Tokoh

Perempuan Periwayat Hadis: Amrah Binti Abdurrahman Bin Sa’ad

Oleh: Nurlaila Rahmi Diana*

Sebagian besar perawi hadis yang dikenal berasal dari kalangan laki-laki. Tidak banyak riwayat yang menceritakan perawi perempuan. Padahal, sudah sejak zaman Rasulullah saw. terdapat banyak perawi hadis dari kalangan perempuan. Mereka sama hebat dan cerdasnya dengan para perawi hadis dari kalangan laki-laki.

Salah satu perawi hadis perempuan yang luar biasa adalah Amrah binti Abdurrahman. Nama lengkapnya adalah Amrah binti Abdurrahman bin Sa’ad bin Zurarah bin Adas al-Anshariyah an-Najjariyah al-Madaniyah. Ia berasal dari kalangan tabi’in yang lahir pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan, yaitu sekitar tahun 29 Hijriyah. Ibunya bernama Salimah binti Hakim bin Hasyim bin Qawalah. Ayahnya adalah salah seorang sahabat Nabi, dan kakeknya termasuk generasi sahabat besar dari kaum Anshar.

Setelah ayahnya meninggal, Amrah diasuh oleh Ummul Mukminin Aisyah r.a. Ia tumbuh dan berkembang di rumah yang dipenuhi keilmuan juga ketakwaan. Tidaklah mengherankan jika ia memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki perempuan kebanyakan pada masanya.

Salah satu keunggulan yang dimilikinya adalah pengalaman dan pemahamannya yang mendalam terkait dengan hadis Rasulullah Saw. dan juga ketepatan periwayatannya. Beberapa ahli hadis mengatakan bahwa Amrah merupakan penerus Aisyah dalam menyampaikan hadis-hadis Rasulullah Saw. Ia sama cerdasnya dengan Ummul Mukminin Aisyah r.a. sehingga mendapat julukan “murid terbaik Aisyah”.

Amrah menikah dengan Abdurrahman bin Nu’mah dan dikaruniai putra yang bernama Muhammad bin Abdurrahman bin Nu’mah. Putranya tersebut diberi kunyah atau nama panggilan Abu Rijal (Bapak Para Lelaki) yang kemudian juga meriwayatkan hadis dari Amrah.

Kecerdasan Amrah diakui oleh para ulama besar dan tokoh masyarakat, termasuk Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Suatu ketika Khalifah Umar memiliki kekhawatiran akan lenyapnya banyak ilmu karena wafatnya para perawi hadis pada saat itu. Maka ia memerintahkan kepada pegawainya untuk mulai membukukan hadis-hadis Rasulullah Saw.

Dari sekian banyak perawi hadis yang ada, Amrah merupakan perawi yang menjadi prioritas utama. Bahkan, Khalifah Umar berkata bahwa tidak ada lagi orang yang paling mengerti hadis Ummul Mukminin Aisyah r.a. melebihi Amrah binti Abdurrahman.

Sufyan bin Uyainah yang merupakan imam para ahli hadis juga mengakui keluasan ilmu Amrah. Ia mengatakan, “Orang yang paling mengerti menge- nai hadis-hadis dari Ummul Mukminin Aisyah r.a. ada tiga orang, yakni Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar as-Sid- diq, Urwah bin Zubari, dan Amrah binti Abdurrahman.”

Baca Juga: Hasbi Ash-Shiddieqy: Pelopor Fikih dan Tafsir Berkepribadian Indonesia 

Amrah adalah perempuan yang sangat cerdas dan memiliki hafalan yang kuat sehingga sampai pada kedudukan tsiqah. Keluasan dan kedalaman ilmunya bagaikan air laut yang tak pernah surut. Kecintaannya terhadap ilmu membuat kedudukannya terhormat dan mulia, sehingga argumen dan pandangannya selalu didengarkan para tokoh masyarakat. Ia pun menjadi tempat belajar bagi para generasi tabiut tabi’in.

Amrah tidak hanya menuntut ilmu dan meriwayatkan hadis Ummul Mukminin Aisyah r.a., tetapi ia juga belajar dari para ummahatul mukminin yang lain dan juga dari para shahabiyah. Selain Aisyah, guru Amrah yang lain misalnya adalah Ummu Salamah, Ummu Hisyam bin Haritsah al-Anshariyah, Habiba binti Sahl, dan Hamnah binti Jahsy. Amrah juga meriwayatkan hadis dari guru-gurunya tersebut. Berkat gairah dan ketekunannya belajar, Amrah tidak hanya menjadi ahli hadis, tetapi ia juga ahli fikih dan seorang argumentator yang berani.

Hadis-hadis dari jalur Amrah diriwayatkan oleh para ulama periwayat hadis, seperti Bukhari, Muslim, Nasai, dan Ibn Majah. Riwayat-riwayat Amrah mengenai fikih dan sejarah juga tersebar dalam literatur keilmuan Islam. Salah satu contoh hadis yang diriwayatkan oleh Amrah adalah hadis mengenai hukum pencurian.

حَدَّثَنَا عِمْرَانُ بْنُ مَيْسَرَةَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ، حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ لأَنْصَارِيِّ، عَنْ عَمْرَةَ بِنْتِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَتْهُ، أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، حَدَّثَهُمْ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
قَالَ: تُقْطَعُ اليَدُ فِي رُبُعِ دِينَارٍ

“Telah menceritakan kepada kami ‘Imran bin Maisarah, telah menceritakan kepada kami Abdul Waris, telah menceri- takan kepada kami Husain, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Muhammad bin Abdurrah- man al-Ansori, dari Amrah binti Abdurrah- man, telah menceritakan kepada mereka Aisyah r.a. dari Nabi Saw., bersabda: {Ta- ngan pencuri dipotong karena (mengam- bil) empat dinar}.” (Sahih Bukhari no. 6791)

Pada usia 70, sekitar tahun 98 Hijriah, Amrah mengembuskan napas terakhirnya. Amrah binti Abdurrahman menjadi salah satu inspirator dalam dunia keilmuan Islam, khususnya bagi para perempuan. Amrah menghapus pandangan masyarakat yang menganggap bahwa perawi hadis hanya berasal dari kalangan laki-laki.

Ia menjadi bukti bahwa ulama dan ahli hadis yang memiliki pengaruh besar tidak hanya dari kalangan laki-laki, tetapi juga dari kalangan perempuan. Kecerdasan dan keluasan ilmunya membuktikan bahwa baik laki-laki ataupun perempuan memiliki derajat yang sama dalam keilmuan. Ketekunan dan keberaniannya menjadikan Amrah salah satu perawi hadis yang patut kita teladani.

*Aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *