
Sc: Medcom.id
Oleh: Yuli Isnaeni*
Masalah perilaku dan emosional pada remaja adalah hal umum yang dapat terjadi selama masa transisi menuju kedewasaan. Kondisi ini dimungkinkan karena meningkatnya berbagai tekanan pada remaja dan tidak adekuatnya kemampuan menyelesaikan masalah. Kondisi ini walaupun umum terjadi, tetapi menjadi hal serius dan harus diwaspadai.
Survei terbaru dari Indonesia-National Adolescent Mental Health (I-NAMHS) menyebutkan bahwa satu dari tiga remaja atau 34,9% remaja Indonesia memiliki satu masalah kesehatan mental dan satu dari 20 remaja Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Depresi, kecemasan, dan bipolar merupakan bentuk gangguan kepribadian dan emosional yang sering dialami remaja.
Remaja dengan masalah depresi akan mengalami perasaan sedih yang berlebihan, kehilangan minat, pelemahan energi, dan perubahan pola tidur serta makan. Kecemasan yang berlebihan dan merasa gelisah secara terus-menerus juga dapat mengganggu kesejahteraan emosional mereka. Remaja dengan gangguan bipolar biasa mengalami perubahan mood secara drastis, antara fase mania (sangat bergembira) dan depresi (sangat sedih). Hal itu akan mengganggu kesejahteraan emosional dan menimbulkan perasaan putus asa.
Tanda dan Gejala Bipolar
Bipolar pada remaja belum bisa dipastikan sebagai gangguan mental emosional karena fluktuasi suasana hati dan perubahan perilaku merupakan perkembangan yang terjadi pada remaja. Gangguan bipolar ini sering tidak disadari atau tidak diketahui apalagi pada remaja karena dalam usia mereka fluktualiasi mood merupakan kondisi yang alamiah. Namun demikian, kondisi ini perlu mendapatkan perhatian serius lebih-lebih jika disertai gejala dan tanda perubahan suasana hati yang ekstrem, fluktuasi emosi yang tajam, dan perubahan perilaku yang mencolok.
Beberapa tanda dan gejala gangguan bipolar pada remaja dalam episode mania antara lain ialah munculnya energi dan aktivitas yang tidak biasa, euforia atau hiperaktif, bicara cepat dan sulit dihentikan, pikiran melompat-lompat, kurang tidur, dan perilaku berisiko (menghamburkan uang, impulsive).
Adapun episode depresi ditandai dengan gejala seperti perasaan hampa, sedih, putus asa, kehilangan minat, tidur berlebihan, kelelahan, penurunan konsentrasi, merasa bersalah dan berpikir tentang kematian. Perubahan suasana hati yang tajam, antara senang dan sedih itu tidak diketahui kapan terjadi dan kapan berakhirnya sehingga pola tidur mereka juga terganggu. Mereka kurang tidur saat mengalami episode mania dan kelebihan tidur saat episode depresi.
Demikian pula perubahan berat badan dan nafsu makan dapat naik atau turun secara drastis. Mereka juga kesulitan membina hubungan sosial dengan teman, keluarga, atau orang di lingkungan sekitar. Akibatnya, prestasi akademik mereka juga cenderung menurun karena kesulitan berkonsentrasi dalam belajar.
Penyebab Bipolar
Penyebab gangguan bipolar pada remaja belum sepenuhnya diketahui. Namun, kombinasi faktor genetik, biologis, lingkungan, dan psikososial dapat berpotensi menjadi penyebab bipolar. Faktor genetik misalnya adalah riwayat keluarga dengan bipolar dapat meningkatkan risiko munculnya gangguan suasana hati pada anak. Peran genetik atau pembawa sifat dari salah satu atau kedua orang tua dapat diturunkan kepada anaknya.
Faktor keturunan ini dapat dikendalikan dengan mengetahui dan mencegah secara dini munculnya masalah suasana hati yang ekstrem. Faktor biologis antara lain berupa perubahan hormonal selama pubertas pada masa remaja juga dapat memengaruhi produksi kimia otak dan suasana hati. Hormon dalam tubuh dapat memengaruhi keseimbangan kimia otak, perubahan suasana hati seperti mudah sedih, atau sebaliknya sangat bergembira hingga lupa diri.
Baca Juga: Remaja dalam Kungkungan Media Sosial
Selanjutnya, ada ketidakseimbangan biologis. Produksi neurotransmitter dalam otak dapat memengaruhi mood dan suasana hati. Ketidakseimbangan neurotransmitter, baik dalam produksi atau pelepasannya dapat mengganggu komunikasi antarsel saraf yang berdampak pada mood, emosi, dan kesejahteraan psikologis secara umum. Ketidakseimbangan ini terjadi akibat pengaruh makanan tertentu seperti makanan berkadar gula yang tinggi (manis), kondisi stres atau dalam ancaman, penggunaan NAPZA atau sedang menjalani pengobatan psikiatrik.
Adapun faktor lingkungan antara lain berupa kondisi lingkungan yang tidak stabil, konflik dalam keluarga, dan tekanan sosial dari kelompok sebaya. Berbagai macam kondisi ini menimbulkan stres dan ketidaknyamanan, dapat memicu produksi neurotransmitter secara berlebihan, sehingga menimbulkan gangguan suasana hati. Berbagai faktor tersebut pada gilirannya dapat menimbulkan ketidakseimbangan siklus bangun dan tidur.
Lebih lanjut, gangguan siklus bangun dan tidur ini dapat memengaruhi stabilitas mood. Remaja membutuhkan tidur yang cukup untuk pertumbuhan, perkembangan otak, kesehatan fisik, dan kesehatan mental yang optimal. Kurang tidur memengaruhi produksi hormon serotonin dan kortisol yang berperan dalam regulasi mood atau perasaan.
Penatalaksanaan Masalah Bipolar pada Remaja
Setelah cukup mengetahui tentang gangguan bipolar, penting bagi kita untuk juga mengetahui penatalaksanaannya sehingga masalah ini dapat diantisipasi dan ditangani dengan lebih baik. Adapun penatalaksanaan masalah bipolar pada remaja adalah sebagai berikut.
Pertama, meningkatkan kesadaran diri tentang masalah bipolar. Pengetahuan tentang bipolar, penyebab, tandatanda, dan cara mengatasi masalah bipolar harus diketahui dan dipahami oleh remaja maupun orang tua remaja. Kedua, melakukan ibadah (salat) dengan baik dan memperlama waktu sujud. Salat sekaligus menjadi obat hati yang sedang gundah dan gelisah. Gerakan sujud dalam salat memiliki manfaat bagi kesehatan, yakni meningkatkan sirkulasi darah dan fleksibilitas tubuh. Secara spiritual, sujud membantu membersihkan jiwa, memberikan ketenangan batin dan kedamaian sehingga menjaga mood agar tetap dalam kondisi baik, bahkan lebih baik.
Ketiga, menerapkan pola tidur yang baik. Kebiasaan tidur teratur memiliki peran penting dalam menjaga suasana hati seseorang. Orang yang kurang tidur membuat emosi tidak stabil dan memperburuk pengelolaan stres. Bangun rutinitas untuk tidur yang teratur, menciptakan tidur yang nyaman dan membatasi penggunaan perangkat elektronik sebelum tidur. Keempat, membiasakan perilaku hidup sehat. Konsumsi makanan yang sehat, tinggi protein, tinggi mineral tetapi rendah karbohidrat dan rendah garam dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Kebiasaan berolahraga secara teratur, 30 menit setiap hari dapat memicu produksi dopamine yang memberikan rasa nyaman. Minuman beralkohol dan narkoba wajib dihindari.
Kelima, mendapat dukungan sosial yang adekuat. Dukungan sosial memiliki peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan psikososial remaja, dan bermanfaat dalam membantu mengatasi stres dan dorongan emosional. Kehadiran orang-orang yang memiliki kepedulian dan perhatian akan memberikan perlindungan kepada remaja dari masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Dukungan sosial ini dapat berasal dari keluarga, teman sebaya, guru, mentor, dan komunitas. Semua itu membantu remaja untuk tumbuh dan berkembang secara positif, tanpa gangguan suasana hati yang ekstrem.
Keenam, melakukan konsultasi dengan tenaga profesional kesehatan mental. Ahli kesehatan mental dapat memberikan penilaian atau diagnosis yang akurat apakah seseorang mengalami gangguan bipolar atau masalah kesehatan mental lain. Berkonsultasi dengan tenaga profesional kesehatan mental akan memberikan kesempatan untuk berbicara atau mencurahkan pikiran, perasaan, dan pengalaman.
Ketujuh, menjalani terapi dan pengobatan dengan baik. Tenaga profesional kesehatan mental akan merancang rencana perawatan yang komprehensif mencakup psikoterapi, obat-obatan, manajemen stres, penguatan dukungan keluarga, dan sebagainya. Kedelapan, jika orang tua mendapati anak atau anggota keluarga remajanya menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan, ia harus segera mencari bantuan tenaga profesional kesehatan mental untuk melakukan konsultasi dan pertolongan lebih lanjut.
* Dosen Prodi Keperawatan-Ners UNISA Yogyakarta, Anggota Majelis Kesehatan PP ‘Aisyiyah