Oleh: Malikhah
Era disrupsi yang semakin mengguncang dunia berimbas pada seluruh penghuni alam semesta, tidak terkecuali manusia. Perempuan di era disrupsi dituntut beradaptasi dengan adanya perubahan, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Perannya yang beraneka ragam membuat perempuan kebal akan terpaan angin yang mengibasnya. Pembahasan perempuan tentu tidak terlepas dari pembahasan anak. Keduanya menjadi relasi penting dalam diskursus isu gender yang selama ini dibahas.
Imbas adanya era pandemi Covid-19 ini tidak hanya terjadi pada laki-laki, namun juga perempuan dan anak. Pandemi Covid-19 mengubah pola hidup perempuan, di mana banyak laki-laki yang terkena PHK (putus hubungan kerja). Akibatnya banyak perempuan bangkit untuk menjaga kestabilan perahu rumah tangga.
Perempuan memiliki peran yang maha dahsyat untuk kelangsungan hidup keluarga. Betapa tidak, banyak di antara mereka yang mampu mendidik anak-anaknya di rumah, menyelesaikan pekerjaan rumah dengan baik, bahkan mencari nafkah.
Banyaknya perempuan yang tampil dalam beragam perannya telah mengikis budaya patriarki. Meski kesetaraan gender belum merata secara keseluruhan, namun progresnya telah tampak. Banyak perempuan telah memiliki akses pendidikan yang mumpuni serta perannya di ranah publik semakin terdepan. Perjuangan terhadap hak-hak perempuan telah lama digaungkan oleh aktivis perempuan, salah satunya adalah ‘Aisyiyah yang konsen dan fokus untuk memperjuangkan kesetaraan gender.
Mu’arif dan Hajar Nur Setyanto dalam bukunya Covering Aisyiyah: Dinamika Gerakan Perempuan Islam Berkemajuan Periode Awal menjelaskan bahwa aktivis Aisyiyah pada abad 20 telah mempelopori gerakan berkerudung yang melahirkan produk budaya “songket Kauman” atau kerudung ‘Aisyiyah. Ini menunjukkan peran penting kesetaraan gender yang ditunjukkan ‘Aisyiyah, termasuk peran serta aktivis ‘Aisyiyah dalan Kongres Perempuan Pertama di Indonesia.
Baca Juga: Perempuan, Srikandi Politik yang Terpingirkan
Perjuangan panjang yang dilakukan ‘Aisyiyah ini, hingga kini dapat dirasakan oleh para kaum perempuan. Perempuan tidak lagi terbelenggu untuk mengembangkan potensinya di beragam sektor. Tentu saja ini merupakan peran besar dari perjuangan ‘Aisyiyah yang tiada lelah untuk menghapuskan sistem patriarki yang telah membudaya.
Dalam sejarahnya, organisasi ‘Aisyiyah memiliki peran penting dalam mengikis isu patriarki. Tentu saja dampak besarnya adalah perempuan memiliki akses mudah dalam mengenyam pendidikan serta dapat berperan dalam ranah publik. Kehidupan perempuan yang memiliki derajat dan perlakuan yang sama dengan laki-laki tanpa diskriminasi menjadi potret ideal bagi perempuan berkemajuan. Sebab, pada hakikatnya, ukuran kemuliaan manusia terdapat pada keimanan, ketakwaan, serta amal saleh (Q.S. al-Hujurat [49]: 13).
Perempuan dan Amal filantropi
Peran perempuan yang besar sangat berpengaruh bagi kelangsungan kehidupan saat ini. Salah satunya adalah peran amal filantropi. Filantropi merupakan proses dialektika antara seseorang dengan orang lain, cinta, rahmat dan keadilan, kerelawanan dan kewajiban, serta bantuan dan pengembangan (Payton, 1998:39). Relasi antara perempuan dan filantropi yang dekat dan saling berkaitan menjadikan perempuan sebagai aktor utama dalam suksesnya amal filantropi.
Muhammadiyah melalui ‘Aisyiyah telah menunjukkan peran penting perempuan di ranah publik dan kepemimpinan. ‘Aisyiyah dalam upayanya memajukan kesetaraan gender memiliki beberapa tahapan, salah satunya bergerak di tingkat akar rumput. Perempuan memiliki andil besar untuk menabur rasa cinta antar sesama perempuan melalui amal filantropi. Filantropi perempuan berupaya membangun manusianya dengan cara pemberdayaan ekonomi, perhatian pada dunia kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan sebagainya.
Perempuan menjadi sosok yang sangat peka untuk membaca dan menganalisis kondisi lingkungan sekelilingnya. Adanya penggalakkan amal filantropi ini mampu menjembatani terwujudnya kemandirian bagi perempuan. Upaya-upaya kegiatan filantropi ini bisa dilakukan dengan beragam kegiatan sosial, pemberdayaan ekonomi, bahkan perhatian besar yang dicurahkan terhadap isu-isu pendidikan, kesehatan, budaya, dan sebagainya.
Abdurrahman Kasdi (2019) dalam artikelnya berjudul “Membangun Kemandirian melalui Filantropi Kaum Perempuan; Potensi Kedermawanan untuk Pemberdayaan Perempuan Indonesia” mengungkapkan bahwa perhatian khusus terhadap filantropi untuk kemandirian perempuan ini perlu digalakkan karena selama ini perempuan belum dianggap sebagai donatur yang prospektif.
Padahal di era saat ini, peran signifikan perempuan semakin terlihat di ranah publik. Banyak bermunculan aktivis perempuan bahkan organisasi perempuan seperti ‘Aisyiyah yang mampu tetap eksis hingga kini. Hal ini membuktikan bahwa peran serta perempuan di ranah publik semakin baik, tidak hanya untuk sekadar eksis, namun juga berperan besar sebagai agen perubahan. Dalam hal ini, perempuan mampu menjadi bagian penting dalam pelaksanannya.
Baca Juga: Jejak Emas Filantropi Muhammadiyah-Aisyiyah
Fatimah (2008) dalam artikel berjudul “Bencana dan Kerelawanan Perempuan Diffabel” menjelaskan bahwa dampak sosial yang muncul dari peran kedermawanan perempuan adalah terciptanya masyarakat yang lebih sensitif dan peduli terhadap kepentingan sesama. Sikap empati yang dilakukan perempuan berpengaruh besar dalam menumbuhkembangkan jiwa-jiwa sosial untuk membantu sesama.
Maraknya kasus PHK akibat pandemi Covid-19, misalnya, banyak mengetuk jiwa-jiwa perempuan untuk turut andil membangun ekonomi melalui kemandirian dan kreativitas perempuan. Di banyak sisi, perempuan banyak yang turut andil dalam berbagai kegiatan sosial untuk sesama serta banyak organisasi perempuan yang terus memperjuangkan hak-hak sesama perempuan.
Inovasi dan invansi yang terlahir dari dalam tubuh perempuan inilah yang nantinya mampu mencetak generasi masa depan yang lebih baik. Telah banyak perempuan di Indonesia yang mendukung sesama perempuan atau sesama manusia membuktikan peran strategis perempuan dalam kemajuan bangsa.
Aktivitas filantropi untuk kemandirian perempuan mampu menggerakkan potensi kaum perempuan sendiri sebagai pemain utama dalam program tersebut. Bahkan filantropi kaum perempuan menjadi kontribusi yang signifikan baik secara ekonomi maupun sosial. Hal ini telah menunjukkan peran perempuan sebagai agen perubahan sosial.
Perempuan mampu menabur rasa menghargai, mencintai, tolong menolong, dan juga menghormati sesama perempuan serta sesama manusia. Pada akhirnya, sosok perempuan selalu menjadi inspirasi untuk selalu berbuat baik serta memiliki empati yang besar dalam rangka melaksanakan kegiatan sosial. Sehingga, keberadaan perempuan melalui amal filantropi menjadi pengaruh besar terhadap ketercapaikan bangsa dan negara yang adil dan makmur, serta menjunjung tinggi kesetaraan gender.
*Guru yang pernah mengajar di SMP Muhammadiyah 2 Boja