- Menjelang Pemilu 2024, Suara 'Aisyiyah menyediakan ruang #pemilukita. Ruang ini kami buka agar masyarakat dapat bersama-sama mewujudkan pemilu yang substantif dan inklusif.

pendidikan politik (foto: istockphoto/cosmaa)
Oleh: Susilaningsih Kuntowijoyo
Tahun 2024 merupakan tahun politik karena pada tanggal 14 Februari 2024 akan diadakan pemilihan presiden dan wakil presiden (Pilpres) serta anggota legislatif (Pileg). Selain itu, pada tanggal 27 November 2024 akan dihelat pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak. Keputusan ini dimuat dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 3 Tahun 2022 tentang tahapan dan jadwal penyelenggaraan Pemilu tahun 2024.
Suasana perbincangan dalam media sosial mulai ramai, apalagi setelah pencanangan calon-calon presiden oleh masing-masing partai pendukung. Namun sebenarnya, sikap masyarakat terhadap masalah politik berbeda-beda. Ada yang menanggapinya dengan penuh semangat. Ada juga yang bersikap biasa saja. Ketika sampai masa memberikan pilihan tinggal bertanya pada saudara atau teman untuk baiknya memilih siapa.
Ada juga yang bersikap apatis, tidak peduli, bahkan tidak merasa penting untuk terlibat memberikan pilihan di bilik pemilihan. Tampaknya, kesadaran politik pada masyarakat memang sangat bervariatif, bahkan cenderung rendah, sehingga peristiwa politik hanya dikaitkan dengan adanya pemilihan presiden dan anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) setiap 5 tahun sekali.
Rendahnya kesadaran politik dalam masyarakat itu tidak terlepas dari rendah atau malah tiadanya pendidikan politik dalam keluarga. Bagaimanapun, keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi seorang anak, termasuk mestinya juga pendidikan politik. Hal ini dapat dimulai dengan adanya kesadaran dan ketaatan pada aturan yang disiapkan oleh orang tua.
Sepertinya, tidak banyak anggota masyarakat yang merasa penting untuk memasukkan aspek politik sebagai bagian dari materi pendidikan dalam keluarga. Hal itu mungkin juga disebabkan oleh munculnya persepsi bahwa politik hanya terkait dengan pemilihan figur politik yang dapat menimbulkan percekcokan karena adanya perbedaan figur pilihan, baik presiden, bupati, bahkan mungkin juga lurah. Oleh karena itu, masyarakat cenderung apatis terhadap pentingnya kesadaran politik.
Padahal sebenarnya, politik adalah suatu proses interaksi masyarakat untuk mencapai kebaikan, kesejahteran, serta kemakmuran bersama dengan cara memberi pilihan yang tepat kepada figur yang akan membantu untuk menghadirkan keadaan tersebut. Dengan demikian, pendidikan politik dalam keluarga menjadi bagian yang penting dalam proses kehidupan berkeluarga.
Pentingnya Pendidikan Politik
Pendidikan politik adalah pembentukan pemahaman dan kesadaran tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk membentuk kesadaran itu, bisa dan perlu dimulai dari dalam keluarga melalui kesadaran atas hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga. Hal itu biasanya disosialisasikan melalui ketaatan kepada aturan yang telah ditentukan oleh orang tua serta adanya kerja sama antar anggota keluarga.
Orang tua merupakan agen utama atas kelangsungan sosialisasi politik pada anak. Di samping itu, orang tua juga mempunyai peran penting dalam pengelolaan partisipasi kehidupan politik pada anak, baik yang terkait dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, serta berbangsa dan bernegara.
Beberapa hal yang terkait partisipasi politik dalam kehidupan keluarga adalah adanya sikap saling menghargai antar anggota keluarga serta menaati aturan dan pembagian tugas dalam keluarga. Selain itu, partisipasi politik dapat dibiasakan melalui diskusi bersama anggota keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga. Tanamkan bahwa setiap anggota keluarga berhak menyampaikan pendapatnya.
Baca Juga: Titi Anggraini: Pemilu Susbtantif Tidak Bisa Diwujudkan secara Parsial
Di sisi lain, upayakan agar para anggota keluarga terbiasa menyimak dengan seksama pendapat satu sama lain. Oleh karena itu, musyawarah mufakat menjadi metode untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Selain itu, para anggota keluarga juga terbiasa memutuskan perkara secara demokratis, dan menaati keputusan yang telah dibuat. Tak kalah penting, para anggota keluarga perlu menerima perbedaan dengan lapang dada.
Partisipasi pada kehidupan politik dalam masyarakat juga perlu disosialisakan dalam keluarga. Dengan demikian, setiap anggota keluarga merasa menjadi bagian dari masyarakat dan bertanggung jawab terhadap lingkungannya.
Biasakan dan berikan contoh pada anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan, terlibat dalam pemilihan figur pimpinan dalam masyarakat, mengembangkan sikap demokratis dalam masyarakat, sensitif terhadap kebutuhan masyarakat, dan peduli terhadap kejadian yang menimpa anggota masyarakat. Penting untuk dicamkan bahwa kemampuan politik dalam keluarga dan masyarakat merupakan modal penting untuk memiliki kesadaran politik pada kehidupan berbangsa dan bernegara.
Partisipasi Politik secara Bijak
Mendekati masa pemilihan presiden-wakil presiden dan anggota legislatif, suasana perbedaan sikap politik dalam masyarakat mulai terasa. Hal ini terutama dipengaruhi oleh perbincangan politik melalui media sosial, baik melalui YouTube, Facebook, Instagram, atau WhatsApp terkait dengan adanya perbedaan pilihan pada calon figur politik.
Terasa juga bahwa perbedaan politik itu mengarah kepada pertikaian secara politik yang kadang terasa sangat keras. Hal tersebut bisa berpengaruh negatif pada kalangan muda dan bisa mengarah kepada sikap apatisme terhadap politik. Untuk itu, keluarga mempunyai andil signifikan agar anggota keluarganya terhindar dari sikap apatis dalam politik, khususnya terkait dengan proses pemilihan presiden-wakil presiden dan anggota legislatif/partai politik dalam waktu dekat ini.
Keluarga, terutama orang tua, mempunyai peran penting untuk membawa anggota keluarganya memahami politik. Suasana terkait dapat dibangun melalui perbincangan politik antar anggota keluarga. Perbincangan itu perlu diarahkan kepada hal-hal yang substansial, baik menyangkut dorongan agar semua anggota keluarga yang sudah masuk usia mempunyai hak pilih untuk menggunakan hak pilihnya, tentang figur politik yang pantas dan tepat untuk dipilih, maupun tentang proses masa kampanye hingga masa pemilihan.
Menyangkut figur tokoh politik, baik calon presiden-wakil presiden maupun calon anggota legislatif, keluarga yang dimotori oleh orang tua perlu mempelajari rekam jejak para tokoh politik itu terutama terkait dengan pendidikan, akhlak, serta gagasan dan pemikiran mereka mengenai kenegaraan dan kesejahteraan masyarakat, serta kepeduliannya terhadap kebutuhan kehidupan masyarakat secara luas.
Hal tersebut dapat ditengok pada pengalaman karir politik pada tokoh tersebut. Hal itu bisa dicermati dari berita-berita terkait kinerja maupun kepedulian para tokoh terkait terhadap kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat yang harus mereka layani.
Pada aspek keterlibatan anggota keluarga dalam masa kampanye, perlu dibangun sikap positif akan pentingnya masa kampanye, baik kampanye melalui tatap muka langsung maupun media sosial. Cara kampanye yang baik adalah dengan menonjolkan prestasi diri tokoh calon pilihan dan menghindari sikap penyerangan pada tokoh lawan politik yang bersangkutan.
Politik uang seringkali digunakan untuk menarik massa pemilih. Oleh karena itu, para anggota keluarga harus juga disadarkan untuk menghindari politik uang, baik memberi ataupun menerima, atau hanya sebagai kepanjangan tangan untuk menyampaikan kepada sasaran pemilih. Politik uang merupakan pelanggaran hukum dan hak asasi manusia. Perbuatan tersebut hukumnya adalah risywah atau tindakan suap yang dilarang dalam Islam, baik bagi pemberi maupun penerimanya, sebagaimana tertuang dalam Q.s. al-Baqarah ayat 188.
Perlu pula dicermati adanya kemungkinan gejala serangan fajar, yaitu memberikan uang dari rumah ke rumah pada pagi hari waktu pemilihan dengan maksud untuk memilih calon tertentu. Oleh sebab itu, penting untuk dipahamkan bahwa uang atas serangan fajar itu hukumnya haram sehingga siapapun akan menolak uang tersebut.
Berpolitik secara cerdas adalah melakukan tindakan-tindakan politik yang berintegritas, mampu membangun suasana politik yang nyaman, berkompetisi secara adil, jujur, dan bebas dari politik uang. Dalam hal ini, keluarga berperan penting untuk membangun suasana berpolitik yang cerdas itu. Semoga.