
logo aisyiyah
Oleh: Noor Aliyah
Tak dapat dimungkiri bahwa dunia semakin maju dan zaman terus berubah. Sebagai seorang muslim, kita tahu bahwa estafet dakwah harus tetap berjalan agar risalah Islam tidak berhenti dan agama Islam tersampaikan ke seluruh lapisan masyarakat di dunia.
Seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, terjadi perubahan besar dalam struktur masyarakat yang mengarah pada pola disrupsi, yaitu sebuah fase di mana terjadi inovasi dan perubahan besar-besaran dalam semua tatatan kehidupan.
Jika kita tidak mau dan/atau tida bisa adaptif terhadap perubahan, kita akan ditinggalkan oleh zaman. Contoh nyata dalam dunia usaha, banyak toko konvensional yang tergantikan dengan toko online. Dalam dunia dakwah pun demikian, generasi muda lebih tertarik melihat konten keislaman dari dunia maya.
Dulu, dakwah dilakukan tatap muka dengan para ulama dari masjid ke masjid atau dari pertemuan satu ke pertemuan yang lain, di mana interaksi penceramah dan khalayak terjadi dalam satu arah. Di era digital seperti saat ini, penggunaan HP dan internet sudah sedemikian tinggi, ditambah dengan pandemi Covid-19 yang mengharuskan meminimalisir pertemuan fisik, sehingga tuntutan untuk beralih pada media online menjadi solusi yang utama.
Pilihan ini sangat tepat untuk generasi muda yang notabene mereka sangat dekat dengan dunia digital. Mereka bisa belajar melalui YouTube, live streaming, Zoom meeting, dan masih banyak media lain yang bisa diakses kapan pun dan di mana pun tanpa batas ruang dan waktu. Meskipun begitu, dakwah dengan model konvensional juga masih dibutuhkan untuk audien tertentu.
Baca Juga: Perempuan dalam Kemajuan Teknologi
Kehadiran Gen Z dan Alpha menandai perubahan struktur sosial dan keberagaman di masyarakat. Pembagian generasi dari tradisional hingga generasi alpha dikategorikan berdasar tahun kelahiran. Generasi alpha disebut juga dengan iGeneration, generasi yang lahir pada tahun 2010-2025.
Mereka merupakan generasi yang sangat berpengaruh terhadap kelanjutan masa depan dunia. Mereka terlahir di era digital yang serba canggih. Ibaratnya, anak lahir sudah bisa menggunakan gawai meskipun mereka belum bisa membaca dan menulis. Mereka akan terasa hampa hidup tanpa gawai. Hampir setiap menit mereka akan mengecek dan membuka teknologi.
Dalam teori ilmu pengetahuan yang lazim kita ketahui, bumi ini bulat. Akan tetapi, dalam perkembangan teknologi saat ini, bumi menjadi “flate”, alias datar karena dunia sudah berada di genggaman kita dalam wujud handphone yang smart dan simple. Dunia terlipat dalam genggaman benda datar dan tipis yang bisa dibawa ke mana pun dan kapan pun.
Dalam hal ini, pemanfaatan smartphone sangat bergantung kepada siapa yang menggunakan. Apakah dia akan berdampak positif atau negatif tergantung pada pilihan kita. Jika mencari hal-hal yang positif, maka hal yang positif juga akan mengikuti, demikian pula sebaliknya.
‘Aisyiyah sebagai salah satu gerakan perempuan Islam berkemajuan sudah seharusnya mengambil peluang dakwah dengan mengikuti perkembangan arus informasi dan teknologi. Jargon “Berkemajuan” menjadi konsentrasi ‘Aisyiyah untuk melanjutkan estafet dakwah Rasul yang bisa diterima semua golongan, mengingat jangkauan dakwah ‘Aisyiyah bukan hanya spesifik pada jenis kelamin tertentu atau umur tertentu.
Dasar ‘Aisyiyah untuk dakwah bil ma’ruf mengacu pada Q.S. ali Imran: 104 (yang artinya):
Artinya, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”
Untuk menghadapi perubahan zaman dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, ‘Aisyiyah tidak bisa dan tidak boleh berdiam diri dan bertahan dengan model dakwah konvensional.
Melalui Majelis Tabligh, misalnya, ‘Aisyiyah bisa membuat konten dakwah yang bersifat timeless, tidak berbatas waktu sehingga dapat diakses kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa saja. Banyak pilihan media online yang bisa digunaknan agar dakwah ‘Aisyiyah lebih mudah diterima dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Salah satu contohnya adalah media sosial Tiktok. Siapa sih yang tidak tahu tiktok? Suatu aplikasi yang banyak digandrungi Gen Z dan Alpha, bahkan para orang tua sekalipun. Jenis konten di Tiktok sangat beragam; ada yang bernyanyi, bercerita, maupun bisa konten dakwah. Tergantung konten apa yang menjadi fokus dakwah ‘Aisyiyah. Jangkauan Tiktok juga lebih luas, mengingat pengguna Tiktok dari berbagai kalangan usia. Tiktok juga bisa membantu orang yang memperdalam agama dengan ikhlas mendengarkan dan menerima ajaran Islam yang sesuai dengan al-Quran dan sunnah Rasul.
Ini hanya salah satu sampel media yang bisa digunakan ‘Aisyiyah untuk memperluas jangkauan dakwahnya. Yang tidak kalah penting adalah dakwah bil kitabah, melaui tulisan. Dengan tulisan, meskipun sang dai sudah tiada, maka pemikiran, ide, dan gagasannya bisa dibaca oleh berbagai kalangan dengan tanpa batas waktu juga. ‘Aisyiyah sudah memiliki media dakwah bil kitabah, tinggal mengoptimalkan para kadernya untuk semakin giat menulis sebagai ibadah dakwah amal makruf nahi mungkar sesuai dengan manhaj Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.
Semoga ‘Aisyiyah di era digital ini mampu menjadi bagian dari dakwah dan mampu melahirkan generasi muda yang nantinya akan tumbuh menjadi para “mujahid digital” yang tangguh dalam mengawal umat Islam dari berbagai serbuan paham dan pemikiran di dunia digital yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
7 Comments