Menjelang tahun ajaran baru adalah masa sibuk bagi orang tua yang akan memasukkan anaknya ke sekolah baru, baik untuk tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, maupun sekolah menengah atas. Melepaskan anaknya ke suatu sekolah berarti menitipkan tanggung jawab agar anaknya bisa berkembang secara optimal baik dari segi intelektualitasnya maupun kepribadiannya.
Salah satu pilihan yang banyak diminati oleh orangtua beberapa tahun belakangan ini, terutama untuk tingkat sekolah menengah pertama adalah pendidikan pesantren, yang juga disebut sebagai Islamic Boarding School, yaitu sekolah yang menyediakan asrama bagi siswanya, sekaligus sebagai tempat pendidikan agama Islam secara intensif.
Kini banyak pesantren atau Islamic Boarding School yang mengajarkan materi umum sesuai dengan kurikulum yang semestinya dan materi agama Islam yang diberikan secara intensif. Dengan memasukkannya ke pendidikan pesantren, maka para orang tua berharap di samping anak memperoleh materi umum secara baik juga memperoleh materi agama Islam lebih intensif yang dapat menjadi modal untuk memiliki pribadi berakhlak mulia.
Bahkan jika di pesantren terdapat bimbingan menghafal Al-Quran maka orang tua juga berharap agar anaknya juga bisa menjadi penghafal Al-Quran (hafidz), Lebih dari itu karena anaknya tinggal di pesantren maka kepribadiannya akan berkembang dengan baik di bawah bimbingan pengelola pesantren, serta terhindar dari pengaruh pergaulan anak remaja yang negatif.
Menerima tanggung jawab untuk mendidik siswa/santri yang juga tinggal di asrama, berarti pihak sekolah atau pesantren mempunyai tanggung jawab penuh terhadap perkembangan jiwa dan raga dari para santri yang sedang memasuki masa kehidupan yang penting bagi masa depan mereka.
Masa remaja adalah masa di mana semua aspek jiwa dan raga para santri di suatu pesantren sedang berkembang secara pesat, yaitu dari unsur intelektualitas dan motivasinya, daya sosial dan emosionalnya, kesadaran nilai moral atau akhlak, dorongan seksual, serta perkembangan biologis atau fisiknya.
Bila pada masa remaja, semua aspek jiwa dan raganya bisa berkembang secara optimal yang dilandaskan pada nilai moral atau akhlak yang benar sesuai dengan nilai-nilai Islam maka para santri akan memiliki modal pribadi yang kuat sebagai dasar memasuki kehidupan di masa dewasa kelak.
Oleh karena itu suatu pesantren harus mampu menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai serta memiliki para pendamping santri, baik dari pihak para guru dan/atau para pembina di asrama yang mampu mengarahkan dan memantau perkembangan para santrinya.
Berbagai strategi yang tepat perlu disiapkan dan dilaksanakan oleh pihak pesantren agar para santrinya memiliki modal pribadi muslim yang utuh dan kuat, baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun pendidikan di asramanya, dan salah satunya adalah pendekatan integratif.
Baca Juga: Parenting Remaja: Orang Tua Sahabat Remaja
Dalam proses pembelajaran baik di kelas maupun di asrama pendekatan integratif dapat dilaksanakan dengan mengintegrasikan atara ilmu umum dan materi agama Islam yang diajarkan serta dibimbingkan oleh para guru yang memang sudah menguasai pendekatan integratif dalam proses pembelajaran.
Dengan menggunakan pendekatan integratif maka para santri akan memiliki kemampuan berfikir secara utuh dan menyatu. Tidak memisahkan antara ilmu umum dan ilmu agama yang sedang dipelajari, Proses pembelajaran juga perlu menggunakan strategi yang mendorong siswa mampu berfikir cerdas, kreatif, dan dapat menangkap hikmah pada ilmu yang dipelajarinya sehingga mampu menangkap keagungan Allah Swt.
Sedangkan dalam pembinaan di asrama pihak sekolah atau pesantren bisa menggunakan beberapa alternatif pendekatan yang sesuai untuk proses pembentukan kepribadian muslim yang utuh melalui proses hubungan dengan guru pembina asrama, antar teman seasrama, serta melalui proses pelaksa naan disiplin pada aturan yang telah disiapkan.
Hubungan dengan guru pembina asrama (musyrif) akan menimbulkan rasa aman terutama pada santri baru yang baru terlepas dari hubungan dekat dengan orang tuanya. Oleh karena itu guru pembina asrama perlu bersikap mendekat dan mengayomi dengan gaya dan bahasa yang lebih luwes tapi tetap berwibawa sehingga para santri, terutama santri baru merasa nyaman tinggal di asrama walau terpisah dari orang tuanya.
Guru pembina asrama harus mampu menjadi tempat mengeluh atau “curhat” dan menjawabnya dengan bijak Guru pembina asrama juga bisa menjadi idola atau model pembentu- kan kepribadian para santri yang tinggal di asrama terkait.
Guru pembina asrama juga perlu berperan sebagai pem- bina perkembangan kepribadian para santri. Mengamati dan mendorong semangat belajar dari para santri juga menjadi bagian dari tugas para guru pembina asrama agar mereka dapat berprestasi secara baik dalam menempuh pembelajaran di pesantren.[7/24] (Susilaningsih)
5 Comments