikut “Tidak ada kemenangan tanpa kekuatan. Tidak ada kekuatan tanpa persatuan. Tidak ada persatuan tanpa keutamaan akhlak. Tidak ada keutamaan akhlak tanpa tauhid kepada Allah dengan sebenar-benarnya (Jamaluddin Al Afgani).
Menyerukan tauhid tentu membutuhkan strategi agar mudah diterima oleh masyarakat dengan melalui berbagai cara dan metode, antara lain menggunakan pendekatan yang benar, metode yang tepat dan mudah diterima oleh masyarakat yang menjadi sasaran dakwah. Di setiap Pimpinan Cabang dan Ranting tauhid harus terimplementasi dalam kegiatannya, dan menjadi ruh gerakan setiap aktivitas pengurusnya yang berfungsi sebagai motivator dan dinamisator untuk menuju masyarakat yang maju dan bermartabat.