Pertanyaan:
Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Kak ‘Aisy yang saya hormati. Saya mempunyai teman seorang buruh migran perempuan yang sering menyampaikan keluhan tentang kondisi keuangannya yang kurang bagus walaupun sudah bekerja sebagai buruh migran selama dua tahun. Kini ia sedang berada di desanya. Teman saya menjadi buruh migran di luar negeri sebagai pembantu rumah tangga dengan meninggalkan suami dan seorang anak usia SD di desanya.
Saat masih di luar negeri, suaminya sering meminta kiriman uang dengan alasan untuk menambah modal usaha dan sebagian ditabung. Tetapi ternyata suaminya berbohong, usaha dan tabungan tidak ada karena uangnya dihabiskan oleh suami yang menikah lagi secara diam-diam. Kemudian teman saya bercerai dan akan berangkat lagi ke luar negeri dan anaknya akan dititipkan kepada orang tuanya.
Atas keluhan teman saya tersebut, saya mohon saran dari kak ’Aisy bagaimana sebaiknya dia mengelola keuangannya agar ketika selesai bekerja sebagai buruh migran betul-betul dapat menabung untuk modal usaha. Atas saran-saran yang Kak ‘Aisy sampaikan kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ibu MS di G
Jawaban:
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh
Ibu MS, terima kasih atas pertanyaan Ibu terkait tentang cara pengelolaan uang bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI). Kemampuan mengelola uang bagi para PMI memang pen-ting karena untuk memperoleh uang tersebut besar pengorbanannya. Di samping harus jauh dari pasangan dan anaknya, juga harus bekerja keras sesuai dengan tuntutan budaya kerja setempat. Bahkan bagi PMI rumah tangga ada juga yang mendapat perlakuan kurang baik dari majikannya.
Sebenarnya, masing-masing PMI sudah mempunyai cara mengelola uangnya. Bagi teman Anda yang sudah pernah menjadi PMI di luar negeri pasti juga sudah memiliki cara-cara yang pernah dilakukannya. Namun berikut ini kami sampaikan juga suatu alternatif.
Para PMI perlu menguatkan niat bahwa bekerja di luar negeri itu dengan tujuan untuk mengumpulkan modal usaha ketika sudah selesai kontrak kerjanya. Untuk itu, perlu menyiapkan tabungan yang dapat dipantau oleh diri sendiri, yaitu atas nama diri sendiri, baik tabungan di kota tempat kerja maupun di kota asalnya. Jadi sebelum berangkat keluar negeri sebaiknya PMI tersebut sudah membuka rekening pada bank yang sudah dapat menerima transfer dari luar negeri.
Selanjutnya, perlu membuat perencanaan penggunaan keuangan dari hasil kerjanya, baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarganya di tempat asal. Misalnya dengan perhitungan untuk menabung antara 30-40%, dikirim pada keluarga antara 40-50%, dan untuk keperluan diri sendiri 20%.
Perhitungan tersebut adalah untuk PMI yang bekerja di rumah tangga, sehingga diperkirakan keperluan tempat tinggal dan makan sudah ditanggung majikan. Tetapi bagi PMI yang bekerja di perusahaan atau di pabrik perhitungannya berbeda. Penerapan dari perencanaan keuangan itu memerlukan komitmen yang kuat karena godaan untuk hidup senang di negeri orang itu pasti ada.
Oleh karena itu, penguatan komitmen untuk menabung demi perbaikan hidup di tanah air harus selalu dijaga. Penguatan kesadaran keagamaan diperlukan, di samping dari kota asalnya juga sudah harus mempunyai bekal keagamaan yang baik, di luar negeri tempat PMI bekerja juga harus selalu berusaha menjaga diri.
Para PMI biasanya mempunyai suatu ikatan kekeluargaan antar PMI atau semacam organisasi PMI di kota tempat kerjanya. Melalui pertemuan-pertemuan di organisasi tersebut berbagai kegiatan positif termasuk pembinaan kehidupan beragama dapat dilakukan pada saat hari libur.
Sebagai contoh, misalnya, di Taiwan yang sudah berdiri PCIM/PCIA (Pimpinan Cabang Internasional Muhammadiyah/’Aisyiyah). Salah satu kegiatan PCIM dan PCIA di Taiwan, menurut ketua PCIA setempat adalah pembinaan bagi para PMI. Kegiatan pembinaan bagi PMI tersebut di antaranya tentang peningkatan kehidupan beragama, pengarahan tentang pengelolaan keuangan, dan pengarahan agar pada waktu luangnya para PMI mengikuti kursus kewirausahaan sebagai bekal setelah kembali ke tanah air.
Dalam informasi tersebut juga disampaikan bahwa para PMI yang mayoritas perempuan itu juga menggunakan uangnya untuk berbisnis online antar anggota. Mereka juga pernah mengadakan bazar yang sebagian dagangannya adalah pakaian batik yang dikirim dari tanah air dan sangat diminati oleh penduduk setempat.
Sebagian dari mereka ada juga yang mengikuti kuliah akhir pekan, dan sebagian dari mereka juga menjadi anggota Pimpinan PCIA. Bahkan dari para PMI tersebut, beberapa di antaranya biasa menulis puisi dan cerpen (cerita pendek) yang kemudian dikumpulkan dan diterbitkan menjadi buku. Kegiatan menulis puisi dan cerpen itu bagi PMI merupakan kegiatan yang bagus sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan dan gejolak hati, kerinduan kepada keluarga dan tanah air, serta pengalaman hidup yang akan menjadi hiburan tersendiri khususnya bagi para penulis dan pembaca.
Demikianlah Ibu MS beberapa hal yang mungkin dapat menjadi pertimbangan bagi teman Anda.
Wassalaamu ‘alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu.
Susilaningsih Kuntowijoyo
1 Comment