Wawasan

Pendidikan Keluarga menuju Islam Berkemajuan

Islam Berkemajuan
Islam Berkemajuan

Islam Berkemajuan

Oleh: Siti ‘Aisyah

Paham Islam Berkemajuan baiknya ditanamkan oleh warga Muhammadiyah-‘Aisyiyah di lingkup keluarga, terutama kepada anak, agar mereka tidak kaget ketika menghadapi realitas dunia luar.

***

Menghadapi fenomena keberagamaan saat ini, warga ‘Aisyiyah sebaiknya membekali diri dengan paham Islam dalam Muhammadiyah yang memajukan dan mencerahkan, yang mengacu pada al-Quran dan sunnah maqbullah sebagai sumber ajaran Islam. Penggunakan akal dan logika juga perlu dalam memahami kebenaran teks-teks al-Quran dan sunnah.

Pengembangan wawasan dan internaliasi nilai-nilai Islam berkemajuan dalam keluarga sebaiknya terus dilakukan dengan melakukan dialog untuk menanamkan dan memperluas wawasan hakikat Islam yang mencerahkan, merespon permasalahan kemasyarakatan, keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan dengan perspektif Islam yang berkemajuan.

Islam Berkemajuan

Dalam perspektif Muhammadiyah yang dirumuskan dalam Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM) dan Zhawahir al-Afkar al-Muhammadiyah li al-Qarni al-Tsani (Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad ke-2), Islam adalah risalah yang dibawa para Nabi hingga Nabi akhir zaman Muhammad saw., yaitu agama Allah yang lengkap dan sempurna. Islam selain mengandung ajaran berupa perintah-perintah dan larangan-larangan, tetapi juga petunjuk-petunjuk untuk keselamatan hidup umat manusia di dunia dan akhirat.

Islam merupakan agama berkemajuan (din al-hadlarah) yang kehadirannya membawa rahmat bagi semesta kehidupan. Islam yang mengandung nilai-nilai kemajuan akan mewujudkan kehidupan umat manusia yang tercerahkan. Kemajuan dalam pandangan Islam adalah kebaikan serba utama, yang melahirkan keunggulan hidup lahiriah dan ruhaniah.

Islam yang berkemajuan menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia. Islam yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan tanpa diskriminasi.

Pendidikan Integratif dalam Keluarga

Pendidikan keluarga tentang paham Islam yang berkemajuan semakin meneguhkan perspektif “tajdid Muhammadiyah” yang mencakup tajdid salafi dalam makna pemurnian (purifikasi) dan tajdid tathwiri dalam pengertian pengembangan (dinamisasi) dalam gerakan Muhammadiyah. Seluruh gerakan tajdid berpangkal dan bersumber kepada al-Quran dan sunnah maqbullah  yang dikenal dengan semboyan ar-ruju’ ila al-quran wa as-sunnah, yaitu kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah untuk menghadapi perkembangan zaman.

Dalam melakukan pemahaman terhadap kedua sumber tersebut dilakukan secara komprehensif-integralistik melalui pendekatan bayani, burhani, dan irfani dalam suatu hubungan yang bersifat spiral. Artinya, dalam setiap rumusan konsep maupun aktifitas, senantiasa merujuk pada kebenaran yang ada dalam teks-teks al-Quran dan sunnah maqbullah.

Paradigma bayani adalah cara pandang dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang bersumber dari teks, terutama al-Quran dan as-Sunnah. Paradigma burhani menjadikan realitas sebagai sumbernya, baik realitas sosial, budaya, maupun kealaman. Cara kerja paradigma ini dengan melalui pengamatan, eksplorasi, ekspedisi, eksperimen, ekskavasi, atau verifikasi. Paradigma irfani menjadikan pengalaman langsung dari intuisi sebagai sumber pengetahuan. Cara kerja paradigma ini adalah melalui pengasahan hati dan rasa sehingga muncul kearifan yang memungkinkan kita berbuat baik terhadap sesama manusia dan lingkungan.

Ujung dari paradigma ini adalah terciptanya akhlak yang mulia, baik terhadap Allah, sesama manusia maupun alam. Paradigma integratif yang digunakan dalam manhaj tarjih Muhammadiyah tersebut, ketiganya perlu dimiliki oleh tiap orang sekaligus, meskipun mungkin saja dalam diri seseorang ada salah satu yang lebih dominan. Namun, seharusnya ketiganya berjalan secara seimbang dalam menghadapi realitas dan memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian maupun dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat, umat, dan bangsa.

Implementasi

Implementasinya dalam pendidikan keluarga, semua aktifitas keluarga mendasarkan dan bersumber pada tata nilai dan norma yang benar, baik, utama, bersumber pada teks-teks al-Quran dan sunnah maqbullah. Konteks pengalaman keseharian, budaya, dan kondisi sosial menjadi bahan pertimbangan dalam memilih dan memilah aktifitas dan upaya-upaya keluarga dalam melakukan pendidikan, internalisasi, dan sosialisasi dalam masyarakat.

Pengalaman ruhani, perasaan terlibat dalam pendekatan irfani, akan melahirkan kearifan, mampu memahami perasaan orang lain, dan muncul rasa simpati dan empati. Secara sederhana, implementasi pendekatan integratif dimaksud dapat dilakukan dalam keluarga.

Sebut misalnya, ketika ayah dan ibu menanamkan cinta lingkungan, anak-anak di rumah diajak untuk berkebun, mengenalkan bermacam-macam tanaman yang ada di kebun, ada tanaman buah, bunga, sayur, obat-obatan. Ia mengatakan Allah yang telah mencipta seluruh tanaman untuk kepentingan manusia. Allah telah menurunkan hujan sehingga tanaman tumbuh subur, misalya dengan merujuk pada QS. al-Baqarah [2]: 22. Ia juga menuntunkan untuk memberikan hasil tanamannya sebagai sadaqah yang merupakan bagian dari ibadah.

Anak-anak diajak merasakan nikmatnya karunia Allah, nikmatnya berbagi dengan sesama teman, tetangga, fakir miskin, sehingga akan muncul dzauq, rasa syukur pada Allah; khauf dan raja’, ada rasa takut melanggar tata aturan Allah disertai harapan akan rahmat Allah, dan rasa senang merawat tanaman bukan merusak lingkungan.

Model pendidikan integratif seperti ini akan menumbuhkan peserta didik yang berkarakter utama, berpikiran maju, cerdas, kreatif, dinamis arif, dan bijak dalam mensikapi permasalahan dan dinamika kehidupan.

Sumber: Majalah Suara ‘Aisyiyah Edisi 06 Tahun 2012

Related posts
Lensa OrganisasiPerempuan

Perjuangan Perempuan Aisyiyah (Antara Organisasi dan Keluarga)

Sejarah perjuangan wanita telah menegaskan peran penting organisasi sebagai wadah untuk aspirasi dan kepentingan mereka. Salah satu contoh yang mencolok adalah Aisyiyah…
Konsultasi Keluarga

Strategi Mengelola Hubungan dengan Anak Tiri

Pertanyaan: Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Kak ‘Aisy yang saya hormati. Saya seorang perempuan lajang berusia di atas 30 tahun. Saya berencana menikah dengan…
Kalam

Aktualisasi Nahi Mungkar sebagai Wujud Islam Berkemajuan

Oleh: Qaem Aulassyahied* Terdapat hadis yang ditakhrij oleh Imam al-Bukhari, di mana Rasulullah saw. bersabda: Artinya, “Perumpamaan orang yang menegakkan hukum Allah…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *