Makkah-Suara ‘Aisyiyah. Beberapa jemaah haji laki-laki dan perempuan yang baru datang dari Tasikmalaya ini tampak mendekati Rahmat. “Pak, AC-nya dingin di kamar, bagaimana ya?”Mereka mengeluh kedinginan karena AC hotel dan mencari tahu cara menurunkan suhu AC di kamar.
Sosok Bertanggung Jawab
Rahmat, petugas akomodasi di hotel Kiswah Tower 5 Sektor 7 ini, kemudian segera mengunjungi kamar jemaah. Ia merupakan petugas dengan difabel fisik pada tangannya, namun ia tampak tak kesulitan menekan remote AC yang menempel di dinding hotel sembari mengajari jemaah cara menurunkan dan menaikkan suhu.
Rombongan jemaah dari Jawa Barat memang baru tiba di hotel, sehingga Rahmat sebagai petugas akomodasi cukup sibuk melayani jemaah. “Biasanya, saya berjaga di lift, mengarahkan jemaah agar tak kebingungan mencari kamar di hotel.”
Tak lama, beberapa jemaah memakai kain ihram pun menghampirinya, bertanya apakah koper mereka sudah sampai. Tampak sabar, Rahmat menjelaskan jika koper akan segera menyusul. Jemaah diminta menunggu.
Ia pun kemudian melihat deretan koper kecil jemaah berjajar. Dengan sigap ia meraih HP dengan tangan kanannya dan men-scan kartu identitas jemaah yang terdapat di koper. “Ini koper jemaah di kamar 10,” terangnya; dan ia pun kemudian mengantar koper kecil jemaah ke kamar.
Tak heran jika Agus Sutisna, Ketua Sektor 7 Daker Makkah, menyampaikan testimoninya, “Pak Rahmat ini komit dalam melaksanakan tugas. Sebagai manusia biasa, awalnya sempat terbersit, bisa ga ya pak Rahmat ini, ternyata beliau sangat bertanggung jawab, tugas bisa diselesaikan dengan baik.”
***
Restu Sang Ayah
Sebelum mengikuti seleksi, Rahmat sempat meminta doa pada ayahnya jika akan mendaftar dan mengikuti tes petugas haji. Pesan itu ia sampaikan kepada ayahnya yang berusia 94 tahun melalui tulisan karena pendengaran ayahnya sudah berkurang. “Kalau baca, ayah masih bisa,” jelasnya.
Setelah hasil seleksi petugas haji diumumkan, Rahmat pun segera memberi kabar ayahnya. Lagi-lagi Rahmat menggunakan tulisan agar terbaca ayahnya. Begitu membaca kabar bahagia itu, “Beliau meneteskan air mata. Padahal baru dua kali saya melihat ayah menangis, pertama kali di tahun 2021 ketika ibu meninggal. Kedua kalinya waktu tahu saya lulus sebagai petugas haji,” ungkap Rahmat dengan haru.
Tahun ini adalah kali kedua Rahmat mengikuti seleksi petugas haji. Ia mengungkapkan, bahwa seleksi petugas haji tidak mensyaratkan kondisi fisik tertentu. Sebelumnya, pegawai Kemenag Lampung Barat bagian PHU itu mengikuti tes petugas haji ketua kloter.
Ia sempat masuk tiga besar, namun kandas usai tes wawancara. Sayangnya, ia sempat mendengar celetukan kurang mengenakkan hati yang meragukan kemampuannya, “Saya sempat dengar, kalau jadi ketua kloter, nemani jemaahnya gimana?”
Saat tahu namanya lolos, “Ga bisa diungkapkan dengan kata-kata. Rezekinya tahun ini,” Rahmat tampak terharu menyampaikan perasaannya. “Saya sangat bersyukur, ga menyangka bisa ke sini, bener bener rizki, saya harus syukuri,” Rahmat memanjatkan doa. Ayah dari dua anak ini kemudian berdoa agar mereka sekeluarga bisa kembali ke baitullah. Anak dan keturunannya bisa naik haji di saat usia masih muda.
Percaya Diri adalah Kunci
Kondisi difabel tak membuatnya minder, ayah dua anak ini percaya diri. “Saya tidak merasa diri saya cacat, yang orang lain bisa kerjakan, saya juga bisa kerjakan. Orang lain naik motor, saya bisa naik motor. Mereka bisa naik mobil, saya juga pelan-pelan bisa naik mobil. Ibaratnya, kalau orang bisa angkat barang 20 kilo sekaligus, saya juga bisa meski harus dua kali bawa.”
Kepercayaan dirinya tumbuh dari rumah. Ayahnya yang seorang petani kopi ini sangat mendukung anaknya. Seingat Rahmat, ayah dan ibunya kerap membawanya ke acara atau hajatan di kampung. Masyarakat di kampungnya, tak membedakan Rahmat dengan yang lain. Lingkungan yang inklusif telah meningkatkan kepercayaan diri Rahmat, anak kesembilan dari sembilan bersaudara.
Ia pun berpesan pada teman-teman difabel, “Yakinlah bahwa di setiap kekurangan ada kelebihannya, setiap orang pasti punya kekurangan, dan mungkin kita yang sudah nampak kekurangan bersyukur, karena kita tinggal munculkan kelebihannya,” pesannya menyemangati. (hns)