Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2022-2027 adalah salah satu Unsur Pembantu Pimpinan (UPP).
Lembaga ini merupakan kelanjutan dari entitas sejenis yang berdiri pada tahun 2007 dengan nama Pusat Penanggulangan Bencana Muhammadiyah yang disebut dalam bahasa Inggris sebagai Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC).
Peran secara kelembagaan mendorong terbentuknya MDMC di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Hingga saat ini telah terbentuk sebanyak MDMC di 36 provinsi dan 158 MDMC di tingkat kabupaten dan kota. Kerja kemanusiaan yang dilakukan oleh MDMC bekerja sama dengan kementerian/lembaga/badan dan mitra pembangunan lainnya.
Muhammadiyah berperan secara signifikan dalam melakukan respon kejadian bencana di Indonesia. Setiap tahunnya MDMC sebagai koordinator telah merespon lebih dari 100 kejadian bencana di Indonesia.
Berdasarkan data dan informasi bencana yang dihimpun oleh bidang Tanggap Darurat, Rehabilitasi, dan Rekonstruksi (TDRR), sejak Januari hingga Juli 2024, MDMC telah merespon sebanyak 114 kejadian. Adapun jenis kejadian yang paling banyak direspon adalah jenis bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan putting beliung.
Baca Juga: Bencana Banjir Mengancam: Sebuah Upaya Mitigasi
Dalam penanganan darurat bencana tersebut, Muhammadiyah memberikan dukungan layanan secara menyeluruh, mulai dari pertolongan dan penyelamatan (SAR), pelayanan kesehatan, pemberian kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, hunian darurat dan sementara, sanitasi, air bersih, layanan psikososial dan pendidikan saat darurat.
Sumber daya relawan yang diterjunkan oleh Muhammadiyah adalah relawan bencana terlatih sebanyak 2.396 personil. Dukungan sumber daya finansial yang dikelola oleh Lembaga Amil, Zakat, Infak, dan Sedekah (Lazismu) hingga Juli 2024 dengan jumlah bantuan yang sudah disalurkan sebanyak Rp 1.328.200.400. Adapun jumlah penerima manfaat sebanyak 131.441 jiwa.
Keterlibatan Muhammadiyah dalam tanggap darurat dan rehabilitasi serta rekonstruksi ini merupakan bagian dari visi Penolong Kesengsaraan Oemom (PKO) yang menjadi spirit pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. Peran dalam tanggap darurat ini dirasakan tidak hanya untuk kalangan Muhammadiyah saja tetapi seluruh masyarakat Indonesia yang membutuhkan. (Budi Santoso/sa)