
ecoprint (foto: istockphoto)
Oleh: Suri Putri
Berawal dari mempelajari hal baru, Erna Herawati bergerak memberdayakan sesama perempuan. Hal tersebut tergambar dari obrolan santai dengan pemilik UKM ecoprint bermerk Ecoprint Econana ini.
Ecoprint dapat diartikan sebagai teknik mencetak pada kain dengan menggunakan pewarna alami serta membuat motif dari bagian tumbuhan, seperti daun, bunga, ranting, dan sebagainya secara manual: ditempel dan dicelup warna sampai timbul motif pada kain. Pada tahun 2017, Erna memutuskan keluar pekerjaan dan mempelajari berbagai hal baru agar dapat mencari kesibukan yang bernilai tambah dari rumah.
Awal mulanya ia tertarik mempelajari shibori yang merupakan teknik pewarnaan kain asal Jepang yang mengandalkan ikatan dan celupan. Kemudian tak lama ia berkenalan dengan ecoprint yang ramah lingkungan karena menggunakan pewarna alam. “Saya mulai mempelajari ecoprint dan membuka usaha saya pada 2018,” terang Erna.
Seiring dengan berkembangnya usaha, Erna yang juga merupakan Ketua Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan (MEK) Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kabupaten Bantul ini justru memberikan ilmunya dengan melatih para ibu dan perempuan di sekitar rumahnya. “Saya mulai produksi ecoprint. Kalau ada orderan banyak, misalnya 50 atau 70 lembar kain, memang saya berdayakan ibu-ibu sekitar rumah yang bisa terjangkau.”
Erna juga menerima berbagai permintaan pelatihan dari lintas kota hingga lintas provinsi. “Saya justru diminta melatih ibu-ibu mulai dari lingkungan rumah, ranting, cabang, bahkan lintas provinsi hingga Pekalongan, Surabaya, dan sebagainya.” Pelatihan itu berlanjut hingga Erna dipercaya sebagai Ketua Asosiasi Ecoprinter Indonesia (AEPI) se-DIY. Anggota AEPI sendiri telah mencapai ribuan di seluruh Indonesia, di DIY sendiri anggotanya disebut Erna mencapai 240 anggota.
Berbagi Ilmu Meluaskan Rezeki
Membagikan ilmunya kepada orang lain ternyata disebut Erna juga tidak mudah. Awal mulanya para perempuan yang dilatihnya tidak mengetahui apa itu ecoprint sehingga Erna harus dengan tekun melatih mereka. “Tanggapan mereka awalnya belum tahu apa itu ecoprint, jadi saya harus pelan-pelan. Mereka tahunya batik ecoprint padahal sangat berbeda, kalau batik itu kan dengan malam, kalau ecoprint kita mencetak bahan alam seperti dedaunan di kain. Memang awalnya juga harus edukasi dulu apa itu ecoprint, bagaimana cara membuatnya, dan seterusnya.”
Tetapi ketekunan Erna sudah berbuah manis, sekarang justru semakin banyak yang berprofesi sebagai produsen ecoprint. Banyak perempuan pelaku UKM yang membuat tas-tas ecoprint, baju-baju, kaos ecoprint, dan sebagainya.
Erna mengaku dirinya tidak khawatir berbagi ilmu ecoprint yang dimilikinya. “Kenapa rela berbagi ilmu dengan perempuan yang lain? Namanya rezeki itu kan sudah diatur ya, meskipun di sekitar kita ecoprint itu banyak sekali tetapi mengapa harus khawatir? Ayo kita maju bersama bahkan kita bisa saling membantu saat ada orderan banyak,” ujar Erna.
Erna menyebut, semakin banyak pengusaha bukannya pelanggan menjadi makin berkurang, karena semua itu sudah diatur. “Sebetulnya kita sudah punya pelanggan masing-masing. Jadi jika kebetulan orderan baru banyak, kita bisa saling berbagi rezeki dengan yang lain,” tegasnya.
Sebagai seorang penggerak ekonomi, Erna bersyukur UKM yang sudah dibinanya cukup banyak, antara lain dari SWA, ISWARA (Ikatan Saudagar dan Wirausaha ‘Aisyiyah), AEPI, dan berbagai UKM Bantul. Erna menyampaikan sebagai pendamping UKM, dirinya harus menyesuaikan dengan kebutuhan UKM sehingga tidak melulu hal yang ia ajarkan adalah tentang Ecoprint. Erna juga bekerja sama dengan anggota ISWARA yang lain untuk bisa memberikan berbagai pelatihan.
Women Support Women
Erna sangat mendorong keterkaitan antara satu komunitas dengan komunitas lain untuk dapat saling mendukung sesama UKM Perempuan. SWA Bantul yang saat ini sudah memiliki enam angkatan, disebut Erna diharapkan masuk ke ISWARA karena di ISWARA setiap bulan ada pertemuan yang bersinergi dengan dinas terkait.
“Artinya dengan menjadi anggota ISWARA maka para alumni SWA akan terus dapat terasah pengetahuannya, misalnya untuk pelaku boga ada pelatihan PIRT, sertifikasi halal, packaging, itu selalu kita sampaikan ke anggota ISWARA sehingga bisa dikatakan kita mendorong UKM naik kelas. Yang tadinya kemasan seadanya sekarang sudah cantik-cantik, pakai kemasan, pakai desain yang cantik, yang dulunya tidak punya legalitas minimal kita giring untuk punya NIB, yang belum punya merk kita giring ke HKI,” jelas Erna.
Kemudian Erna menerangkan bahwa syarat masuk ISWARA, para anggota harus menjadi anggota Koperasi Syariah ‘Aisyiyah “Khadijah” yang dikelola oleh PDA Bantul. “Jadi saling terkait ini, mengikuti pelatihan SWA kemudian harus masuk menjadi anggota ISWARA, masuk ISWARA harus menjadi anggota koperasi Khadijah, jadi ketiganya bisa jalan di bawah naungan Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan (MEK) PDA Bantul.
Mengapa para anggota ISWARA didorong untuk dapat menjadi anggota Koperasi Khadijah? Erna menyampaikan bahwa ia sering menemui pelaku UKM perempuan yang masih terlilit hutang dengan bank-bank plecit. Dengan menjadi anggota koperasi ia mengharapkan para pelaku UKM dapat mencari modal dengan aman. “Kalau melalui koperasi syariah yang kita punya itu kan milik kita sendiri dan kalau ada bagi hasil dibagi anggota kita sendiri karena kalau koperasi kan ada bagi hasil dan itu kembali ke kita lagi,” terang Erna.
Peluang dan Tantangan Pemasaran Digital
Di tengah kemajuan teknologi dan informasi, Erna menyampaikan bahwa digital marketing atau pemasaran digital masih menjadi tantangan bagi pelaku UKM. “Sehingga memang sekarang mau tidak mau kita harus mau belajar, harus mau belajar kalau tidak ya tertinggal,” ucap Erna.
Untuk mengatasi tantangan ini Erna mengaku menjalin kerja sama dengan berbagai pihak termasuk dengan anak muda dan para mahasiswa. “Tidak ada salahnya kita belajar dengan anak-anak muda, kita pengajarnya anak-anak muda, mahasiswa UMY, UAD, UII, mereka yang melatih kami, terutama digital marketing,” ucapnya.
Berbagai pelatihan sudah digelar untuk mendekatkan para pelaku UKM perempuan dengan pemasaran digital. Erna menyebut seperti pelatihan media sosial, pelatihan penggunaan Canva untuk mempercantik foto produk ataupun membuat konten, cara pemasaran online, cara penggunaan market place, dan sebagainya.
Para pelaku UKM juga didorong oleh Erna untuk dapat menjadi anggota SiBakul Jogja yang merupakan bentuk digitalisasi model Pembinaan Sirkular DISKOP UKM DIY bagi pelaku Koperasi dan UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta. “Menjadi anggota SiBakul ini adalah suatu kewajiban yang terus kita dorong agar para pelaku UKM bisa mendapatkan pendampingan, pelatihan, dan kesempatan pameran yang diadakan oleh Dinas Koperasi.” Dari SiBakul ini Erna pernah diminta pihak Malioboro Mall untuk mengkoordinasi 60 UKM khusus ‘Aisyiyah mengisi pameran di Malioboro Mall.
Erna mengajak seluruh pelaku UKM terutama untuk UKM Perempuan dapat terus belajar dan bergabung dengan berbagai komunitas sehingga ilmu terus bertambah dan dapat mengembangkan usahanya. “Sebagai perempuan tidak ada hambatan bagi perempuan dalam mengembangkan dirinya asalkan ada dukungan yang baik.”
1 Comment