Kudus, Suara ‘Aisyiyah, Senin (26/9), Pengajian Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) dalam rangka Milad UMKU ke-24 dan Muktamar Muhammadiyah-‘Aisyiyah ke-48 dibuka oleh Rusnoto selaku Rektor UMKU. Pengajian ini dihadiri oleh Pengurus Badan Pembina Harian UMKU, Sivitas Akademika UMKU, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA), Pimpinan Cabang/Ranting Muhammadiyah, Pimpinan Cabang/Ranting ‘Aisyiyah dan Ortom se-Kabupaten Kudus yang berjumlah 400 orang.
Hadir selaku pembicara adalah Muhammad Dien Syamsudin. Ketua Umum PP Muhammadiyah tahun 2005-2015 itu menyampaikan materi tema Muktamar tentang “Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta”.
Menurut dia, tema Muktamar ini merupakan tema yang ideal, karena telah menjadi gerakan watak dan gerakan pencerahan Persyarikatan Muhammadiyah. Yang urgen dan penting dalam tema ini adalah posisi dan peran Islam yang berkemajuan dan upaya mencerahkan peradaban dunia dalam rangka menjawab tantangan peradaban dunia sekarang yang cenderung pada titik kerusakan yang sangat serius, dan dunia sekarang ini dalam berantakan (world disorder).
Dien juga menjelaskan bahwa persyarikatan Muhammadiyah telah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan pembukaan UUD 1945. Ia mendorong agar warga Muhammadiyah menjaga keharmonisan kehidupan beragama dan bernegara.
Lebih lanjut, menurutnya, dalam dua dasawarsa terakhir, Muhammadiyah sudah go international dengan membentuk Cabang Istimewa di luar negeri. Muhammadiyah pun mempunyai tujuh organisasi saudara, yaitu organisasi bernama “Muhammadiyah”, dengan paham dan manhaj gerakan serupa. Saudara ini, kata Dien, tidak memiliki hubungan organisatoris dengan Muhammadiyah di Indonesia.
“Lebih dari itu, Muhammadiyah menjalin kemitraan strategis dengan sejumlah organisasi dan lembaga di mancanegara, dan mendirikan universitas atau college di luar negeri,” ujarnya menambahkan.
Baca Juga: Kosmopolitanisme Muhammadiyah
Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Pondok Labu Jakarta ini lebih lanjut mengatakan bahwa gerakan pencerahan Muhammadiyah penting dan urgen di tengah kerusakan akumulatif dalam peradaban dunia. Sistem dunia yang memimpinkan kehidupan global terakhir ini, kata dia, adalah sistem yang rusak karena bersifat antroposentristik atau berorientasi pada diri manusia semata.
Dalam kaitan inilah, menurut Dien, Muhammadiyah potensial untuk menjadi lokomotif perubahan dan perbaikan. Syaratnya, Muhammadiyah harus mampu memformulasikan wawasan Islam berkemajuan menjadi ideologi dan strategi peradaban yang operasional ke dalam sistem ekonomi, politik, dan budaya.
Dalam kaitan ini, Dien mengutip Q.S. Ibrahim ayat 1 yang menjelaskan bahwa gerakan pencerahan harus bertumpu pada wahyu dan ilmu. Dengan kata lain, harus berorientasi pada pemahaman tentang ayat-ayat wahyu dan ayat-ayat semesta.
Untuk itu, Dien Syamsuddin mengharapkan Muktamar Muhammadiyah-‘Aisyiyah ke-48 di Surakarta dapat memperjelas wawasan Islam berkemajuan, mempertajam kerangka strategis, dan meningkatkan fungsi organisasi menjadi organisasi modern yang menerapkan managemen perubahan (change management) dan kepemimpinan perubahan (change leadership).
Sebagai pungkasan, ia menyarankan agar sebagian dari 13 anggota PP Muhammadiyah disegarkan, yakni dengan memasukkan kader-kader muda yang mumpuni dan berkepribadian. Yang penting, kata dia, segenap muktamirin dan muktamirat harus ber-himmah menjadikan Muktamar Solo nanti menjadi Muktamar yang aman, lancar, elegan, berkualitas, dan bermartabat. (Supardi)