Oleh: Nur Hidayani
Anak adalah perhiasan dunia bagi orang tuanya sebagaimana termaktub dalam Q.s. al- Kahfi: 46. Keceriaan dan tawa anak adalah penghibur. Keberadaannya selalu dinanti. Jauhnya anak menjadi penyebab rindu yang menghimpit jiwa. Karenanya, banyak orang tua yang tidak ingin jauh dari anaknya, disayang-sayang, dipeluk, dan dimanja. Bagaimana dengan orang tua yang menyekolahkan anaknya di pesantren, bukankah itu jauh, tidak selalu bertemu, tidak bisa selalu memeluk, makan bersama, berkumpul, dan bersenda gurau dengan keluarga?
Perasaan Berat Orang tua Berpisah dengan Buah Hati
Siapa sih yang tidak sedih berpisah dengan buah hati? Setiap orang tua tentu bersedih bila berpisah dengan anak-anak- nya meskipun dengan niat untuk menun- tut ilmu agar di masa depan bisa hidup lebih baik. Biasanya, ibu merasa cepat rindu, terbayang wajah sang buah hati, cerianya, manjanya, rengekannya, dan semua kebiasaannya. Satu demi satu air mata menetes tak terbendung.
Bila perasaan ini hadir, ingin segera mengunjungi. Akan tetapi, tidak berke- sesuaian dengan jadwal dari pesantren. Ingin menelepon, anak dilarang mem- bawa hand phone. Akhirnya, lantunan doa yang terus dilangitkan agar Allah menjaga sang buah hati, menyayangi- nya, mencukupkan segala keperluannya. memudahkan dalam thalabulimi-nya, dan diringankan dalam taat kepada-Nya.
Hal lain yang kadang menghantui orang tua saat anaknya di pesantren adalah kekhawatiran akan kemandi- rian anak. Apalagi pada anak yang susah makan, belum bisa menata pakaian, sering sakit, pendiam, susah bergaul atau tidak percaya diri, suka jajan, dan sebagainya. Kekhawatiran demikian bisa menimbulkan ketida- kpercayaan pada anak bahwa ia bisa berubah lebih baik. Padahal, di sinilah proses pendidikan mandiri itu, siap menghadapi masalah dan kelak siap serta mampu menghadapi persoalan hidupnya sendiri maupun dalam ke- hidupan bermasyarakat.
Aspek lain yang kerap menghinggapi orang tua adalah perasaan bersalah. Bagaimana tidak? Kadang ada orang berkomentar. “Kok tega sih anaknya dipondokkan?” Ada juga yang menganggap anaknya telah dibuang karena tidak sanggup mendidik. Bahkan ada yang menuding bahwa orang tua telah mengarahkan sang anak menjadi teroris. Komentar-komentar miring itu memang menyakitkan.
Namun, bila hati sudah bertekad bu- lat menyelamatkan anak dari berbagai kerusakan akidah, akhlak, dan ibadah- nya maka dibalas senyum saja semua komentar miring itu. Bukankah ibunya Nabi Musa “melabuh bayi Musa” demi menyelamatkannya dari ancaman pembunuhan Fir’aun dan bala ten- taranya? Ibunya Maryam juga mere- lakan putrinya tinggal terpisah agar dapat tumbuh di bawah pendidikan Zakaria ‘alaihissalam dan berkhidmat di Baitul Maqdis.
Bahkan Nabi Muhammad shallalla- hu ‘alaihi wasallam juga berjauhan dengan ibunya. Nabi diasuh Halimah Sa’diyah, jauh dari sang ibu, agar mendapatkan suasana desa yang segar sehingga tumbuh sehat, kuat, serta mendapatkan pengajaran yang baik dan mewarisi bahasa Arab yang masih murni. Dengan demikian, orang tua yang sudah berniat menyekolahkan anaknya di pondok seharusnya bisa mengambil pelajaran dari kisah-kisah tersebut sehingga tidak mudah ter- pengaruh dengan komentar-komentar yang melemahkan.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Orang tua Saat Anak Belajar di Pesantren
Hal pertama yang perlu dipancang- kan adalah niat yang lurus. Niat merupakan pondasi segala rencana. Bila niat sudah bulat, langkah selan- jutnya akan lebih mudah dibanding niat setengah hati. Bila kedua orang tua sudah berniat menyekolahkan anaknya di pesantren, ajak anak untuk musyawarah. Pahamkan alasan-alasan kenapa memilih pesantren tersebut dan harapan-harapan yang akan dica- pal. Bila anak sudah memahami, perlu dilihatkan pesantren yang akan dituju dan diorientasi supaya anak mantap dengan pilihannya dan tidak mudah terpengaruh ‘apa kata teman’.
Berikutnya, tata hati, ikhlas, dan sa- bac Bila detik-detik penyerahan anak ke pesantren hampir tiba, persiapkan segala sesuatu dengan lengkap dan teliti. Hal ini agar anak tidak menga lami masalah tentang segala aturan pesantren maupun kebutuhan yang telah dinfokan. Kebutuhan yang tidak lengkap dikhawatirkan menjadi alasan anak untuk pulang atau dijenguk pada- hal belum lama berpisali.
Bila orang tua ingat atau terbayang wajah anaknya, doakanlah. Semoga Allah lembutkan hati sang buah hati serta mengaruniakannya sehat dan bahagia hingga selalu bersemangat mengikuti berbagai aktivitas di pesantren. Bila anak mengabarkan hal yang tidak menyenangkan, misal sakit, tidak suka dengan teman, tidak suka menu makanan yang disediakan pesantren. dan lainnya, orang tua jangan buru-buru menyalahkan keadaan. Meskipun orang tua dapat mencari informasi untuk memvalidasi kabar dari anak, namun upayakan untuk tetap tenang dan sabar dalam memberi pengertian kepada anak bahwa kesulitan yang dia temui adalah ujian dalam perjuangan thalabul ilmi.
Baca Juga: SMP Muhammadiyah 6 Surabaya Pawai dan Doa Bersama di Hari Santri
Hal ketiga, upayakan untuk menjaga komunikasi dan membangun kebersamaan saat kunjungan. Antara pihak pondok, orang tua, dan anak perlu dibangun silaturahim yang hangat, Komunikasi orang tua dengan ustad maupun murabbi perlu sering dilaku- kan untuk menanyakan perkembangan kondisi anak, pencapaian prestasi mengaji dan belajarnya, ibadahnya, keharmonisan pergaulan dengan teman-temannya, dan lain-lain.
Saat-saat istimewa yang sangat dinanti santri adalah saat jatah telepon dan kunjungan tiba. Sebagai rasa syukur, sebelum kunjungan, hendak- nya orang tua sudah menyiapkan segala bekal dan kesukaan anak. Siapkan pula hati dan kabar gembira agar saat bertemu dengan anak betul-betul men jadi momen membahagiakan, Orang tua dan anak dapat saling bercerita dan makan bersama.
Keempat bekali anak dengan harta yang halal. Seluruh kebutuhan anak perlu kita perhatikan dan yakinkan bahwa yang kita berikan adalah rezeki yang halal. Baik biaya pesantren, perbekalan makanan, uang sakunya, semua kita pilihkan yang halal. Kenapa? Karena harta yang tidak halal sangat mempengaruhi kebersihan jiwa anak, keberkahan Ilmu, kualitas Ibadah, dan kepribadiannya.
Mengingat buruknya akibat pemanfaatan rezeki tidak halal, orang tua perlu berhati-hati dan teliti saat membelanjakan berbagai kebutuhan untuk anak karena sangat berpengaruh pada perilaku dan terkabul maupun tertolaknya doa-doa baginya.
Terakhir, dampingi anak saat liburan di rumah, Momen liburan adalah momen yang bisa dibilang istimewa bagi anak, tapi bisa juga dibilang bilang momen yang menjemukan. Disebut momen yang istimewa bila saat liburan di rumah, anak disambut dengan gembira oleh keluarga. Sebaliknya, bila saat liburan anak justru kesepian karena ditinggal terus oleh orang tuanya, liburan menjadi momen yang menjemukan.
Bagaimana seharusnya? Manfaatkan kebersamaan ini dengan berbagai aktivitas yang menyenangkan. Libatkan anak dalam tugas-tugas harian, silaturrahim ke para saudara, dan bert kesempatan bertemu teman-temannya sepanjang bukan teman yang berpengaruh negatif. Mudah-mudahan putra-putri kita menjadi hurriyah yang saleh-salehah, ahlul-ilmi, ahlul Quran, ahlul-ibadah, dan berakhlak mulia.
Sumber gambar: https://pixabay.com/id/photos/anak-mengaji-belajar-membaca-islam-573351/
1 Comment