Bagaimana menyampaikan pendidikan seks yang terbaik pada anak anda? Berikut ini beberapa tahapan umur dan cara memberikan pendidikan seks sesuai dengan tingkat usia anak.
Balita (1-5 tahun)
Pada tahap ini, anda sudah bisa memulai menyampaikan pendidikan anak. Caranya cukup mudah, yaitu dengan cara mengenalkan nama organ-organ seks miliknya secara singkat. Tidak perlu memberikan penjelasan secara detail karena rentang waktu atensi anak biasanya pendek. Misalnya saat memandikan si kecil, anda bisa memberitahu beberapa nama organ tubuh anak, seperti rambut, kepala, tangan, kaki, perut, dan jangan lupa vagina atau vulva. Jangan memakai istilah ‘burung‘ untuk menyebut alat kelamin tersebut, karena pada tahap usia ini anak belum bisa berpikir abstrak.
Terangkan juga perbedaan alat kelamin dari lawan jenisnya, misalnya jika si kecil memiliki adik atau famili yang berlainan jenis. Selain itu tandaskan pada anak bahwa alat kelaminnya tidak boleh dipertontonkan dengan sembarangan, dan terangkan padanya jika ada yang menyentuhnya tanpa diketahui orang tua, si kecil harus berteriak keras-keras dan melapor pada orang tuanya. Dengan demikian, anak-anak bisa dilindungi terhadap maraknya kasus kekerasan seksual pada anak
Usia 5-10 tahun
Pada usia ini anak biasanya mulai aktif bertanya tentang seks. Misalnya anak akan bertanya dari mana dia berasal, atau pertanyaan yang umum seperti bagaimana asal-usul bayi. Jawaban yang sederhana dan terus terang, biasanya efektif bagi anak.
Contoh 1: “Bayi berasal dari mana?” Kita bisa menjawab, dari perut Ibu. Dapat pula kita tunjukkan seorang ibu yang sedang hamil, dan menunjukkan lokasi bayi di perut ibu tersebut.
Contoh 2: “Dari mana bayi keluar dari perut Ibu?” Kita bisa menjawab bayi keluar dari lubang vagina atau vulva agar bisa keluar dari perut ibu.
Contoh 3: “Mengapa bayi bisa di perut?”. Kita bisa menjawabnya bahwa bayi di perut karena ada benih yang diberikan oleh ayah kepada Ibu. Dan itu hanya boleh diberikan oleh orang yang sudah menikah .
Usia Menjelang Remaja
Pada saat anak usianya mulai berkembang, mulai saatnya kita menerangkan masalah haid, mimpi basah, dan perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada seorang remaja. Kita bisa terangkan bahwa si gadis kecil akan mengalami perubahan bentuk payudara, atau terangkan akan adanya tumbuh bulu-bulu di sekitar alat kelaminnya. Pada tahap ini bisa dilanjutkan jawaban pada contoh No 3, yakni bayi di perut karena benih yang diberikan oleh ayah dengan jalan alat kelamin ayah yang dimasukkan pada alat kelamin Ibu, tentu dengan cara menerangkan yang sangat hati-hati dan tidak vulgar.
Usia Remaja
Pada tahap ini seorang remaja banyak mengalami banyak perubahan secara seksual. Kita perlu lebih intensif menerangkan masalah nilai moral yang baik kepadanya. Berikan penjelasan mengenai ruginya seks bebas, seperti penyakit yang ditularkan dan akibat-akibat secara emosi dan kehamilan di luar nikah.
Menurut penelitian, pendidikan seks dini akan menghindari kehamilan di luar pernikahan dan juga aborsi pada saat anak tumbuh menjadi remaja atau saat setelah remaja lalu menjadi dewasa kelak. Tidak perlu tabu membicarakan seks dalam keluarga, karena anak kita perlu mendapat informasi yang tepat dan benar dari orang tuanya, bukan dari orang lain tentang seks.
Karena rasa ingin tahunya yang besar, anak, jika tidak dibekali pendidikan seks maka anak tersebut akan mencari jawaban dari orang lain. Akan lebih menakutkan bila informasi didapatkan dari teman sebaya atau internet yang informasinya bisa saja salah. Karena itu mari kita lindungi anak-anak kita sejak dini dengan membekali mereka pendidikan seks secara tepat.
Dengan mengajarkan dan memberikan bekal pendidikan seksualitas dan reproduksi pada anak secara tepat dan benar, dan dengan menanamkan akidah untuk takut dan malu pada Tuhan diharapkan dapat menghindarkan dari dari risiko negatif.
Akhirnya dengan sendirinya anak akan mengetahui secara bertahap, mendalam, kemudian memahami seksualitas dan juga dapat mengantisipasi secara benar, tepat, terukur dan bertanggung jawab dan anak tumbuh sehat secara fisiologis, psikologis, dan sosial, serta tidak melanggar norma agama, sosial, dan budaya bangsa Indonesia yang tinggi nilai normanya sehingga kita turut andil menyelamatkan generasi muda.