
peran guru tak sekadar transfer ilmu
Oleh: Nurwidayati
Saat ini, guru memang seperti profesi yang menjanjikan. Namun, di balik cerahnya profesi ini juga muncul kewajiban dan tanggung jawab yang lebih besar kepada bangsa. Guru memegang peranan yang signifikan.
Di era globalisasi kita menghadapi berbagai persoalan yang sifatnya multidimensi, seperti korupsi, pertikaian antar warga juga antar pelajar, kemerosotan moral, kemiskinan, dan kesenjangan sosial, yang tentunya membutuhkan penyelesaian. Ini menjadi kewajiban kita semua, terlebih lagi guru untuk menyiapkan generasi penerus yang lebih baik.
Generasi penerus tersebut tentunya tidak hanya generasi muda yang pandai atau handal dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi saja. Lebih utama bahwa bangsa kita membutuhkan generasi penerus yang memiliki karakter baik, yaitu memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan moral. Dengan kata lain, untuk menyiapkan generasi penerus, guru tidak cukup hanya membekali dengan kecerdasan intelektual yang identik dengan kecerdasan otak saja, tetapi juga kecerdasan moral yang erat kaitannya dengan nilai-nilai ajarah agama dan moralitas.
Peran Guru
Guru mempunyai peranan yang sangat penting bagi sebuah bangsa atau peradaban. Ketika Jepang terpuruk karena kekalahan Perang Dunia II, yang ditanyakan oleh kaisar bukanlah berapa prajurit yang gugur atau berapa yang masih hidup, tetapi berapa jumlah guru yang masih hidup. Inilah yang menjadi kunci sukses Jepang sampai saat ini; menjadi negara kecil yang maju.
Guru mempunyai multiperan yang kesemuanya sangat menentukan perkembangan peserta didiknya. Para pakar pendidikan telah melakukan penelitian tentang peran guru, antara lain sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pemimpin, pengelola pembelajaran, model dan teladan, anggota masyarakat, administrator, penasehat, pembaharu (inovator), pendorong kreatifitas, emansipator, dan kulminator.
Sementara menurut Daud Yusuf, guru mempunyai tiga tugas pokok, yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan. Tugas profesional, yaitu meneruskan atau transfer ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai lain sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak. Tugas manusiawi lebih kepada tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama manusia, seperti transformasi diri, identifikasi diri sendiri, dan pengertian tentang diri sendiri. Adapun tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik. Turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara, ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam satu kesatuan yang menyeluruh.
Peran guru juga telah dirumuskan oleh Ki Hajar Dewantara yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan melalui ungkapannya yang terkenal, “ing ngarsa sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Ing ngarso sung tulodo berarti di depan memberi teladan yang akan membentuk karakter peserta didiknya. Ing madyo mangun karso bermakna di tengah membersamai, membimbing dan membangun kreatifitas. Tut wuri handayani yaitu di belakang memberi dukungan atau memberikan motivasi bagi peserta didik. Kita juga mengenal ungkapan dalam bahasa Jawa, “guru, digugu lan ditiru” (guru, dianut, dan dicontoh) yang sepertinya sangat tepat menggambarkan betapa besarnya peran yang diemban seorang guru.
Kualitas Guru
Dalam proses belajar mengajar, kualitas dan kepribadian guru merupakan faktor yang sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap peserta didiknya. Untuk itu, diperlukan syarat-syarat sebagai wujud kualifikasi seorang guru yang ideal. Pertama, memiliki sifat rabbani. Jika seorang pendidik telah bersifat rabbani, seluruh kegiatan pendidikannya bertujuan menjadikan anak didiknya sebagai generasi rabbani.
Kedua, menyempurnakan sifat rabbaniyah-nya dengan keilkhlasan, bahwa aktifitas pendidik bukan semata-mata menambah wawasan keilmuannya, tetapi harus ditujukan untuk meraih keridhaan Allah swt. serta mewujudkan kebenaran. Ketiga, mengajarkan ilmunya dengan sabar. Keempat, memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang dia ajarkan dalam kehidupan pribadinya. Kelima, senantiasa meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan kajiannya.
Keenam, mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai proporsinya. Ketujuh, memahami psikologi anak, psikologi pendidikan sehingga ketika mengajar dia akan memahami dan memperlakukan anak didiknya sesuai kadar intelektual dan kesiapan psikologisnya. Kedelapan, peka terhadap fenomena kehidupan sehingga dia mampu memahami berbagai kecenderungan dunia beserta dampak dan akibatnya terhadap anak didik, terutama dampak terhadap akidah dan pola pikir mereka. Kesembilan, bersikap adil terhadap seluruh anak didiknya.
Penerapan Nilai Islam
Tujuan dari pendidikan adalah menjadikan manusia beriman kepada Allah swt., maka penerapan nilai Islam pada pendidik, yaitu guru, mutlak diperlukan. Penerapan nilai-nilai Islam ini diperlukan karena guru menjadi subyek atau faktor utama tercapainya tujuan tersebut.
Penerapan nilai Islam pada guru meliputi beberapa aspek, yaitu aspek fisik, aspek kepribadian, dan aspek keilmuan. Aspek fisik mencakup sikap-sikap yang melekat (akhlak) dan juga kondisi psikologis, seperti sabar, ramah, ikhlas, perhatian, penerimaan, dan sebagainya. Sedangkan aspek keilmuan meliputi penguasaan materi keilmuan sesuai bidangnya masing-masing yang senantiasa dikaitkan dengan nilai-nilai keislaman.
Aspek fisik dari seorang guru yang senantiasa diwarnai oleh nilai-nilai Islam akan membawa dampak positif bagi peserta didik. Penampilan yang islami, tingkah laku yang mencerminkan nilai-nilai Islam, dan tutur kata yang bijak akan menjadi perhatian pertama peserta didik terhadap gurunya karena hal-hal tersebut adalah hal-hal yang nampak pertama kali dan akan menimbulkan kesan bagi peserta didik. Kesan pertama yang baik akan menjadikan penerimaan yang baik pula oleh siswa terhadap guru. Bahkan pada tahap selanjutnya bisa menginspirasi peserta didik untuk meniru atau mencontohnya.
Aspek kepribadian juga tak kalah pentingnya. Seorang guru dengan kepribadian islami dan kemuliaan akhlaknya akan membawa perubahan bagi peserta didik. Lihatlah bagaimana Rasulullah saw. menjadi contoh guru terbaik sehingga tidak hanya disegani oleh para sahabat, tetapi juga disegani oleh lawan atau kaum kafir.
Demikian pula dengan aspek keilmuan. Apapun bidang keilmuannya, seorang guru dengan metode pembelajarannya harus mampu mengaitkan materi yang ia sampaikan dengan nilai-nilai Islam. Sebagai contoh adalah Ilmu Biologi yang sangat dekat dengan bukti-bukti kekuasaan Allah dalam hal proses penciptaan, pertumbuhan, dan perkembangan, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Pada akhirnya, dengan keilmuannya, guru harus mampu membawa peserta didik untuk kembali mengagungkan Allah swt. tidak hanya mengagungkan-Nya sesaat, tetapi akan tumbuh dan bertambah keimanannya, serta mampu mengubah pola pikir dan perilaku peserta didiknya.
Profil guru yang melekat pada dirinya nilai-nilai Islam, tidak saja akan melahirkan peserta didik yang cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas moral atau cerdas emosional serta spiritualnya, dan semakin bertambah keimanannya kepada Allah swt.
Sumber: Majalah Suara ‘Aisyiyah Edisi 06 Tahun 2012