Gaya HidupParenting

Peran Orang Tua dalam Membangun Kepercayaan Diri Anak

anak
percaya diri anak

percaya diri anak (foto: iStockphoto)

Rasa percaya diri merupakan suatu persepsi atau pandangan seseorang terhadap dirinya dan seberapa besar ia menilai dirinya sendiri. Rasa percaya diri ini dipengaruhi oleh pandangan orang-orang terdekat yang ada dalam kehidupannya. Rasa percaya diri sudah muncul sejak balita dan akan terus berkembang dan terbentuk hingga dewasa.

Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh dan menjadi anak yang memiliki rasa percaya diri. Bukan rasa percaya diri yang berlebihan, tetapi percaya diri untuk menjadi dirinya sendiri, berani berargumen, serta tidak merasa minder dengan dirinya sendiri.

Dalam diri seorang anak, rasa percaya diri terbentuk jika ia merasa dirinya memiliki kemampuan dan dirinya dicintai oleh orang di sekitarnya. Kepercayaan diri yang sehat dan baik akan terbentuk jika kedua unsur tersebut ada dalam keadaan yang seimbang.

Baca Juga: Self-Love: Mulailah Mencintai Diri Sendiri

Kepercayaan diri ibarat sebuah senjata dan tameng pada anak untuk menghadapi kehidupan dunia luar. Seorang anak yang memiliki rasa percaya diri akan lebih mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya. Dengan begitu, mereka dapat menangani permasalahan hidupnya dengan lebih baik dan mereka akan cenderung lebih optimis dan realistis. Berbeda dengan anak yang memiliki kepercayaan diri yang rendah. Mereka lebih mudah untuk gelisah dan cepat marah ketika menghadapi suatu masalah.

Peran Orang Tua

Orang tua memiliki peran yang penting dalam proses membangun kepercayaan diri yang sehat pada diri anak sedini mungkin. Sikap pesimis atau negatif lebih sulit untuk diubah jika anak beranjak dewasa. Mengutip parenting.co.id, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua untuk membangun kepercayaan diri anak sejak dini, yaitu:

Pertama, sensitif pada kebutuhan anak. Penuhi apa yang menjadi kebutuhan anak sejak ia masih bayi. Kebutuhan itu pastinya bukan hanya sandang, pangan, dan papan, melainkan juga kasih sayang dan perhatian bagi anak.

Kedua, berikan pujian. Kenali kebaikan anak dan berilah pujian. Akan tetapi, berhati-hatilah dalam memuji. Misalnya, ketika dia berhasil menghabiskan sayuran yang dihidangkan, katakan padanya: “hebat, kamu sudah menghabiskan sayuranmu. Sayuran bagus bagi pertumbuhan tubuhmu”.   Dengan memuji secara spesifik, anak akan belajar untuk melakukan hal-hal yang baik untuk ia lakukan bagi dirinya.

Ketiga, tegakkan aturan. Buat aturan dalam keluarga. Tidak perlu takut anak akan merasa tertekan pada aturan, karena semua memang ada aturannya, sehingga anak juga harus belajar berhadapan dengan aturan. Aturan bukan untuk mengekang, tapi mengarahkan anak pada arah yang orang tua anggap benar dan baik. Berikan alasan di balik aturan tersebut agar anak lebih mengerti dan mau mentaatinya.

Keempat, fokus pada kelebihan anak. Bantu anak untuk menemukan kelebihan dalam dirinya dan mengembangkannya. Fokus pada kelebihan anak, bukan pada kekurangannya. Kekurangan ini juga jangan menjadi titik perhatian untuk terus menerus dikoreksi. Justru cobalah bertoleransi dan tidak mematok harapan terlalu tinggi.

Baca Juga: Tipe Kepribadian Mempengaruhi Prestasi Belajar Anak

Kelima, jaga kedekatan dengan anak. Sesibuk apapun orang tua, tetap jaga kedekatan dan komunikasi dengan anak. Kedekatan dan perhatian orang tua akan membuat anak merasa kehadiran mereka memang penting. Misalnya, jadikan weekend sebagai waktu kebersamaan keluarga.

Keenam, dorong melakukan hal dan lingkungan baru. Misalnya, ikut beberapa les atau kursus untuk mengembangkan bakat atau kemampuan anak yang mungkin dia belum sadari. Dengan begitu, anak juga sekaligus memperluas pergaulannya dengan teman-teman dari lingkungan baru. Ikutkan anak dalam kegiatan-kegiatan yang menjadi minat dan bakatnya, bukan karena paksaan orang tua.

Ketujuh, belajar dari kesalahan. Jika anak berbuat salah, jadikan itu proses belajar baginya. Melalui proses belajar itu, anak akan belajar bertanggung jawab dan belajar bahwa segala sesuatu ada risikonya.

Kedelapan, jadi tempat berkaca anak. Orang tua perlu memperhatikan citra diri positif pada orang tua, karena bagaimana pun anak akan terpengaruh dengan perilaku orang tuanya. Jika orang tua serba takut melakukan sesuatu, tak berani berpendapat atau mengambil risiko, maka kemungkinan anak akan seperti itu pula.

Kepercayaan diri yang sering disalahartikan sebagai bawaan lahir, padahal kepercayaan diri tersebut dapat ditanamkan sejak usia dini. Tergantung bagaimana cara orang tua dalam mengasuh anak. Anak yang memiliki kepercayaan diri yang kurang akan merasa ragu untuk mencoba hal-hal baru dan menantang. Oleh karena itu, orang tua perlu mendorong dan membantu anak untuk meningkatkan rasa percaya dirinya. (Fathia*)

*Mahasiswa magang di Suara ‘Aisyiyah

 

Sumber:

https://www.klikdokter.com/rubrik/read/2699750/5-langkah-membangun-kepercayaan-diri-si-kecil

https://www.parenting.co.id/balita/membangun+rasa+percaya+diri+anak

Related posts
Berita

SD Muhlas Gelar Seminar Parenting, Libatkan Peran Ayah dalam Pola Asuh Anak

Surabaya, Suara ‘Aisyiyah – Komite-Paguyuban SD Muhammadiyah 11 Surabaya (Muhlas) sukses menggelar kegiatan Parenting bertema “Ayah, Antara Ada dan Tiada”, di Aula…
Berita

Songsong Ramadan, Majelis PAUDDASMEN PRA Tirtonirmolo Selatan Adakan Kegiatan Parenting

Bantul, Suara ‘Aisyiyah – Dalam rangka songsong Ramadan 1445 H, Majelis PAUDDASMEN Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah (PRA) Tirtonirmolo Selatan mengadakan kegiatan Parenting untuk…
Berita

Penuhi Hak Esensial Anak, KB Aisyiyah 2 Tambaharjo Adakan Pertemuan Parenting

Pati, Suara ‘Aisyiyah –  KB ‘Aisyiyah Desa Tambaharjo Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati mengadakan pertemuan wali murid pada Rabu (20/9). Wali murid bersemangat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *