Wawasan

Peran Strategis ‘Aisyiyah di Masyarakat

Susilaningsih Kuntowijoyo
Peran Strategis Aisyiyah

Peran Strategis Aisyiyah

Untuk mencapai kehidupan yang damai dan sejahtera, umat Islam di Indonesia masih menghadapi berbagai hambatan yang cukup berat, seperti; (a) adanya paham agama yang  radikal; (b) cenderung merendahkan dan memarjinalkan perempuan; (c) tidak toleran terhadap kemajemukan; (d) mudah melakukan kekerasan; (e) masih maraknya tindak korupsi, serta; rendahnya kualitas kehidupan perempuan dan anak.

Semua gambaran kondisi masyarakat tersebut juga menjadi bagian dakwah dari ‘Aisyiyah yang memerlukan adanya usaha yang sungguh-sungguh dan kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk pihak pemerintah.

Peran kebangsaan

Permasalahan bangsa Indosesia secara umum juga sangat komplek. Di samping permasalahan yang telah tersebut di muka, ada masalah-masalah yang terkait dengan beberapa kelompok masyarakat yang memerlukan perhatian khusus untuk perbaikan dan keamanan hidupnya. Di antaranya adalah kelompok masyarakat usia lanjut (lansia), dan masyarakat berkebutuhan khusus atau difabel (different ability).

Diperlukan perhatian khusus juga adalah adanya ancaman kekerasan dan kejahatan terhadap perempuan dan anak, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Selain itu adalah adanya ancaman disintegrasi bangsa Indonesia yang pada dasarnya bersifat plural dari segi agama dan suku, yang selama ini sebenarnya sudah terajut secara baik. Hal lain yang masih harus menjadi perhatian juga adalah semakin melemahnya karakter bangsa yang juga berakibat pada semakin tinggi dan masifnya tindak korupsi dan lemahnya penegakan hukum khususnya terhadap pelaku tindak korupsi itu.

Usaha pemecahan dari berbagai permasalahan tersebut juga menjadi bagian dari agenda strategis ‘Aisyiyah yang tentu juga harus menjadi bagian action dari semua komponennya di seluruh jenjang kepemimpinan. Dengan sendirinya diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan action tersebut.

Posisi Organisasi dan Ideologisasi

Memasuki abad kedua, ‘Aisyiyah sebagai organisasi dakwah secara internal perlu menguatkan tiga hal, yaitu tentang ideologi dan dasarnya, keorganisasian, serta kepemimpinan.

‘Aisyiyah yang merupakan organisasi sayap perempuan dari Muhammadiyah mendasarkan gerakannya pada nilai-nilai yang bersumber pada al-Quran dan as-Sunnah al-Maqbulah dengan pandangan Islam Berkemajuan. Dari nilai-nilai tersebut dibangun ideologi gerakan ‘Aisyiyah sebagai sistem keyakinan, paham, dan strategi perjuangan untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Ideologi ‘Aisyiyah merujuk kepada ideologi Muhammadiyah yang merupakan ideologi Islam Berkemajuan, yang menampilkan karakter modernis, reformis, dan wasithiyah (tengahan) yang membawa misi dakwah dan tajdid pencerahan. Berdasarkan ideologi tersebut ‘Aisyiyah perlu menguatkan proses ideologisasi, khususnya pada para pimpinan, kader dan anggota, dan juga secara perlahan pada para simpatisan. Sementara itu, ‘Aisyiyah juga perlu menampilkan diri dari corak dakwahnya kepada masyarakat umum.

Secara kelembagaan, ‘Aisyiyah juga perlu menguatkan organisasinya agar semakin berfungsi secara  efektif, efisien, dan produktif sebagai instrumen strategis gerakan dakwahnya. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam usaha penguatan kelembagaan ini di antaranya adalah diadakannya berbagai pengembangan, yaitu pengembangan pusat data, pengembangan pemikiran isu-isu perempuan dan anak berdasar Islam berkemajuan, pengembangan dan pembinaan budaya organisasi khas ‘Aisyiyah, serta pengembangan dan penguatan Cabang dan Ranting.

Dinamisasi Kepemimpinan

Sebagai organisasi gerakan, ‘Aisyiyah memerlukan bentuk kepemimpinan yang menggerakkan, yang selalu bergerak dinamis. Kepemimpinan yang menggerakkan atau kepemimpinan transformatif adalah kepemimpinan yang mampu membawa organisasi untuk selalu membawa perubahan, membawa kemajuan, baik bagi organisasinya maupun bagi sasaran gerakannya; kepemimpinan yang mampu memobilisasi potensi, mengagendakan perubahan, dan memproyeksikan masa depan menuju kemajuan dan keunggulan. Kepemimpinan model transformatif tersebut sejalan dengan spirit Islam dan uswah hasanah Nabi Muhammad saw, yang membawa perubahan sebagai jalan kemajuan menuju peradaban yang utama.

Di samping menggerakkan kepemimpinan transformatif pada badan organisasi dan para anggotanya, ‘Aisyiyah juga perlu mendorong para perempuan dalam lingkup dakwahnya yang luas. Agar para perempuan dapat berperan sebagai pemimpin dalam level dan struktur kepemimpinan seperti menjadi pemimpin masyarakat (local leader), eksekutif, legislatif, yudikatif, dunia profesi, pimpinan perusahan, dan lain sebagainya. Dengan demikian perempuan dapat menjadi agen perubahan yang ikut menentukan kemajuan umat dan bangsa.//

Related posts
Berita

Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Bahas Isu Strategis Keumatan dan Kebangsaan

Jakarta, Suara ‘Aisyiyah – Kamis (25/5), PP Muhammadiyah melakukan kunjungan balasan ke kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jl. Keramat Raya,…
Sejarah

Aisyiyah sebagai Panggung Good Governance

Oleh: Mu’arif* Ketika Kiai Ahmad Dahlan dan kawan-kawan mendirikan Muhammadiyah (18 November 1912), yang pertama kali dilakukan bukanlah menawarkan paham keagamaan baru,…
Lensa Organisasi

Lirik Mars Aisyiyah

Wahai warga ‘Aisyiyah sejati Sadarlah akan kewajiban suci Membina harkat kaum wanita Menjadi tiang utama negara Di telapak kakimu terbentang surga Di…

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *