Kudus, Suara ‘Aisyiyah – Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Burikan Kota Kudus pada Ahad (31/7) menyelenggarakan pengajian selapanan di Musholla Nurul Yaqin dengan pemateri Muhammad Abdur Rozaq dari Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Kudus dengan tema “Hikmah Khusyu’ dalam Salat”.
Rozaq yang juga merupakan Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kabupaten Kudus itu menjelaskan bahwa salat khusyuk merupakan indikator keberuntungan seorang mukmin. Sebaliknya, orang yang lalai dalam salatnya tergolong orang munafik.
Mengutip ibnu Katsir, Rozaq menjelaskan maksud lalai dalam salat, yakni: pertama, lalai terhadap syarat salat maupun rukun dalam salat, misalnya suci dari hadats dan najis; kedua, lalai dalam waktu shalat; ketiga, lalai dalam kekhusyukan.
Rozaq juga menjelaskan manfaat salat yang khusyuk, yaitu mendapatkan keberuntungan di dunia dan di akhirat, memberi ketenangan dalam hati, menghapus dosa-dosa kecil, dan mencegah perbuatan keji dan munkar (dosa dan maksiat).
Baca Juga: Keutamaan Salat di Masjid Nabawi
Adapun kiat-kiat meraih salat yang khusyuk adalah sebagai berikut. Pertama, menyadari fungsi dan pentingnya salat, sehingga ia tidak lagi merasa salat sebagai sebuah kewajiban, tetapi sebagai sebuah kebutuhan yang akan berakibat baik bagi dirinya sendiri, di dunia maupun akhirat.
Kedua, istihdhor al-Qalb (konsentrasi), yakni mengosongkan hati dari hal-hal yang mengganggu dan mencampuri konsentrasi ketika salat. Karenanya disyariatkan niat di awal salat sebagai pintu awal menata hati dan menghadirkannya.
Ketiga, tafahum li ma’nal kalam (mengetahui arti lafal). Dengan memahami makna bacaan yang dilafalkan, maka akan membantu kekhusyukan seseorang dalam salat, karena ia menghayati sepenuhnya doa-doa yang ada di dalamnya.
Keempat, roja wal khouf (harap-harap semas), yaitu berhati-hati dalam salat, berusaha membaguskannya seoptimal mungkin karena berharap bahwa salat kita ini bisa diterima oleh Allah swt.
Kelima, dizkirul maut (mengingat mati) atau merasa bahwa salat yang sedang dilakukan adalah yang terakhir yang akan dikerjakan. (Supardi/sb)