Kudus, Suara ‘Aisyiyah – Senin (25/4), Pengajian Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah bersama Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) menghadirkan pembicara Akhmad Arif Rifan. Pengajian ini digelar di ruang serba guna UMKU, Jalan Ganesha 1, Purwosari, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus.
Arif Rifan yang juga anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah menyampaikan materi tentang “Dakwah yang Memajukan dan Menggembirakan”. Menurutnya, dakwah yang memajukan dan menggembirakan adalah yang mengikuti al-Quran dan sunnah Nabi saw..
Dakwah merupakan sebaik-baik amal. Mengutip Q.S. Fushilat: 33, Arif menerangkan bahwa ayat ini mempertegas gerakan dakwah Muhammadiyah yang terus diupayakan oleh dai Muhammadiyah. Setiap dai Muhammadiyah, kata dia, harus terpatri secara mendalam bahwa berdakwah merupakan amal terbaik. Oleh karena itu, harus diupayakan secara menarik, berbobot, hingga mampu menggembirakan. Semua itu dapat terealisasi dengan persiapan dan skill yang matang.
Menurut Arif, perintah dakwah ada dalam al-Quran, salah satunya Q.S. ali-Imron: 104. Dalam ayat tersebut, terdapat lafadz: al-khair, al-ma’ruf, dan al-munkar. Pengertian al-khair adalah segala hal yang disukai oleh semua, seperti akal, keadilan, dan keutamaan, serta sesuatu yang bermanfaat. Al-ma’ruf adalah setiap perbuatan yang diakui oleh akal atau syariat. Sementara al-munkar adalah setiap perbuatan yang tidak diakui (diingkari) oleh akal atau syariat.
Arif menjelaskan, al-khair, al-ma’ruf, dan al-munkar merupakan tema-tema pokok gerakan dakwah Islam. Ia juga mengingatkan para dai agar senantiasa memperhatikan jalinan diksi yang terangkai dalam setiap kalimat. Rangkaian kalimat terbaik hendaknya diketengahkan dalam kegiatan berdakwah.
Baca Juga: Dakwah Digital dan Content Creator, Bagaimana Anak Muda Mengubah Konten Keislaman?
Lebih lanjut, dijelaskan Arif, dakwah memiliki makna dan arti: pertama, muhimmatul anbiya war rusul, sesuai firman Allah swt. (yang artinya), “katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik”. (Q.S. Yusuf [12]: 108).
Kedua, amanah Allah, sebagaimana firman Allah swt. (yang artinya), “wahai Rasul, sampaikanlah (semua) apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak kamu lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti kamu tidak menyampaikan amanat–Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang–orang yang kafir”. (Q.S. Al-Maidah [5]: 67).
Ketiga, sebaik-baik amal, sebagaimana firman Allah swt. (yang artinya), “dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan kebajikan, dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?” (Q.S. Fushshilat [41]: 33).
Arif juga menjelaskan bahwa dakwah merupakan ruh bagi hidup dan gerakan Muhammadiyah, sesuai matan keempat dalam Matan Keyakinan Cita-cita Hidup (MKCH). Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang akidah, akhlak, ibadah, dan muamalah duniawiyah.
Dakwah Muhammadiyah, kata dia, adalah dakwah yang memajukan. Muhammadiyah selalu menunjukkan paradigma wasathiyatul Islam, menerapkan sikap tawasuth dengan memposisikan diri di tengah, tawazun yaitu seimbang, i’tidal selalu adil, tasamuh yaitu toleran, hingga muwathanah yaitu cinta tanah air.
Adapun orientasi dan aktualisasi dakwah yang memajukan adalah: Pertama, berorientasi kepada pembebasan manusia dari kegelapan menuju cahaya pencerahan. Kedua, diaktualisasikan dalam bentuk penyampaian misi Islam secara sempurna kepada umat manusia. Ketiga, menjaga dan melindungi agama Islam dari kesia-siaan dan penakwilan oleh orang yang tidak memahaminya dengan baik. Keempat, mewujudkan rasa aman, perdamaian, dan stabilitas sosial politik.
Arif lantas menerangkan bahwa bulan Ramadhan merupakan momentum instrospeksi bahwa dakwah merupakan ruh bagi hidup dan gerak Muhammadiyah. Hal ini telah dicontohkan oleh Kiai Ahmad Dahlan. Kiai Dahlan tampil berdakwah dengan ilmu, strategi seni budaya, dan hartanya. Hal itu dilakukan secara kontinu hingga Muhammadiyah dapat besar dan diteruskan oleh setiap generasi hingga semakin maju dan semakin besar hingga saat ini.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa dakwah di era digital yang terus mengalami perubahan secara cepat harus disikapi dengan cara-cara cerdas. Oleh karena itu, perlu revitalisasi gerakan dakwah Muhammadiyah. Ditegaskan oleh Arif, revitalisasi dakwah tersebut mencakup lima hal, yaitu: (a) revitalisasi institusi; (b) revitalisasi dai/mubaligh/subyek dakwah; (c) revitalisasi materi dakwah; (d) revitalisasi metode/media dakwah, dan; (5) revitalisasi metode/media dakwah. (Supardi)